HIPMI : Bali Perlu di 'Bail Out'
Border untuk Wisman Harus Buka
DENPASAR,NusaBali
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali menyatakan pembukaan border untuk memulihkan pariwisata Bali mesti dilakukan.
Jika tidak, bukan saja ekonomi Bali kelam semakin dalam, namun pasti berpengaruh terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional antara 5 - 6 persen tahun 2021.
Ketua Umum HIPMI Bali Pande Agus Permana Widura mengatakan Kamis (22/4). Terkait hal itu Menteri Keuangan sudah keluarkan Peraturan Menteri Keuangan/PMK No 32/2021tentang pinjaman untuk pariwisata.
Gubernur juga sudah sangat memahami saat ini merupakan moment titik kritis bagi pengusaha di Bali. Karena setelah setahun lebih berlangsung, Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian Bali.Dimana tahun 2020 lalu ekonomi Bali minus 9,31 persen.
Hal ini tentu menjadi PR, mengingat Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional antara 5-6 persen atau rata-rata 5,5 persen tahun 2021.
"Target ini akan sulit tercapai jika Bali masih tertinggal," ujar Agus Permana Widura. Karena itu Bali butuh kebijakan-kebijakan khusus.
Sebagaimana disampaikan Gubernur Bali I Wayan Koster,dalam Sarasehan Akselerasi Ekonomi Nasional-Temu Stakeholders (Jumat, 9/4) di Innaya Hotel Putri Bali, Nusa Dua. "Harus ada kelonggaran-kelonggaran POJK 48,"ujarnya.
Seiring hal tersebut, HIPMI meminta ada bantuan stimulus khusus untuk Bali. Perekonomian di Bali bisa stagnan jika tidak ada bantuan stimulus khusus itu.
"Salah satu harapan kita air port harus segera dibuka," ucap Agus Permana Widura, pengusaha asal Gianyar ini. Dengan pembukaan bandara pengusaha punya harapan untuk bertahan tahun 2021.Tentu, tegas Agus Permana, dengan penerapan protokol kesehatan atau CHSE yang ketat. Dikatakan pelaku usaha di Bali masih tetap berharap ada stimulus. Baik stimulus dalam bentuk hibah dari pemerintah maupun relaksasi dari perbankan. Salah satunya top up kredit.
Top up pinjaman sangat dbutuhkan pelaku usaha, dalam hal ini usaha pariwisata. Dana itu sangat dibutuhkan untuk persiapan pembukaan wisman antara Juni atau Juli. "Cash flow itu yang kita butuhkan untuk persiapan pembukaan pariwisata Bali, Juni atau Juni depan," ujarnya.
Dengan cash flow tersebut, pengusaha punya dana untuk beroperasi. Antara lain memanggil kembali karyawan yang selama ini di rumah, yang tidak digaji atau hanya mendapatkan bantuan sembako. Hal ini, akan meningkatkan perputaran uang yang anjlok hingga 50 persen periode triwulan 2021 dibanding triwulan awal 2021.
Sederhananya HIPMI kata Agus Permana, Bali perlu bail out, untuk menunjang menggeliatnya usaha pawisata. "Ibarat motor yang mati, perlu bahan bakar untuk menghidupkan kembali," ujarnya mengumpamakan. *K17
Komentar