Wabup Suiasa: Kuta Darurat Sampah
Kawasan wisata Pantai Kuta selama dua hari terakhir ini menerima sampah kiriman yang mayoritas adalah kayu. Jumlah sampah yang menepi ini terus meningkat.
Pantai Kuta Mulai Terima Sampah Kiriman
MANGUPURA, NusaBali
Wakil Bupati badung I Ketut Suiasa menyebut saat ini Kuta darurat sampah. Pernyataan itu dikemukakan Wabup Suiasa saat memantau sampah kiriman di Pantai Kuta, Jumat (2/12) sore. Wabup didampingi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Badung I Putu Eka Merthawan.
Wabup Suiasa mengatakan masalah sampah di Pantai Kuta memang sering terjadi setiap tahun. Untuk tahun ini sampah kiriman sedikt mundur, karena biasanya terjadi pada bulan November namun tahun ini terjadi pada Desember.
Meski telah menjadi masalah musiman, namun Pemkab Badung hingga saat ini belum menemukan langkah yang tepat untuk mengatasi sampah secara cepat. Wabup Suiasa mengatakan persoalan yang paling menghambat dalam mengatasi masalah sampah ini agar tertangani dengan cepat adalah sarana, prasarana, dan sumber daya manusia (SDM). “Kami masih kurang sarana, prasarana, dan SDM. Ke depan kami upayakan untuk penambahan sarana dan prasarana, baik berupa kendaraan loader maupun truk pengangkut. Secara ideal sebenarnya kami membutuhkan 18 unit kendaraan,” ujarnya.
Sedangkan Merthawan menyatakan pihaknya kewalahan dalam menangani puluhan ton sampah itu. Untuk mengatasi masalah sampah tersebut DKP membutuhkan sekitar 18 unit kendaraan pembersih, 20 unit mesin pemotong kayu, dan 100 orang pekerja.
Merthawan menjelaskam, kawasan wisata dari Petitenget hingga Jimbaran mengalami kondisi yang sama. Namun yang terparah adalah kawasan Pantai Kuta. Bentangan pantai dari Petitenget hingga Jimbaran, menurut Mertawan, sekitar 7,5 kilometer hanya dilayani oleh 3 unit loader, satu unit truk, 12 orang pekerja, dan 2 unit mesin pemotong.
“Kami kerja ekstra keras untuk menangani masalah sampah ini. Jangankan jumlah kendaraan, jumlah tenaga kerja saja sangat minim. Hari ini saya meminta bantuan tenaga dari yang bersih-bersih di jalan raya itu. Kami kerja dua shift, dari pagi pukul 07.00 Wita sampai pukul 12.00 Wita, dan dari pukul 12.00 hingga 19.00 Wita. Mau bagaimana lagi, inilah masalahnya,” ucapnya.
Lantaran sarana dan prasarana yang sangat minim itu, Merthawan membuat tempat pembuangan sampah sementara di depan Setra Asem Celagi. Hal itu dilakukannya untuk memudahkan pengangkutan oleh kendaraan. “Kami menggunakan tempat di depan Setra Asem Celagi untuk dijadikan TPS. Para pembersih mengumpulkannya di sana untuk mempermudah pengangkutan oleh kendaraan truk,” imbuhnya.
Anggota Komisi IV DPRD Badung Ni Luh Gede Sri Mediatuti, yang turut memantau sampah di Pantai Kuta, mengatakan sektor pemasukan yang utama dari Kabupaten Badung adalah dari pariwisata. Namun anehnya hingga saat ini DPRD Kabupaten Badung belum pernah menganggarkan dana untuk mengatasi masalah sampah musiman itu.
Ni Luh Gede Sri Mediatuti mengatakan akan berusaha membuatkan anggaran, agar masalah sampah di kawasan wisata bisa diatasi dengan baik. “Kami akan mencoba untuk mengajukan anggaran. Mungkin realisasinya pada tahun 2017 mendatang. Kami akan mengusulkan semua masukan dari DKP Kabupaten Badung. Kami siap mendukung semua, karena Kuta merupakan kawasan pariwisata dan dapurnya Badung,” kata dia. * cr64
Komentar