Murid SD se-Karangasem Ramaikan Festival Nyastra
Sebanyak 480 murid yang berasal dari 358 SD se–Kabupaten Karangasem, mengikuti Festival Nyastra Tahun 2016 di Gedung UKM Center Amlapura, Minggu (11/12).
Disbudpar Bangli Optimistis Nasib Bahasa Bali Cerah
AMLAPURA, NusaBali
Seluruh murid diwajibkan menyalin dari huruf latin ke aksara Bali. Namun panitia tidak melakukan penilaian, hanya mengumpulkan seluruh hasil karya peserta.
Para murid yang beruntung namanya muncul dalam undian berhadiah di akhir lomba, berhak dapat bingkisan, dan hadiah utama berupa sebuah sepeda gunung.
Selama satu jam peserta menyalin huruf latin ke aksara Bali di kertas polio, selanjutnya panitia mengumpulkan hasil karya siswa untuk diteliti, sejauh mana perkembangan sastra Bali ditekuni siswa. Dan juga jadi bahan evaluasi saat melakukan penyuluhan bahasa Bali di tiap desa.
Festival Nyastra 2016 melibatkan 78 tenaga penyuluh bahasa Bali, dipimpin Ketua Panitia I Putu Pande Suargita didampingi Koordinator Lapangan I Wayan Jatiyasa.
Setiap peserta di akhir Festival Nyastra mendapat sertifikat sebagai bukti menjadi peserta. Rata-rata siswa yang ikut Festival Nyastra Tahun 2016, belum optimal mampu menyalin huruf latin ke aksara Bali. Siswi Ni Ketut Junita kelas VI SDN Tumbu, Kecamatan Karangasem mengaku tidak begitu lancar menyalin ke aksara Bali. “Bisa saja menyalin ke aksara Bali, tetapi perlu waktu cukup lama,” ucapnya.
I Komang Agus Nova, siswa kelas VI SDN 4 Seraya, Kecamatan Karangasem, juga mengatakan belum lancar menyalin ke aksara Bali. “Memerlukan waktu cukup lama, menyalin ke aksara Bali,” ujarnya.
Wayan Jatiyasa yang juga penyuluh bahasa Bali di Desa Tiyingtali, Kecamatan Abang, mengatakan, Festival Nyastra 2016 untuk mengetahui peta kemampuan siswa dalam hal memahami bahasa Bali, terutama menyurat aksara Bali. “Salah satu tugas penyuluh bahasa Bali adalah memantau perkembangan bahasa Bali di masyarakat dan di sekolah,” ucapnya.
Jatiyasa mengatakan, setelah hasil karya siswa terkumpul, panitia tidak mencari penulis terbaik. “Ini kan festival, untuk memotivasi siswa agar lebih giat menyalin aksara Bali, untuk melestarikan budaya lokal,” jelasnya.
Sementara itu, Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bangli tidak khawatir dengan pesimisme yang dilontarkan sebagian kalangan terhadap masa depan bahasa dan aksara Bali.
Antusias peserta Festival Bahasa Bali yang digelar Paiketan Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Bangli, Minggu (11/12), menjadi alasannya. Sebanyak 1.080 anak mengikuti festival yang digelar di Kampus IHDN Denpasar di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli. “Kalau melihat antusias peserta kami yakin bahasa dan aksara Bali, tetap lestari,” ujar Kadisbudpar Bangli I Wayan Adnyana.
Namun, antusias anak-anak tersebut mesti diikuti dengan pembinaan lanjutan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya. Sedang di Disbudpar, pembinaan juga dilakukan, di antaranya lewat utsawa dharma gita.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali untuk Kabupaten Bangli Ni Ketut Sudastrini, menyatakan festival ini merupakan ajang pelestarian bahasa, sastra, dan aksara Bali sejak usia dini. “Sejak anak-anaklah kita mulai perkenalkan,” ujar Sudastrini.
Dikatakan, festival ini menunjukkan kelompok-kelompok belajar yang didirikan Penyuluh Bahasa Bali telah berhasil menjaring generasi baru bahasa Bali. “Ini evaluasi setelah enam bulan bertugas,” ucap Sudastrini. * k16, k17
1
Komentar