Korban Hilang Belum Juga Ditemukan
TKP Laka Maut di Jembatan Tukad Petanu, Desa Petulu Dikenal Keramat
BPBD menyatakan pencarian dilakukan dengan maksimal, namun faktor cuaca, yakni hujan pada sore hari menyebabkan pencarian harus ditunda.
GIANYAR, NusaBali
Hari ketiga pencarian korban dalam musibah maut terperosoknya tiga orang dalam satu keluarga asal Banjar Teruna, Desa Siangan, Gianyar di Jembatan Tukad Petanu kawasan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Keca-matan Ubud, Gianyar, belum membuahkan hasil. Upaya pencarian yang dilakukan tim gabungan Basarnas, BPPD Gianyar, Kepolisian, TNI, Balawista, Tagana, PMI, relawan dan warga belum menemukan Ni Komang Ayu Ardani,33, yang merupakan korban hilang dalam peristiwa maut pada, Kamis (18/3) malam pukul 19.00 Wita ini.
Upaya pencarian hari ketiga, Sabtu (20/3) mulai pukul 08.00 Wita dengan penelusuran dari Goa Gajah sekitar 5-6 kilometer ke selatan dari TKP. Dari Goa Gajah tim menelusuri alur Tukad Petanu ke arah hulu (TKP). Bahkan penyisiran telah dilakukan hingga kawasan Tegenungan, Kecamatan Sukawati.
Kepala BPPD Kabupaten Gianyar, Ida Bagus Suamba, menjelaskan pencarian dari hilir tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan korban sudah hanyut ke hilir.
“Hal itu berdasarkan temuan korban lainnya (Ni Ketut Rindit) yang sudah jauh dari lokasi TKP,” jelasnya. Selain pencarian dari hilir, pencarian juga kembali dilakukan dari sekitar lokasi dengan menyusuri dan menyelam pada ceruk-ceruk alur sungai yang dicurigai kemungkinan korban tersangkut. “Namun sampai pukul 20.00 Wita belum ada perkembangan. Masih nihil,” jelasnya. Pencarian kata IB Suamba akan dilanjutkan kembali, Minggu (21/3) hari ini.
“Semoga (korban) cepat ditemukan,” ujarnya. Hal senada disampaikan Gede Surya Harmawan dari Basarnas Denpasar. Dikatakan pencarian dilakukan dengan maksimal. Namun faktor cuaca, yakni hujan pada sore hari menyebabkan pencarian harus ditunda. “Besok (hari ini) penelusuran akan kembali dilakukan,” jelasnya.
Selain pencarian secara sekala, upaya pencarian juga dilakukan dengan petunjuk orang pintar (balian). Informasi di lapangan beberapa paranormal ikut membantu upaya pencarian tersebut. Ceruk-ceruk yang disusuri ulang di antaranya juga atas petunjuk paranormal. “Ya memang menurut orang yang tahu (paranormal) korban masih berada di alur tidak jauh dari lokasi,” ujar seorang warga di lokasi pencarian.
Dewa Pekak Mangku Made Dangin, salah seorang paranormal yang ditemui di lokasi pencarian menuturkan dirinya datang karena tulus berniat membantu agar korban ditemukan. “Tadi tiyang mabanten bersama Mangku Istri, lihat orang ramai,” ucap anak lingsir tersebut. Namun Dewa Pekak Mangku tak menyebutkan kemungkinan korban masih berada di mana. Yang jelas kepada pihak keluarga korban sudah diberikan petunjuk. “Mudah-mudahan segera ditemukan,” ujarnya.
Terpisah keluarga korban di Banjar Teruna, Desa Siangan menyatakan belum bisa memberi penjelasan lebih jauh soal musibah tersebut. “Kami masih fokus pada pencarian,” ujar I Wayan Sumirat,37, kakak ipar dari korban hilang Ni Komang Ayu Ardani. Ditemui di rumahnya di Banjar Teruna, Sumirat bersama kerabatnya yang lain menyatakan kalau adik iparnya nanti sudah ditemukan barulah akan berembug untuk proses selanjutnya.
“Tentunya atas petunjuk dari prajuru kami di sini,” ucapnya. Sumirat menyatakan berterimakasih kepada semua pihak yang telah dengan sukarela membantu keluarganya yang tertimpa musibah. “Semoga adik kami kami cepat ditemukan,” ujarnya. Dikatakannya semua upaya baik sekala dan niskala dilakukan. Termasuk petunjuk dari mereka yang tahu (paranormal). Bagaimana dan apa teknisnya, Sumirat tidak merincinya. “Misalnya kalau soal banten, di mana mapekeling kami laksanakan,” kata Sumirat.
Sementara Kelian Adat Banjar Teruna Desa Adat Siangan, I Made Pancar, menyatakan sedih dan prihatin dengan musibah yang menimpa warganya. Pancar menyatakan belum bisa mengambil langkah lebih jauh, karena salah satu korban masih dalam proses pencarian.
“Yang jelas warga kami sudah langsung membantu melakukan pencarian bersama,” ujarnya ditemui di sela-sela pelaksanaan pujawali di Pura Pelangkiran Banjar Teruna, Sabtu (20/3). Termasuk berkoordinasi dengan pihak lainnya.
Sementara lokasi sekitar Jembatan Tukad Petanu di Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, TKP musibah terperosoknya 3 orang warga Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar dikenal sebagai tempat angker. Bukan saja secara kasat mata terlihat ‘kerdung’ alias gelap karena rimbunnya pepohonan hutan. Tetapi kejadian-kejadian aneh memang sering terjadi di kawasan sekitar. Ini menandakan kawasan tersebut berdimensi niskala.
Salah satu kejadian tersebut adalah munculnya seekor bebek di sore hari. “Kejadiannya belum sampai setahun, sekitar 8 bulan lalu,” cerita I Made Latra, 52, seorang warga Banjar Laplapan, Sabtu kemarin. Menurutnya tidak ada yang menyangka bebek tersebut merupakan bebek niskala.
Seorang buruh proyek di kawasan sekitar bersama teman-temannya menangkap bebek tersebut. Kemudian hendak memotongnya untuk diolah jadi menu makanan.
Namun kemudian terjadi kejadian aneh. Bebek tersebut hilang begitu saja. Sementara buruh yang sudah siap dengan pisau untuk memotong bebek, malah melukai tangannya sendiri, sehingga harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit. “Karena itu jangan caah-cauh (sembarangan) bicara di sini,” ujar Latra yang merupakan Ketua Pecalang Banjar Laplapan ini.
Cerita lain adalah adanya sosok yang diyakini sebagai unen-unen atau ancangan kawasan sekitar.
Sosok unen-unen itu muncul dan dilihat orang yang memakai sesabukan (jimat). “Tetapi kalau orang polos, tak bawa apa-apa (jimat). Tidak akan terusik,” lanjutnya. Memang kata Latra, kawasan di sekitar dikenal keramat. Dua buah palinggih berada di ujung jembatan sebagai penanda. Palinggih yang satu berupa bedugul merupakan pengayengan. Palinggih yang lainnya di utara menempel adalah palinggih pancoran untuk ngening atau untuk upacara ngasti.
Jro Mangku Made Bagiarta, yang juga asal Laplapan, mengiyakan keramatnya kawasan sekitar. Selain kejadian buruh yang melukai tangannya sendiri, karena hendak memotong bebek (niskala), juga ada beberapa kejadian aneh lainnya. “Kadang jembatan ini konon dilihat kembar,” ujar Jro Mangku Made Bagiarta. Padahal sesungguhnya jembatan dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 6 meter ini hanya satu saja. Namun kadang terlihat kembar.
Peristiwa lainnya adalah beberapa laka lantas yang juga tak masuk akal. Di antaranya truk yang terpeleset, yang secara kasat mata semestinya terjebur. Namun hanya terganjal sepotong kayu kecil, bannya tertahan tidak masuk ke jurang. “Dulu juga ada kendaraan yang diselamatkan tertahan batang pohon kelapa muda. Itulah anehnya,” ucap Jro Mangku Bagiarta.
Karena kejadian-kejadian aneh itulah, mengapa jalur sekitar dikenal sebagai jalur angker, selain memang pemandangannya secara nyata terlihat riskan. Pohon-pohonan lebat, jurang terjal dengan jalanan dan tikungan tajam menurun. Belum lagi kondisi fisik jembatan yang terlihat sudah tua.
Sebelumnya diberitakan tiga (3) orang sekeluarga dari Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar terperosok jatuh ke jurang bersama motor yang dinaiki berboncengan di Jembatan Tukad Petanu kawasan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar, Kamis (18/3) malam. Dalam kecelakaan maut akibat out of control ini, satu orang meninggal dunia, satu orang masih hilang, dan satu korban lagi selamat dari maut dalam kondisi terluka.
Korban tewas dalam musibah maut jatuh ke jurang sedalam 20 meter di Jembatan Tukad Petanu di sebelah timur Hotel Maya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita ini, adalah Ni Ketut Rindit, 55. Sedangkan korban hilang yang belum ditemukan hingga Jumat (19/3) sore adalah Ni Komang Ayu Ardani, 33, menantu dari Ni Ketut Rindit. Sementara korban selamat adalah I Putu Kevin Ramansa, 9, bocah laki-laki yang merupakan anak dari Ni Komang Ayu Ardini atau cucu korban tewas Ni Ketut Rindit. *k17,nvi
Upaya pencarian hari ketiga, Sabtu (20/3) mulai pukul 08.00 Wita dengan penelusuran dari Goa Gajah sekitar 5-6 kilometer ke selatan dari TKP. Dari Goa Gajah tim menelusuri alur Tukad Petanu ke arah hulu (TKP). Bahkan penyisiran telah dilakukan hingga kawasan Tegenungan, Kecamatan Sukawati.
Kepala BPPD Kabupaten Gianyar, Ida Bagus Suamba, menjelaskan pencarian dari hilir tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan korban sudah hanyut ke hilir.
“Hal itu berdasarkan temuan korban lainnya (Ni Ketut Rindit) yang sudah jauh dari lokasi TKP,” jelasnya. Selain pencarian dari hilir, pencarian juga kembali dilakukan dari sekitar lokasi dengan menyusuri dan menyelam pada ceruk-ceruk alur sungai yang dicurigai kemungkinan korban tersangkut. “Namun sampai pukul 20.00 Wita belum ada perkembangan. Masih nihil,” jelasnya. Pencarian kata IB Suamba akan dilanjutkan kembali, Minggu (21/3) hari ini.
“Semoga (korban) cepat ditemukan,” ujarnya. Hal senada disampaikan Gede Surya Harmawan dari Basarnas Denpasar. Dikatakan pencarian dilakukan dengan maksimal. Namun faktor cuaca, yakni hujan pada sore hari menyebabkan pencarian harus ditunda. “Besok (hari ini) penelusuran akan kembali dilakukan,” jelasnya.
Selain pencarian secara sekala, upaya pencarian juga dilakukan dengan petunjuk orang pintar (balian). Informasi di lapangan beberapa paranormal ikut membantu upaya pencarian tersebut. Ceruk-ceruk yang disusuri ulang di antaranya juga atas petunjuk paranormal. “Ya memang menurut orang yang tahu (paranormal) korban masih berada di alur tidak jauh dari lokasi,” ujar seorang warga di lokasi pencarian.
Dewa Pekak Mangku Made Dangin, salah seorang paranormal yang ditemui di lokasi pencarian menuturkan dirinya datang karena tulus berniat membantu agar korban ditemukan. “Tadi tiyang mabanten bersama Mangku Istri, lihat orang ramai,” ucap anak lingsir tersebut. Namun Dewa Pekak Mangku tak menyebutkan kemungkinan korban masih berada di mana. Yang jelas kepada pihak keluarga korban sudah diberikan petunjuk. “Mudah-mudahan segera ditemukan,” ujarnya.
Terpisah keluarga korban di Banjar Teruna, Desa Siangan menyatakan belum bisa memberi penjelasan lebih jauh soal musibah tersebut. “Kami masih fokus pada pencarian,” ujar I Wayan Sumirat,37, kakak ipar dari korban hilang Ni Komang Ayu Ardani. Ditemui di rumahnya di Banjar Teruna, Sumirat bersama kerabatnya yang lain menyatakan kalau adik iparnya nanti sudah ditemukan barulah akan berembug untuk proses selanjutnya.
“Tentunya atas petunjuk dari prajuru kami di sini,” ucapnya. Sumirat menyatakan berterimakasih kepada semua pihak yang telah dengan sukarela membantu keluarganya yang tertimpa musibah. “Semoga adik kami kami cepat ditemukan,” ujarnya. Dikatakannya semua upaya baik sekala dan niskala dilakukan. Termasuk petunjuk dari mereka yang tahu (paranormal). Bagaimana dan apa teknisnya, Sumirat tidak merincinya. “Misalnya kalau soal banten, di mana mapekeling kami laksanakan,” kata Sumirat.
Sementara Kelian Adat Banjar Teruna Desa Adat Siangan, I Made Pancar, menyatakan sedih dan prihatin dengan musibah yang menimpa warganya. Pancar menyatakan belum bisa mengambil langkah lebih jauh, karena salah satu korban masih dalam proses pencarian.
“Yang jelas warga kami sudah langsung membantu melakukan pencarian bersama,” ujarnya ditemui di sela-sela pelaksanaan pujawali di Pura Pelangkiran Banjar Teruna, Sabtu (20/3). Termasuk berkoordinasi dengan pihak lainnya.
Sementara lokasi sekitar Jembatan Tukad Petanu di Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, TKP musibah terperosoknya 3 orang warga Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar dikenal sebagai tempat angker. Bukan saja secara kasat mata terlihat ‘kerdung’ alias gelap karena rimbunnya pepohonan hutan. Tetapi kejadian-kejadian aneh memang sering terjadi di kawasan sekitar. Ini menandakan kawasan tersebut berdimensi niskala.
Salah satu kejadian tersebut adalah munculnya seekor bebek di sore hari. “Kejadiannya belum sampai setahun, sekitar 8 bulan lalu,” cerita I Made Latra, 52, seorang warga Banjar Laplapan, Sabtu kemarin. Menurutnya tidak ada yang menyangka bebek tersebut merupakan bebek niskala.
Seorang buruh proyek di kawasan sekitar bersama teman-temannya menangkap bebek tersebut. Kemudian hendak memotongnya untuk diolah jadi menu makanan.
Namun kemudian terjadi kejadian aneh. Bebek tersebut hilang begitu saja. Sementara buruh yang sudah siap dengan pisau untuk memotong bebek, malah melukai tangannya sendiri, sehingga harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit. “Karena itu jangan caah-cauh (sembarangan) bicara di sini,” ujar Latra yang merupakan Ketua Pecalang Banjar Laplapan ini.
Cerita lain adalah adanya sosok yang diyakini sebagai unen-unen atau ancangan kawasan sekitar.
Sosok unen-unen itu muncul dan dilihat orang yang memakai sesabukan (jimat). “Tetapi kalau orang polos, tak bawa apa-apa (jimat). Tidak akan terusik,” lanjutnya. Memang kata Latra, kawasan di sekitar dikenal keramat. Dua buah palinggih berada di ujung jembatan sebagai penanda. Palinggih yang satu berupa bedugul merupakan pengayengan. Palinggih yang lainnya di utara menempel adalah palinggih pancoran untuk ngening atau untuk upacara ngasti.
Jro Mangku Made Bagiarta, yang juga asal Laplapan, mengiyakan keramatnya kawasan sekitar. Selain kejadian buruh yang melukai tangannya sendiri, karena hendak memotong bebek (niskala), juga ada beberapa kejadian aneh lainnya. “Kadang jembatan ini konon dilihat kembar,” ujar Jro Mangku Made Bagiarta. Padahal sesungguhnya jembatan dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 6 meter ini hanya satu saja. Namun kadang terlihat kembar.
Peristiwa lainnya adalah beberapa laka lantas yang juga tak masuk akal. Di antaranya truk yang terpeleset, yang secara kasat mata semestinya terjebur. Namun hanya terganjal sepotong kayu kecil, bannya tertahan tidak masuk ke jurang. “Dulu juga ada kendaraan yang diselamatkan tertahan batang pohon kelapa muda. Itulah anehnya,” ucap Jro Mangku Bagiarta.
Karena kejadian-kejadian aneh itulah, mengapa jalur sekitar dikenal sebagai jalur angker, selain memang pemandangannya secara nyata terlihat riskan. Pohon-pohonan lebat, jurang terjal dengan jalanan dan tikungan tajam menurun. Belum lagi kondisi fisik jembatan yang terlihat sudah tua.
Sebelumnya diberitakan tiga (3) orang sekeluarga dari Banjar Teruna, Desa Siangan, Kecamatan Gianyar terperosok jatuh ke jurang bersama motor yang dinaiki berboncengan di Jembatan Tukad Petanu kawasan Banjar Laplapan, Desa Petulu, Kecamatan Ubud, Gianyar, Kamis (18/3) malam. Dalam kecelakaan maut akibat out of control ini, satu orang meninggal dunia, satu orang masih hilang, dan satu korban lagi selamat dari maut dalam kondisi terluka.
Korban tewas dalam musibah maut jatuh ke jurang sedalam 20 meter di Jembatan Tukad Petanu di sebelah timur Hotel Maya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita ini, adalah Ni Ketut Rindit, 55. Sedangkan korban hilang yang belum ditemukan hingga Jumat (19/3) sore adalah Ni Komang Ayu Ardani, 33, menantu dari Ni Ketut Rindit. Sementara korban selamat adalah I Putu Kevin Ramansa, 9, bocah laki-laki yang merupakan anak dari Ni Komang Ayu Ardini atau cucu korban tewas Ni Ketut Rindit. *k17,nvi
1
Komentar