Tujuh Hari Koma, Septia Meninggal
Kedua orangtua Septia telah berjuang sekuat tenaga untuk kesembuhan putri pertamanya, meski dengan keterbatasan materi.
Siswi SMAN 4 Singaraja yang Jadi Korban Tabrak Lari
SINGARAJA, NusaBali
Luh Septia Rahayuni, 16, korban tabrak lari truk pada Kamis (1/12) lalu akhirnya menghembuskan nafas terakhir saat masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Parama Sidhi Buleleng, Rabu (7/12) kemarin. Peristiwa yang dialaminya pun mengundang simpati banyak orang. Apalagi ditambah dengan kondisi keluarganya yang kurang mampu dengan tagihan rumah sakit yang membengkak hingga puluhan juta rupiah.
Sebelumnya, kasus Septia ini mencuat di media sosial (medsos). Dengan peristiwa tragis yang dialami korban banyak orang peduli dan merasa iba akan derita yang dialami remaja yang masih tercatat sebai siswa kelas X SMAN 4 Singaraja ini. Setelah tujuh hari koma dan tidak sadarkan diri semenjak kecelakaan yang dialaminya, Septia menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (7/12) sekitar pukul 16.00 Wita.
Kepergiannya tersebut pun membuat orang-orang terdekat tidak kuasa menahan tangis duka. Apalagi kedua orangtua Septia, Kadek Ariasa, 40, dan Luh Sukerni, 38, telah berjuang sekuat tenaga untuk kesembuhan putri pertamanya, meski dengan keterbatasan materi.
Menurut kesaksian seorang relawan peduli sesama Buleleng, Niken Pujiastuti, Rabu (7/12) kemarin, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Septia memang sudah divonis dokter tidak dapat bertahan lama. “Saya dipanggil dokter sekitar pukul 15.30 Wita, katanya Septia sudah tidak ada harapan, setelah itu langsung denyut jantung dan paru-parunya melemah,” ujar dia.
Padahal relawan peduli sesama, sudah mendapatkan donatur yang bersedia menebus semua biaya perawatan Septia yang membengkak hingga hari keenam sejumlah puluhan juta. Dana tersebut pun sudah diuruskan sehingga pihak keluarga berencana akan memindahkan perawatan Septia ke RSUD Buleleng agar biaya yang ditanggung dapat menggunakan Jaminan Kesehatan Bali mandara (JKBM).
Namun rencana tetaplah rencana, karena Tuhan berkehendak lain dan menjemput Septia lebih awal di hari ketujuh dia mengalami koma. Septia yang mengalami kecelakaan tragis dikatakan mengalami luka berat di kepala, patah tulang jari kelingking dan gangguan pada organ dalam, akibat benturan yang sangat keras. Sehingga selama ia dirawat di rumah sakit, sejumlah selang masuk ke tubuhnya untuk membantunya bertahan hidup.
Sementara itu, setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazah Septia langsung dipulangkan ke rumah duka ke Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Pihak keluarga saat ini masih menunggu hari baik untuk prosesi penguburan Septia. Kedua orang tua Septia juga nampak masih syok atas kepergian putri pertama mereka.
Sebelumnya diberitakan Luh Septia Rahayuni, warga Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng koma selama enam hari di RS Paramasidhi setelah mengalami kecelakaan tabrak lari truk saat menuju ke sekolah pada Kamis (1/12) sekitar pukul 06.15 Wita. Kondisinya semakin memburuk karena tidak sadarkan diri selama enam hari. Disisi lain kondisi keluarganya dengan keterbatasan ekonomi, tidak mampu untuk membayar biaya perawatan yang membengkak hingga puluhan juta rupiah. * k23
Komentar