Vaksinasi Ramah Lansia
Vaksinasi pada Lansia telah dimulai bersamaan dengan program vaksinasi ke pelayan publik (pedagang, awak media, petugas BUMN, hingga TNI / Polri). Namun nyatanya, progress vaksinasi Lansia dan pelayan publik terpaut jauh.
Penulis : Theresia Mutiara Galistya
Statistisi Muda BPS Kabupaten Jembrana
Data dari Our World in Data dan Kumparan (kondisi 15 Maret 2021) mencatat progress vaksinasi Lansia (pemberian vaksin pertama) di Indonesia baru mencapai 2,96 persen, sedangkan untuk pelayan publik telah mencapai 11,36 persen. Dengan target masing-masing sekitar 21,5 juta Lansia dan 17,3 juta pelayan publik. Padahal secara nasional, kasus Covid-19 pada Lansia mencapai sekitar 10,76 persen dengan tingkat kematian mencapai 48,9 persen dari total kematian (data covid19.go.id kondisi 15 Maret 2021). Tingkat kematian pada kelompok ini tercatat lebih tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya.
Hingga saat ini, vaksin Lansia masih difokuskan pada Jawa-Bali mengingat banyaknya jumlah Lansia pada provinsi-provinsi tersebut. Secara khusus untuk Provinsi Bali, hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat persentase penduduk Lansia di Bali sekitar 12,47 persen. Jumlah ini meningkat cukup pesat dibandingkan tahun 2010 yang sekitar 9,77 persen. Prioritas vaksinasi Lansia pada provinsi-provinsi ini dikuatkan dengan masih tingginya angka penularan Covid-19. Data Kementerian Kesehatan mencatat lima provinsi dengan kasus kematian tertinggi hampir semuanya berada di Jawa-Bali.
Dalam pelaksanaannya, seirama catatan di tingkat nasional, progress vaksinasi Lansia di Bali terhitung lambat. Kondisi ini telah dinyatakan secara eksplisit oleh Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra (detik.com, 7 Maret 2021). Ketua Satgas yang sekaligus Sekda Provinsi Bali ini juga menyatakan bahwa dari sisi ketersediaan stok vaksin sebenarnya masih sangat mencukupi. Mengingat target Lansia belum bisa sesuai harapan, akhirnya Pemerintah mengambil kebijakan mengembangkan sasaran vaksin untuk kabupaten/kota. Oleh karenanya, saat ini di kabupaten/kota sudah dilaksanakan program vaksinasi dengan sasaran yang disesuaikan di masing-masing wilayah. Tindakan ini sudah tepat, mengingat akan mubazir jika vaksin tersebut tidak dimanfaatkan sesegera mungkin. Namun, kembali pada masalah lambatnya vaksinasi Lansia, nampaknya juga perlu ditempuh solusi yang lebih efektif.
Vaksinasi Lansia bisa dikatakan istimewa. Berbeda dengan pelayanan publik lainnya. Para Lansia cenderung lebih takut atau kawatir untuk divaksin. Atau lebih sulit disarankan untuk vaksin di rumah sakit/puskesmas/fasilitas kesehatan (faskes) lainnya. Pelaksanaan vaksinasi berbasis faskes sebagai upaya mengantisipasi efek yang mungkin timbul setelah vaksinasi, sesungguhnya sudah sangat sesuai, khususnya bagi Lansia yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Namun, berbagai kendala teknis menjadi aspek yang perlu segera dibenahi. Seperti belum optimalnya sosialisasi alur pendaftaran (registrasi) serta penggunaan teknologi untuk mendaftar yang kurang bisa dijangkau oleh Lansia. Informasi terkait tata cara pendaftaran, yakni dengan mengunjungi laman website Kementerian Kesehatan (www.kemkes.go.id) atau website Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di covid19.go.id masih belum jamak diketahui dan dipahami. Bahkan, tidak hanya oleh Lansia itu sendiri, tetapi juga oleh anggota keluarga lain yang notabene lebih muda dan lebih melek teknologi. Untuk menemukan link atau tautan yang dapat diklik oleh Lansia serta mengisi jawaban untuk sejumlah pertanyaan pendaftaran masih dirasa membingungkan. Dibutuhkan bantuan dari anggota keluarga lain atau pengurus desa/kelurahan setempat untuk mengisinya. Selain aspek teknologi, tempat dan tahapan vaksinasi cenderung belum memenuhi kenyamanan Lansia. Jika belum lolos skrining, Lansia masih harus bolak-balik hingga dinyatakan layak menerima vaksin. Dengan keterbatasan kekuatan fisik, tahapan ini cukup melelahkan. Di samping itu, dibutuhkan kesabaran dan ketersediaan waktu dari anggota keluarga/pendamping hingga Lansia dapat memperoleh vaksinasi.
Mengatasi kendala tersebut, tentu tak ada salahnya belajar dari negara-negara lain yang telah dianggap berhasil dalam melaksanakan program vaksinasi Lansia. Sebagai contoh, ada enam negara yang telah melakukan vaksinasi masif dengan Lansia selalu menjadi prioritas pertama dalam vaksinasi, yakni Israel, Uni Emirat Arab, Inggris Raya, Amerika Serikat, Turki, dan Singapura. Beberapa kemudahan yang diberikan oleh negara-negara tersebut diantaranya bisa memilih lokasi, bisa datang ke lokasi manapun tanpa registrasi, vaksinasi bisa dilakukan di rumah, pemberian madu asli secara gratis di Uni Emirat Arab, turunnya vaksinator jemput bola dengan langsung datang ke rumah warga terpencil di Turki, rentang waktu pemberian hingga petang sehingga mampu mencegah kerumunan, serta sosialisasi dilakukan secara masif oleh pemerintah dan influencer dengan berbagai bahasa. Kunci sukses dari langkah tersebut, dapat disarikan bahwa Lansia menjadi prioritas vaksinasi dan teknis vaksinasi disusun secara matang. Hasilnya, vaksinasi Lansia telah terbukti efektif menurunkan kasus dan kematian pada Lansia akibat Covid-19.
Mengadaptasi keberhasilan negara-negara tersebut, beberapa alternatif solusi yang dapat diambil, diantaranya mempermudah proses pendaftaran dan skrining bagi para Lansia. Dinas Kesehatan dapat memastikan semua Lansia per kecamatan terdata di Puskesmas, menyusun jadwal vaksin by name by address per desa atau banjar, atau bahkan registrasi dapat dilakukan dengan datang langsung ke tempat vaksinasi. Selain itu, penting untuk menyediakan alternatif supaya Lansia dapat menerima vaksin di lokasi yang dekat dengan tempat tinggalnya. Misalnya dengan metode jemput bola langsung ke rumah Lansia utamanya yang tinggal di wilayah terpencil, jika Lansia tidak dapat datang langsung ke Faskes terdekat dapat dilakukan kunjungan ke rumah, atau vaksinasi dilakukan berbarengan dengan kunjungan rutin petugas Kesehatan. Khusus di Bali, metode vaksinasi Lansia berbasis kearifan lokal mungkin dirasa lebih sesuai dan efisien. Vaksinasi selain di Faskes juga bisa dilakukan dengan pendekatan melalui banjar dinas atau banjar adat. Sosialisasi aktif dari Klian Dinas dan Klian Adat dapat menjadi jurus ampuh memberikan pemahaman kepada segenap Masyarakat Bali untuk bersama menyukseskan vaksinasi, khususnya bagi Lansia.
Saat ini, kita memang seolah sedang berkejaran. Dengan waktu, dengan ketersediaan stok vaksin. Dimana nyawa dan kehidupan manusia yang dipertaruhkan. Tentu tidaklah mudah, tapi bukan berarti musti pasrah. Lansia bukanlah beban, kita ada karena mereka. Memberikan yang terbaik bagi Lansia di usia senjanya, bukti kita mensyukuri kehidupan yang dititipkan Tuhan melalui tangan-tangan mereka. Vaksinasi Lansia bisa jadi salah satu bakti kecil negeri ini bagi mereka yang telah lebih dulu berjuang. Mewujudkan vaksinasi yang ramah bagi Lansia menjadi kewajiban kita dan hak bagi mereka. Mari bersama jadikan Bali percontohan Vaksinasi ramah Lansia.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar