Ada Beji Panglukatan Sapta Gangga untuk Malukat bagi Pamedek
Empat bulan lalu, Raja Tabanan Ida Cokorda Anglurah sakit keras hingga sempat ditangisi keluarganya, namun mendadak sembuh total setelah dapat wangsuh dari Pura Luhur Tamba Waras
Pura Luhur Tamba Waras di Desa Pakraman Sangketan yang Dapat Julukan Apotek Niskala
TABANAN, NusaBali
Raja Tabanan XX, Ida Cokorda Anglurah Tabanan, juga sempat sakit keras, empat bulan lalu. Seperti leluhur yang dulu tersembuhkan setelah dapat tamba (obat) di lokasi Pura Luhur Tamba Waras, Desa Pakraman Sangketan, Kecamatan Penebel, Tabanan, Ida Cokorda Anglurah pun sembuh karena berkah dari pura di hutan lereng Gunung Batukaru ini. Pasca kesembuhan Ida Cokorda Anglurah, kini pamedek ramai malukat ke Beji Panglukatan Sapta Gangga di pura ini.
Sebelum sembuh oleh tamba di Pura Luhur Tamba Waras, Ida Cokorda Anglurah sempat menjalani perawatan intensif selama 10 hari di RSUD Tabanan. Kondisinya kala itu sudah kritis, karena sempat beberapa kali muntah darah. Ida Cokorda Anglurah dan keluarganya bahkan pasrah. Keluarga Puri Tabanan sempat menangisi kondisi raja mereka.
Namun, berkat wangsuh (tirta) dari Pura Luhur Tamba Waras, Ida Cokorda Anglurah kembali sembuh seperti sedia kala. Pengalaman penuh mukjizat ini diungkapkan Ida Cokorda Anglurah saat ditemui NusaBali di Puri Tabanan, Selasa (29/11). Dia mengisahkan, antara Puri Tabanan dan Pura Luhur Tamba Waras memang punya keterikatan. Sebab, leluhurnya yakni Raja Tabanan masa silam, sempat sakit keras dan sembuh berkat obat berupa kelapa berasap yang ditemukan di rumpun bambu kawasan Pura Luhur Tamba Waras. Setelah sembuh, Raja kala itu putuskan membangun pura di lokasi rumpun bambu yang kini diberi nama Pura Luhur Tamba Waras.
“Empat bulan lalu, saya sempat sakit keras, juga sembuh berkat tamba dari Pura Luhur Tamba Waras,” ujar Ida Cokorda Anglurah yang merupakan Raja Tabanan XX. Ida Cokorda Anglurah menceritakan, saat memasuki hari kedua menjalani rawat inap di BRSUD Tabanan, dia mengalami beberapa kali muntah darah. Dokter yang menanganinya pun kebingungan karena penyakit yang diderita Raja Tabanan ini cukup aneh.
“Sekitar pukul 04.00 Wita, tubuh saya merasa ringan seperti kapas. Saat itu, keluarga besar Puri Tabanan sudah menangis melihat kondisi saya yang ngedrop,” kenang Ida Cokorda Anglurah.
Di masa kritis itulah, Ida Cokorda Anglurah ingat akan lelintihan (riwayat) leluhurnya yang sakit keras dan sembuh berkat menemukan obat di Pura Luhur Tamba Waras. Ida Cokorda Anglurah kemudian berdoa, berpasrah diri jika nyawanya memang harus dicabut. Namun, bila belum saatnya, agar diberi kesehatan kembali.
Nah, keesokan paginya, keluarga diminta memohon tamba ke Pura Luhur Tamba Waras. “Begitu saya diperciki wangsuh Ida Batara, saya merasakan kondisi berangsur membaik dan bugar sampai sekarang. Saya sudah menjelaskannya, saya yakin akan sembuh setelah nunas tamba di Pura Luhur Tamba Waras,” papar Ida Cokorda Anglurah.
Dia menambahkan, apa pun yang dikerjakan atau dimohon dengan keyakinan, pasti akan terwujud. Ida Cokorda Anglurah menceritakan, saat tangkil di Pura Luhur Tamba Waras, ada kerabat puri yang sakit dan nunas tamba. Saat itu, Ida Cokorda Anglurah memutuskan untuk mengambilkan lumut di palinggih. Kerabat puri yang menderita panas badan itu pun berangsur pulih kondisinya, setelah ditempelkan lumut oleh Ida Cokorda Anglurah.
“Ada juga kisah ketika umat nunas tamba, namun hanya Cokorda yang boleh mengambilkan daun kepasilan (benalu) yang tumbuh di pura. Umat tersebut sampai saat ini sudah sembuh," jelas Ida Cokorda Anglurah.
Ida Cokorda Anglurah meyakini, sehabis sembahyang di Pura Luhur Tamba Waras, selalu merasakan badan segar dan pikiran bersih. “Bukan hanya saya, keluarga pun merasakan hal yang sama sepulang tangkil dari Pura Luhur Tamba Waras,” katanya.
Pura Luhur Tamba Waras memang dikenal sebagai ‘apotek niskala’, karena keberadaan berbagai jenis obat. Selain mapaica tamba berupa minyak minyak urut, minyak untuk diminum, dan boreh (parem), kini Pura Luhur Tamba Waras dilengkapi Beji Panglukatan Sapta Gangga.
Beji Panglukatan Sapta Gangga dibangun berdasarkan pawuwus Ida Batara tanggal 5 Maret 2015 silam, menjelang pujawali di Pura Luhur Tamba Waras yang jatuh pada Buda Umanis Prangbakat. Karena adanya pawuwus Ida Batara, krama pangempon Pura Luhur Tamba Waras kemudian membuat ritual khusus nyanjan, yakni nedunang (menghadirkan) Ida Batara untuk bicara melalui raga Jero Dasaran.
Dalam Beji Panglukatan Sapta Gangga yang berjejer dari arah timur ke barat, muncul masing-masing mata air Sanjiwani, mata air Kamandalu, mata air Kundalini, mata air Pawitra, mata air Maha Pawitra, mata air Pasupati, dan mata Air Pangurip. “Beji Panglukatan Sapta Gangga baru kami upacarai pamelaspas pada Radite Pon Prangbakat, 8 Mei 2016 lalu,” jelas Pamangku Gede Pura Luhur Tamba Waras, Jro Mangku Putu Wijaya Kusuma.
Jro Mangku Wijaya mengungkapkan, Beji Panglukatan Sapta Gangga ini masih ada kendala yakni debit airnya yang kecil. Nantinya, akan disiati guna membantu membersihkan dan menyembuhkan seluruh umat. “Meski kendala pada air, namun beji panglukatan sudah difungsikan,” imbuh pamangku yang kesehariannya sebagai guru di kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini.
Sebelum dibangun Beji Panglukatan Sapta Gangga, umat sedharma biasanya malukat di Beji Kauh. Sejak Beji Panglukatan Sapta Gangga dibangun, umat yang malukat bisa lebih banyak. Menurut Jro Mangku Wijaya, hampir setiap hari ada pamedek tangkil untuk malukat. Namun, mereka tidak mendapatkan upacara dari pamangku. Sebab, pamangku hanya bisa ngayah setiap hari Minggu dan hari-hari suci seperti Purnama dan Kajeng Kliwon.
“Tiang hanya bisanya hari Minggu. Datang hari biasa boleh, namun upacaranya sendiri-sendiri,” kata Jro Mangku Wijaya. Dijelaskan, mereka yang malukat cukup bawa pejati. Sebelum malukat, mereka matur piuning dulu di Pura Luhur Tamba Waras agar diberkati.
Mereka yang datang malukat biasanya mendapatkan tamba berupa minyak, baik minyak urut maupun minyak untuk diminum. Mereka yang dapat kesembuhan akan tangkil kembali bawa sesaji, sebagai ucapan syukur telah disembuhkan.
Jro Mangku Wijaya menyebutkan, bagi krama yang sakit kena ilmu magic, jika malukat di Beji Panglukatan Sapta Gangga, akan telihat ciri-cirinya setelah menyentuh air. Ada yang karauhan hingga muntah-muntah. “Sering terjadi seperti ini, setelah itu akan sembuh lagi setelah ditunaskan tirta,” katanya. * cr61
1
Komentar