Pamedek Jatuh Pingsan, Lalu Meninggal Usai Muspa
Korban I Wayan Ginten sempat dibawa ke Bale Pawedan sebelum pingsan, lalu dipapah menuju Bale Pesandekan di Nista Mandala Pura Sad Kahyangan Pucak Luhur Lempuyang sebelum akhirnya meninggal
Musibah Maut di Pura Sad Kahyangan Lempuyang, Desa Pakraman Purwayu
AMLAPURA, NusaBali
Seorang pamedek (umat yang tangkil), I Wayan Ginten, 56, meninggal mendadak di Pura Sad Kahyangan Pucak Luhur Lempuyang, Desa Pakraman Purwayu, Kecamatan Abang, Karangasem, Minggu (11/12) siang. Gara-gara meninggalnya pamedek asal Banjar Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar ini, kawasan suci Pura Pucak Luhur Lempuyang dinyatakan cuntaka (kotor secara niskala).
Musibah maut pamedek meninggal mendadak di Pura Pucak Luhur Lempuyang ini terjadi Minggu siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, korban Wayan Ginten tangkil ke Pura Luhur Lempunyang bersama rombongan keluarganya dari Banjar Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar. Mereka masing-masing Ni Luh Armini, 55 (istri korban Wayan Ginten), I Ketut Rudita, 34 (menantu korban asal Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung), Ni Putu Ratih Sukma Dewi, 4,5 (cucu korban), I Gede Risky, 6,5 (cucu korban), dan Ni Made Juita, 31 (keponakan korban).
Informasi yang dihimpun NusaBali, rombongan korban Wayan Ginteng diketahui berangkat dari Desa Puhu menuju Pura Pucak Luhur Lempuyang, Minggu pagi sekitar pukul 06.00 Wita. Mereka naik satu mobil yang dikemudikan menantu korban, Ketut Rudita. Perjalanan mereka melalui jalur selatan dari Pura Lempuyang Madya di Banjar Gamongan, Desa Pakraman Tiyingtali, Kecamatan Abang.
Setelah melintasi Pura Lempuyang Madya, selanjutnya melewati jalan tangga menurun, lanjut berbelok kanan ke arah atas menuju Pura Pucak Luhur Lempuyang. Sebelum tiba di Pura Pucak Luhur Lempuyang, rombongan korban melintasi Pura Pasar Agung.
Selama perjalanan dari Pura Lempuyang Madya menuju Pura Pasar Agung, hingga sampai di Pura Pucak Luhur Lempuyang, korban Wayan Ginten dalam kondisi baik-baik saja. Mereka tiba di Pura Pucak Luhur Lempuyang, Minggu siang pukul 11.00 Wita. Rombongan korban lanjut melakukan persembahyangan hingga siang pukul 12.00 Wita, dengan dipuput Jro Mangku Gede Wangi.
Seusai muspa (persembahyangan), korban Wayan Ginten memilih berteduh di Bale Pawe-daan, karena gerimis hujan mulai turun. Sedangkan istrinya, Ni Luh Armini, mengambil layuban di palinggih. Ketika menuju Bale Pawedaan, korban sudah dalam kondisi drop dan harus dipapah oleh menantunya, I Ketut Rudita. Ketika meludah, terlihat ludahnya bercampur darah. Habis itu, darah segar mengalir dari hidung dan mulut korban. Lalu, korban jatuh pingsan.
Korban Wayan Ginten yang dalam kondisi pingsan selanjutnya dipapah sang menantu, Ketut Rudita, ke Bale Pesandekan Kaler di Nista Mandala Pura Pucak Luhur Lempuyang. Di Bale Pesandekan Kaler saat itu kebetulan ada pamedek yang seorang dokter sedang berteduh. Dokter ini sempat bantu memeriksa denyut nadi dan jantung korban. Namun, siang sekitar pukul 13.00 Wita, korban berusia 56 tahun ini dinyatakan meninggal.
Kabar meninggalnya pamedek di Pura Pucak Luhur Lempuyang ini didengar oleh pecalang I Ketut Sami, yang siang itu bertugas jaga di Pura Pasar Agung, sekitar 200 meter arah bawah dari Pura Pucak Luhur Lempunyang. Pecalang Ketut Sami langsung melaporkan musibah ini kepada Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati, selaku pangempon Pura Sad Kahyangan Pucak Luhur Lempuyang.
Bendesa Nyoman Jati pun mengerahkan lima warganya untuk membantu evakuasi korban Wayan Ginten menuruni anak tangga hingga tiba di jaba Pura Telaga Mas. Selanjutnya, Bendesa Nyoman Jati mengontak RS BaliMed Karangasem untuk kirim ambulans. Jenazah korban selanjutnya dibawa ke RS BaliMed, sebelum kemudian dikirim ke rumah duka di Banjar Semaon, Desa Puhu, Payangan.
Pamangku Pura Sad Kahyangan Pucak Luhur Lempuyang, Jro Mangku Gede Wangi, mengatakan sejak terjadi musibah pamedek meninggal ini, areal pura dinyatakan cuntaka. Pihaknya pun akan menggelar upacara pembersihan awal di Pura Pucak Luhur Lempuyang tepat Purnamaning Kanem pada Anggara Paing Bala, Selasa (13/12) ini. Upacara pembersihan awal ini dengan menghaturkan banten prayascita, durmenggala, biyakala, sapuh lara, dan sebagainya.
“Kami akan menghaturkan banten di tiap palinggih mulai dari Pura Pucak Luhur lempuyang, Pura Pasar Agung, Pura Telaga Mas, Pura Penataran, hingga Pura Pasi-mpenan. Ini upacara persembahan awal agar tidak lagi cuntaka,” jelas Jro Mangku Wangi saat dikonfirmasi NusaBali, Senin (12/12).
Sedangkan Bendesa Pakraman Purwayu, I Nyoman Jati, menyatakan pihaknya berencana menggelar paruman, Sabtu (17/12) depan, selanjutnya mohon petunjuk kepada sulinggih menyangkut upacara yang mesti dilaksanakan. “Kami paruman dulu, selanjutnya mohon petunjuk sulinggih,” ungkap Bendesa Nyoman Jati saat dikonfirmasi terpisah, Senin kemarin.
Sementara itu, jenazah korban Wayan Ginten telah dikuburkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan pada Soma Umanis Bala, Senin sore pukul 17.00 Wita. Penguburan korban Wayan Ginten, yang sehari-harinya bekerja sebagai pendamping pertanian di Desa Buahan, Kecamatan Payangan ini diiringi keluarga dan krama sebanjar.
Istri korban, Luh Armini, mengatakan suaminya selama ini menderita sakit jantung dan sering kumat. Dia pun menuga suaminya tewas mendadak di Pura Pucak Luhur Lempunyang karena penyakitnya kumat. “Suami saya memang sakit jantung sejak lama,” ujar Luh Armini. Karena penyakitnya ini, korban sempat menjalani perawatan di RS Sanglah Denpasar, sekitar 1,5 tahun silam. * k16,cr62
1
Komentar