Konser Tears and Blood Dibalut Bincang Musik
DENPASAR, NusaBali
Belum lama ini, musisi Octav Sicilia berkolaborasi dengan Ras Muhamad dan Voice of Bali (VoB) merilis sebuah karya lagu berjudul ‘Tears and Blood’.
Lagu tersebut menarik perhatian karena menyuarakan pesan akan keprihatinan, kritik sosial, hingga kebersamaan. Hadirnya satu karya musik setelah satu tahun pandemi Covid-19 itu menjadi satu diskusi menarik dalam acara bincang musik di Gentleman Garage, Sidakarya, Denpasar Selatan, belum lama ini.
Malam itu, lagu ‘Tears and Blood’ pun dikupas tuntas. Menurut Octav, karya ‘Tears and Blood’ berawal dari rasa prihatin karena Indonesia dikenal negeri yang begitu kaya tetapi kenapa masih banyak orang yang kelaparan. Ketika masa pandemi, kesenjangan itu pun makin terasa. Octav mengaku, ini kali pertama ia menyanyikan karyanya sendiri. “Biasanya karya saya dibawakan orang lain,” ungkapnya.
Karya ini terbilang unik dan tak biasa. Pada permulaan lagu, disajikan harmoni paduan suara dari Voice Of Bali, lalu disambut dengan gitar dan vocal berat dengan balutan kelam ala delta blues. Menjelang pertengahan lagu diisi sentuhan reggae dan RnB yang khas dari Ras Muhamad. Semua elemen itu diramu menjadi satu paket utuh yang sarat akan makna. “Meski liriknya tidak diperhatikan, musiknya sendiri pun berbicara, dimulai dari nuansa kelam lalu disambut dengan cerah layaknya harapan baru,” kata Ras Muhamad
Sementara produser videoklip, Erick EST, mengonsep video klip dengan memberikan pesan tentang dampak pandemi terhadap berbagai lini kehidupan. Pengambilan setting video clip di Jl Poppies II dekat McD Kuta yang sudah tutup, selain itu juga di perumahan padat di kawasan Nusa Dua. “Senang bisa terlibat dalam karya ini karena sejalan dengan pandanganku mengenai apa yang harus dilakukan di masa pandemi,” kata Erick.
Bincang musik kemudian diakhiri dengan konser musik yang berlangsung seru hingga malam menjelang. Lokasi yang dipilih, Gentleman Garage merupakan tempat yang asyik untuk digunakan sebagai wadah berbincang maupun mengobrol apapun, tak terkecuali musik. Menurut sang owner, Nyoman Putrawan, dalam satu tahun terakhir banyak musisi dan anak muda kehilangan tempat untuk berkreasi akibat pandemi Covid-19.
“Setahun terakhir kami membuka sanggar tempat berkumpul para musisi. Memang tempat ini kami konsep lebih ke tempat ngumpul untuk ngobrol, menbicarakan ide-ide, sambil mendengarkan musik,” ujarnya. *ind
Komentar