Asparagus Pelaga, Dulu Bisa Rp 100.000 per Kg, Kini Anjlok Menjadi Rp 30.000
MANGUPURA, NusaBali.com - Perkebunan asparagus di Desa Adat Pelaga mengalami pukulan hebat di masa pandemi Covid-19. Betapa tidak, asparagus berkualitas dari desa yang berlokasi di Kecamata Petang, Kabupaten Badung ini dikenal sebagai pemasok bagi industri pariwisata di Bali.
Nah, begitu pariwisata mandeg, distribusi asparagus pun menjadi ikut macet. “Asparagus kan disukai bule-bule jadi dulu sebelum pandemi selalu banyak permintaan ke hotel-hotel, tapi karena sekarang pariwisata Bali juga sulit jadi terasa sekali dampaknya bagi para petani,” ungkap Wayan Supariasa, salah seorang petani asparagus di Desa Pelaga, Sabtu (20/3/2021).
Bertani asparagus diakui sangat menarik karena harga asparagus tinggi di pasaran. Apalagi banyak penelitian yang menyebutkan asparagus di daerah Pelaga ini berkualitas tinggi. “Sudah ada sertifikasinya dari pemerintah dan sering ada penelitian dari Unud (Universitas Udayana), Warmadewa, penelitan doktor-doktor juga ke sini,” jelas Wayan yang akrab disapa Pak Mider oleh warga sekitar.
Diakui Wayan bibit asparagus ini merupakan bibit kualitas nomor 1 yang berasal dari AS. Bahkan Pak Mider sendiri juga pernah didatangi beberapa program TV seperti ‘Si Bolang’, ‘Si Unyil’, ‘Si Gundul’ yang ingin mengetahui perkebunan asparagus miliknya. “Kalau harga sebelum pandemi itu tinggi. Kami ambil dari petani itu bisa Rp 60.000 per kilonya. Dulu saat masih bisa dikirim ke Jakarta sampai Rp 100.000 per kilo,” jelas Wayan. Saat ini harga asparagus anjlok mencapai harga Rp 30.000 saja per kilogramnya.
Kini permintaan tetap untuk asparagus hanya ke supermarket-supermarket saja. “Kalau hotel memang sudah lama tidak ada permintaan, yang tetap hanya supermarket. Itu pun juga berkurang, yang tetap itu dari Pepito dan Bintang Ubud, tapi tidak banyak,” imbuhnya lagi.
Bertani asparagus diakui sangat menarik karena harga asparagus tinggi di pasaran. Apalagi banyak penelitian yang menyebutkan asparagus di daerah Pelaga ini berkualitas tinggi. “Sudah ada sertifikasinya dari pemerintah dan sering ada penelitian dari Unud (Universitas Udayana), Warmadewa, penelitan doktor-doktor juga ke sini,” jelas Wayan yang akrab disapa Pak Mider oleh warga sekitar.
Diakui Wayan bibit asparagus ini merupakan bibit kualitas nomor 1 yang berasal dari AS. Bahkan Pak Mider sendiri juga pernah didatangi beberapa program TV seperti ‘Si Bolang’, ‘Si Unyil’, ‘Si Gundul’ yang ingin mengetahui perkebunan asparagus miliknya. “Kalau harga sebelum pandemi itu tinggi. Kami ambil dari petani itu bisa Rp 60.000 per kilonya. Dulu saat masih bisa dikirim ke Jakarta sampai Rp 100.000 per kilo,” jelas Wayan. Saat ini harga asparagus anjlok mencapai harga Rp 30.000 saja per kilogramnya.
Kini permintaan tetap untuk asparagus hanya ke supermarket-supermarket saja. “Kalau hotel memang sudah lama tidak ada permintaan, yang tetap hanya supermarket. Itu pun juga berkurang, yang tetap itu dari Pepito dan Bintang Ubud, tapi tidak banyak,” imbuhnya lagi.
Kendati demikian, asparagus yang dikenal memiliki manfaat menurunkan tensi atau darah tinggi ini, ternyata merupakan tanaman yang cukup sensitif. Diperlukan perawatan dengan perhatian untuk asparagus. “Tanah, suhu dan cuaca sangat mempengaruhi pertumbuhan asparagus. Tanahnya harus punya pH 6-7, suhunya juga di 20-25 derajat. Kalau terlalu dingin, pertumbuhannya bisa lambat. Cuacanya yang bagus saat hujan tapi tetap tidak bisa terkena air langsung, makanya diberikan atap plastik untuk melindungi,” jelas Wayan sembari menunjukkan perkebunan asparagus miliknya yang seluas 30 are atau 3 hektare.
Meskipun begitu, Wayan menyatakan panen asparagus bisa dilakukan setiap hari. “Karena rumpunnya berbeda, jadi bisa setiap hari dipanen,” katanya.
Perbedaan rumpun ini karena adanya masa jeda penanaman setiap 45 hari sekali. “Jadi daun kuning atau sudah tua di-renew. Kami tanam lagi, disiram dan diberi pupuk. Kurang lebih waktunya satu minggu untuk proses penyuburan tanahnya setelah itu ditanam,” jelas Wayan.
Pertumbuhan asparagus sendiri memang cukup cepat. Dalam satu hari bisa tumbuh dari 2 cm hingga 20 cm. Asparagus yang bisa dipanen sendiri ukurannya 20-25 cm. “Kalau untuk supermarket harus yang lurus karena untuk display. Tapi, kalaupun bengkok masih tetap bisa dimakan. Asal tidak menguning, karena kalau kuning itu artinya terkena jamur,” jelas Wayan.
Dengan cuaca buruk dari akhr-akhir ini, seharinya hanya bisa menghasilkan 5 sampai 15 kilogram. Jika cuaca bagus bisa menghasilkan hingga 25 kilogram per harinya.“Sebagai petani, tentunya berharap situasi kembali pulih. Saya juga mengerti telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah. Semoga pandemi ini bisa berakhir,” harap Wayan.
1
Komentar