54 Wartawan di Bali Ikut Uji Kompetensi
Dewan Pers: Jangan Suka Comot Informasi dari Sosial Media
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 54 orang wartawan di Bali dari berbagai media, baik cetak, elektronik dan online mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar selama dua hari, Jumay (19/3) dan Sabtu (20/3).
UKW yang digelar oleh Dewan Pers bekerjasama dengan London School of Public Relations ini dilaksanakan di Four Star By Trans Hotel di Jalan Raya Puputan, Denpasar. Wartawan yang mengikuti UKW ini terdiri dari 8 orang UKW jenjang madya dan 46 orang UKW jenjang muda.
Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers, Asep Setiawan saat membuka UKW, Jumat (19/3) mengatakan saat ini Dewan Pers melakukan UKW terhadap 1.700 wartawan secara serentak di seluruh Indonesia. Dia mengatakan pekerjaan wartawan itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dikatakan program UKW ini diselenggarakan Dewan Pers didukung oleh konstituen dan pemerintah. Ini merupakan sebuah langkah di mana Dewan Pers bersama konstituen dan negara mendukung untuk profesionalisme wartawan Indonesia.
UKW adalah sebuah platform untuk meningkatkan kompetensi wartawan dari waktu ke waktu. UKW itu esensinya adalah bagaimana wartawan mengetahui hal-hal yang terkait dengan peraturan untuk mengelola redaksi.
"Mudah-mudahan tahun depan akan lebih banyak lagi yang ikut UKW. Saya akan berusaha dorong kepada DPR agar setiap tahun diselenggarakan. Karena memang UKW ini kalau tidak didukung kita berat untuk melaksanakannya dari segi pembiayaan," tuturnya.
Dia mengaku UKW ini diselenggarakan secara serentak karena Dewan Pers banyak menerima keluhan dan masukan dari para narasumber bahwa pers di Indonesia tantangannya semakin besar. Dengan menjamurnya media sosial semua orang bisa membuat berita.
"Kita harus memposisikan diri bahwa pers merupakan salah satu pilar demokrasi. Tanggungjawab kita itu besar. Kalau kita sendiri tidak berkompeten saya khawatir kita tidak lagi menjadi pilar tapi malah menjadi penyebar isu yang meresahkan," tuturnya.
Dia berharap dengan UKW yang digelar ini menghasilkan wartawan yang berkompeten dan dapat meningkatkan profesionalisme dan kemampuan teknis sebagai wartawan. "Wartawan itu sebenarnya saksi sejarah. Kalau kita melaporkan sejarah, maka sejarah itu akan tercemar," ungkap Asep.
Wartawan juga merupakan saksi sejarah. Kadangkala wartawan juga jadi pelaku sejarah. Menjadi saksi dan pelaku sejarah harus memiliki profesionalitas dan bersemangat. "Jangan suka comot informasi dari sosial media. Sosmed banyak salah. UKW yang digelar ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme wartawan di Bali," tandasnya. *pol
Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers, Asep Setiawan saat membuka UKW, Jumat (19/3) mengatakan saat ini Dewan Pers melakukan UKW terhadap 1.700 wartawan secara serentak di seluruh Indonesia. Dia mengatakan pekerjaan wartawan itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dikatakan program UKW ini diselenggarakan Dewan Pers didukung oleh konstituen dan pemerintah. Ini merupakan sebuah langkah di mana Dewan Pers bersama konstituen dan negara mendukung untuk profesionalisme wartawan Indonesia.
UKW adalah sebuah platform untuk meningkatkan kompetensi wartawan dari waktu ke waktu. UKW itu esensinya adalah bagaimana wartawan mengetahui hal-hal yang terkait dengan peraturan untuk mengelola redaksi.
"Mudah-mudahan tahun depan akan lebih banyak lagi yang ikut UKW. Saya akan berusaha dorong kepada DPR agar setiap tahun diselenggarakan. Karena memang UKW ini kalau tidak didukung kita berat untuk melaksanakannya dari segi pembiayaan," tuturnya.
Dia mengaku UKW ini diselenggarakan secara serentak karena Dewan Pers banyak menerima keluhan dan masukan dari para narasumber bahwa pers di Indonesia tantangannya semakin besar. Dengan menjamurnya media sosial semua orang bisa membuat berita.
"Kita harus memposisikan diri bahwa pers merupakan salah satu pilar demokrasi. Tanggungjawab kita itu besar. Kalau kita sendiri tidak berkompeten saya khawatir kita tidak lagi menjadi pilar tapi malah menjadi penyebar isu yang meresahkan," tuturnya.
Dia berharap dengan UKW yang digelar ini menghasilkan wartawan yang berkompeten dan dapat meningkatkan profesionalisme dan kemampuan teknis sebagai wartawan. "Wartawan itu sebenarnya saksi sejarah. Kalau kita melaporkan sejarah, maka sejarah itu akan tercemar," ungkap Asep.
Wartawan juga merupakan saksi sejarah. Kadangkala wartawan juga jadi pelaku sejarah. Menjadi saksi dan pelaku sejarah harus memiliki profesionalitas dan bersemangat. "Jangan suka comot informasi dari sosial media. Sosmed banyak salah. UKW yang digelar ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme wartawan di Bali," tandasnya. *pol
Komentar