Asephi Bergantung Pariwisata Pulih
DENPASAR,NusaBali
Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Produsen dan Eksportir Handicraft Indonesia ( DPD Asephi) Bali menilai bisnis atau perkembangan ekspor handicraft bergantung pada perkembangan pariwisata Bali.
Apabila kondisi pariwisata pulih dan semakin membaik, bisnis handicraft pun juga akan mengikuti. Ketua DPD Asephi Bali I Ketut Dharma Siadja mengatakan Jumat (26/3). Hal itu disampaikan Dharma Siadja menyusul pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang kini tengah berlangsung di Bali.
Dikatakan vaksinasi Covid-19 menunjukkan usaha bagaimana penanggulangan agar pandemi Covid-19 cepat berakhir. Namun bagaimana dampaknya terhadap bisnis handicraft Bali, Dharma Siadja tidak berani memastikan.
Walaupun, lanjut pengusaha asal Desa Mas, Ubud Gianyar ada wacana pariwisata Bali akan buka dalam beberapa bulan ke depan. "Kita tunggu dan lihat perkembangan, " katanya.
Apalagi jika mengacu perkembangan informasi pandemi di negara-negara yang selama ini menjadi pasar handicraft Bali, diantaranya Amerika, negara-negara Eropa yang masih berjuang keras melawan, pandemi tersebut.
Amerika Serikat misalnya sedang melakukan vaksinasi untuk 200 juta penduduknya. Sedang di Eropa kini muncul gelombang ketiga (pandemi).
Mengacu kondisi tersebut, Dharma Siadja menyatakan jelas masih susah memperkirakan kapan bisnis handicraft Bali akan mulai menggeliat kembali.
Walau demikian bukan berarti para produsen maupun eksportir handicraft Bali pasrah begitu saja. “Kita tetap berkreativitas menciptakan design dan sample produk ,memamerkan, secara online, "ungkapnya. Pesanan juga ada, cuma volumenya sedikit.
Jika pariwisata Bali nanti pulih, tentu pelaku bisnis handicraft berharap kembali bisa melakukan pameran dan pemasaran secara offline. Dari pengalaman selama ini penjualan atau pemasaran produk-produk handicraft didominasi pemasaran secara offline. "Dengan melihat langsung, buyer lebih suka," kata Dharma Siadja. *k17
Dikatakan vaksinasi Covid-19 menunjukkan usaha bagaimana penanggulangan agar pandemi Covid-19 cepat berakhir. Namun bagaimana dampaknya terhadap bisnis handicraft Bali, Dharma Siadja tidak berani memastikan.
Walaupun, lanjut pengusaha asal Desa Mas, Ubud Gianyar ada wacana pariwisata Bali akan buka dalam beberapa bulan ke depan. "Kita tunggu dan lihat perkembangan, " katanya.
Apalagi jika mengacu perkembangan informasi pandemi di negara-negara yang selama ini menjadi pasar handicraft Bali, diantaranya Amerika, negara-negara Eropa yang masih berjuang keras melawan, pandemi tersebut.
Amerika Serikat misalnya sedang melakukan vaksinasi untuk 200 juta penduduknya. Sedang di Eropa kini muncul gelombang ketiga (pandemi).
Mengacu kondisi tersebut, Dharma Siadja menyatakan jelas masih susah memperkirakan kapan bisnis handicraft Bali akan mulai menggeliat kembali.
Walau demikian bukan berarti para produsen maupun eksportir handicraft Bali pasrah begitu saja. “Kita tetap berkreativitas menciptakan design dan sample produk ,memamerkan, secara online, "ungkapnya. Pesanan juga ada, cuma volumenya sedikit.
Jika pariwisata Bali nanti pulih, tentu pelaku bisnis handicraft berharap kembali bisa melakukan pameran dan pemasaran secara offline. Dari pengalaman selama ini penjualan atau pemasaran produk-produk handicraft didominasi pemasaran secara offline. "Dengan melihat langsung, buyer lebih suka," kata Dharma Siadja. *k17
1
Komentar