Rangka Jembatan Gantung Mulai Dipasang
Senin (12/12), dilakukan upacara Macaru di lokasi pembuatan jembatan gantung. Mempertimbangkan faktor keamanan, akan dikaji ulang apakah jembatan gantung tersebut bisa dilalui warga atau tidak.
Pascabencana Longsor di Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang
MANGUPURA, NusaBali
Rangka jembatan gantung yang akan dipergunakan sementara di titik lokasi longsor Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, telah rampung. Rangka jembatan yang terbuat dari baja tersebut berfungsi menempatkan enam pipa pengalih air irigasi dan drainase dari hulu jebol (bagian utara) menuju box curvert yang ada di hilir jebol (bagian selatan). Sebelum pemasangan, Senin (12/12) siang, dilakukan upacara macaru.
“Hari ini (kemarin) rencana kami pasang. Satu atau dua hari ke depan mungkin sudah selesai. Sekarang sedang dilakukan upacara macaru,” kata Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) Kabupaten Badung AA Gede Dalem, Senin kemarin.
Panjang jembatan gantung 24 meter dengan lebar 1,5 meter. Menurut Gung Dalem, sapaan AA Gede Dalem, fungsi utama jembatan gantung adalah untuk saluran air irigasi dan drainase dari hulu jebol (bagian utara) menuju box curvert yang ada di hilir jebol (bagian selatan). “Jadi dengan pengalihan saluran air dari hulu, air tidak masuk ke titik longsor. Itu sebetulnya tujuan utamanya,” tuturnya.
Sebelumnya jembatan gantung ini juga akan difungsikan untuk dapat dilalui warga, minimal sepeda motor dapat lalu lalang. Tetapi karena pertimbangan keamanan, tim teknis kini sedang mengkaji ulang apakah jembatan gantung bisa dilintasi warga. Terlebih, lagi saat ini kawasan Banjar Angantiga, Petang, kerap diguyur hujan lebat. Sehingga tak ingin sesuatu terjadi bila masyarakat diberi keleluasaan melintas.
“Ini untuk roda dua bisa sebetulnya. Tapi kami akan kaji lagi bisa tidak dilalui. Sekarang hujannya deras sekali. Kami akan pertimbangan faktor keamanan,” kata Gung Dalem.
Bagaimana dengan pipa milik PDAM Tirta Mangutama? Gung Dalem menyatakan untuk pipa PDAM Tirta Mangutama sudah diikatkan pada pembatas jalan yang ada di sebelah barat. Jadi sementara tidak ada masalah.
Sementara Perbekel Petang I Wayan Suryantara tetap menaruh harapan warga bisa melintas dengan selesainya pembangunan jembatan gantung tersebut. Sebab, warga kesulitan beraktivitas terutama saat antar anak ke sekolah. “Kalau harus lewati jalan altetnatif kan sangat jauh, jadi warga kami berharap jembatan gantung sementara ini tetap bisa dilalui kendaraan roda dua,” harapnya.
Mengenai keamanan, menurut Suryantara, bisa disiasati dengan menempatkan petugas khusus untuk memantau. “Kalau malam kan bisa diberi lampu penerangan jalan. Jadi kami mohon agar kendaraan seperti sepeda motor tetap bisa melintas, apalagi saya sempat tanya kepada kontraktor proyek, konstruksi jembatan sangat kuat.”
Seperti diketahui, pasca-terputusnya akses jalan utama Denpasar–Pelaga di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, pada Rabu (30/11) malam, warga setempat beramai-ramai membuat jalan setapak. Jalan yang dibikin untuk memudahkan aktivitas warga, terutama saat akan mengantar anak-anak ke sekolah.
Jalan setapak untuk pejalan kaki yang dibuat secara bergotong royong oleh warga berlokasi tak jauh dari titik longsor, Sabtu (3/12). Persisnya hanya berjarak 10 meter di sebelah barat jalan. Perbekel Desa Petang Wayan Suryantara, mengatakan jalan setapak dibuat sepanjangs ekitar 40 meter. “Anak-anak SD dari Banjar Angantiga (Desa Petang) yang sekolah ke SD 2 Petang harus memutar sekitar 3 kilometer bila melalui jalur alternatif. Tapi kalau lewat jalur utama (sebelum longsor) hanya berjarak 1 km,” ucap Suryantara pada NusaBali kala itu.
Menurutnya, sangat berisiko bila mengantar anak sekolah dengan sepeda motor melalui jalur alternatif. Pasalnya selain jalannya terjal dan curam, jalan alternatif juga lebih banyak dilintasi kendaraan, semenjak akses dari dan menuju ke Desa Pelaga, Kecamatan Petang, ataupun ke arah Kintamani, Bangli, putus karena longsor. “Jadi ini yang jadi pemikiran warga, makanya warga sepakat membua akses jalan setapak,” imbuhnya.
Berapa siswa SD dari Banjar Angantiga khususnya yang terbiasa melalui jalan sebelum terputus? Suryantara mengaku berjumlah sekitar 35 siswa. Ini tidak termasuk siswa SMP yang menempuh pendidikan ke SMPN 1 Petang. “Kalau yang SMP ada sekitar 15-20 orang,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, petugas Dinas BMP Badung telah mulai pengeboran tebing di lokasi longsor Banjar Angantiga, Desa Petang, Sabtu (3/12). Metode pengeboran yang disebut ‘bor pile’ ini memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang.
Menurut Kabid Pengairan Dinas BMP Badung AA Gede Dalem, ditargetkan ada se-mbilan titik bor yang dibuat. Kesembilan titik bor itu nantinya akan diberi semen cor, yang berfungsi untuk memperkuat tebing. Penguatan tebing ini berlaku untuk tebing sebelah utara maupun sebelah selatan titik longsor.
“Bor pile ini selain berfungsi sebagai penguat tebing agar tidak longsor lagi, juga untuk dijadikan pondasi pembuatan jembatan gantung sementara. Nantinya, jembatan gantung sementara akan dibuat dari baja,” ungkap Dalem, Minggu (4/12). * asa
MANGUPURA, NusaBali
Rangka jembatan gantung yang akan dipergunakan sementara di titik lokasi longsor Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, telah rampung. Rangka jembatan yang terbuat dari baja tersebut berfungsi menempatkan enam pipa pengalih air irigasi dan drainase dari hulu jebol (bagian utara) menuju box curvert yang ada di hilir jebol (bagian selatan). Sebelum pemasangan, Senin (12/12) siang, dilakukan upacara macaru.
“Hari ini (kemarin) rencana kami pasang. Satu atau dua hari ke depan mungkin sudah selesai. Sekarang sedang dilakukan upacara macaru,” kata Kepala Bidang Pengairan Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) Kabupaten Badung AA Gede Dalem, Senin kemarin.
Panjang jembatan gantung 24 meter dengan lebar 1,5 meter. Menurut Gung Dalem, sapaan AA Gede Dalem, fungsi utama jembatan gantung adalah untuk saluran air irigasi dan drainase dari hulu jebol (bagian utara) menuju box curvert yang ada di hilir jebol (bagian selatan). “Jadi dengan pengalihan saluran air dari hulu, air tidak masuk ke titik longsor. Itu sebetulnya tujuan utamanya,” tuturnya.
Sebelumnya jembatan gantung ini juga akan difungsikan untuk dapat dilalui warga, minimal sepeda motor dapat lalu lalang. Tetapi karena pertimbangan keamanan, tim teknis kini sedang mengkaji ulang apakah jembatan gantung bisa dilintasi warga. Terlebih, lagi saat ini kawasan Banjar Angantiga, Petang, kerap diguyur hujan lebat. Sehingga tak ingin sesuatu terjadi bila masyarakat diberi keleluasaan melintas.
“Ini untuk roda dua bisa sebetulnya. Tapi kami akan kaji lagi bisa tidak dilalui. Sekarang hujannya deras sekali. Kami akan pertimbangan faktor keamanan,” kata Gung Dalem.
Bagaimana dengan pipa milik PDAM Tirta Mangutama? Gung Dalem menyatakan untuk pipa PDAM Tirta Mangutama sudah diikatkan pada pembatas jalan yang ada di sebelah barat. Jadi sementara tidak ada masalah.
Sementara Perbekel Petang I Wayan Suryantara tetap menaruh harapan warga bisa melintas dengan selesainya pembangunan jembatan gantung tersebut. Sebab, warga kesulitan beraktivitas terutama saat antar anak ke sekolah. “Kalau harus lewati jalan altetnatif kan sangat jauh, jadi warga kami berharap jembatan gantung sementara ini tetap bisa dilalui kendaraan roda dua,” harapnya.
Mengenai keamanan, menurut Suryantara, bisa disiasati dengan menempatkan petugas khusus untuk memantau. “Kalau malam kan bisa diberi lampu penerangan jalan. Jadi kami mohon agar kendaraan seperti sepeda motor tetap bisa melintas, apalagi saya sempat tanya kepada kontraktor proyek, konstruksi jembatan sangat kuat.”
Seperti diketahui, pasca-terputusnya akses jalan utama Denpasar–Pelaga di wilayah Banjar Angantiga, Desa/Kecamatan Petang, pada Rabu (30/11) malam, warga setempat beramai-ramai membuat jalan setapak. Jalan yang dibikin untuk memudahkan aktivitas warga, terutama saat akan mengantar anak-anak ke sekolah.
Jalan setapak untuk pejalan kaki yang dibuat secara bergotong royong oleh warga berlokasi tak jauh dari titik longsor, Sabtu (3/12). Persisnya hanya berjarak 10 meter di sebelah barat jalan. Perbekel Desa Petang Wayan Suryantara, mengatakan jalan setapak dibuat sepanjangs ekitar 40 meter. “Anak-anak SD dari Banjar Angantiga (Desa Petang) yang sekolah ke SD 2 Petang harus memutar sekitar 3 kilometer bila melalui jalur alternatif. Tapi kalau lewat jalur utama (sebelum longsor) hanya berjarak 1 km,” ucap Suryantara pada NusaBali kala itu.
Menurutnya, sangat berisiko bila mengantar anak sekolah dengan sepeda motor melalui jalur alternatif. Pasalnya selain jalannya terjal dan curam, jalan alternatif juga lebih banyak dilintasi kendaraan, semenjak akses dari dan menuju ke Desa Pelaga, Kecamatan Petang, ataupun ke arah Kintamani, Bangli, putus karena longsor. “Jadi ini yang jadi pemikiran warga, makanya warga sepakat membua akses jalan setapak,” imbuhnya.
Berapa siswa SD dari Banjar Angantiga khususnya yang terbiasa melalui jalan sebelum terputus? Suryantara mengaku berjumlah sekitar 35 siswa. Ini tidak termasuk siswa SMP yang menempuh pendidikan ke SMPN 1 Petang. “Kalau yang SMP ada sekitar 15-20 orang,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, petugas Dinas BMP Badung telah mulai pengeboran tebing di lokasi longsor Banjar Angantiga, Desa Petang, Sabtu (3/12). Metode pengeboran yang disebut ‘bor pile’ ini memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang.
Menurut Kabid Pengairan Dinas BMP Badung AA Gede Dalem, ditargetkan ada se-mbilan titik bor yang dibuat. Kesembilan titik bor itu nantinya akan diberi semen cor, yang berfungsi untuk memperkuat tebing. Penguatan tebing ini berlaku untuk tebing sebelah utara maupun sebelah selatan titik longsor.
“Bor pile ini selain berfungsi sebagai penguat tebing agar tidak longsor lagi, juga untuk dijadikan pondasi pembuatan jembatan gantung sementara. Nantinya, jembatan gantung sementara akan dibuat dari baja,” ungkap Dalem, Minggu (4/12). * asa
1
Komentar