Buleleng Hanya Ikuti 5 Pertunjukan di PKB
Terkendala anggaran, dari 5 pertunjukan seni yang diikuti, 4 dibiayai APBD Kabupaten Buleleng. Sedangkan pagelaran seni klasik Wayang Wong dari DPA Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng memutuskan hanya mengikuti lima pertunjukan seni pada pagelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII yang akan digelar pada Juni – Juli mendatang. Minimnya jumlah pertunjukan seni yang diikuti Kabupaten Buleleng karena keterbatasan anggaran akibat dampak pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara, ditemui Jumat (7/5), menyebutkan lima pertunjukan seni yang diikuti di antaranya, pertunjukan gong kebyar dewasa, gong kebyar wanita, gong kebyar anak-anak, lomba baleganjur, dan pagelaran seni klasik khas Buleleng Wayang Wong. Dari kelima pertunjukan seni yang diikuti, 4 di antaranya dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Buleleng. Sedangkan khusus untuk pagelaran seni klasik Wayang Wong dibiayai dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
“Tahun ini dengan anggaran yang sangat terbatas, kami hanya mampu mengikuti lima pertunjukan seni pada PKB tahun ini. Karena anggaran di masa pandemi ini lebih difokuskan untuk penanganan Covid-19. Total anggaran yang kami siapkan hanya Rp 500.000.000,” ucap Dody Askara.
Mantan Camat Buleleng ini merinci anggaran itu akan diberikan kepada 3 sekaa gong yang mewakili Buleleng, masing-masing Rp 150.000.000, dan untuk lomba baleganjur diberikan anggaran Rp 50.000.000.
Jumlah anggaran pembinaan hingga pementasan itu, menurut Dody Askara, juga menurun dibanding tahun 2019 lalu. Pada PKB 2019, alokasi anggaran sebesar Rp 990.000.000 berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Kabupaten Badung. Biasanya untuk anggaran pembinaan gong kebyar mendapatkan Rp 195 juta per sekaa. Dana pembinaan itu akan dipakai untuk operasional selama latihan hingga kebutuhan pentas di Denpasar.
“Kami sangat berterima kasih juga kepada sekaa yang tampil tahun ini mewakili Buleleng. Meskipun dengan keterbatasan anggaran mereka masih mau tampil demi membawa nama Buleleng,” imbuh Dody Askara.
Sementara itu, seluruh sekaa yang akan mewakili Buleleng sudah menjalani latihan sejak awal April lalu. Sekaa gong kebyar dewasa akan diwakili oleh Sanggar Seni Tri Pitaka Desa Munduk, Kecamatan Banjar, kemudan gong kebyar wanita akan diwakili oleh Sekaa Gong Wanita Banda Sawitra Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, dan gong kebyar anak-anak akan diwakili oleh Sekaa Gong Julung Wangi Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Lalu lomba baleganjur menampilkan Sanggar Seni Anglocita Swara Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, dan pagelaran seni klasik diwakili Sanggar Seni Wayang Wong Guna Murti Desa/Kecamatan Tejakula.
Dody Askara menjelaskan Dinas Kebudayaan memprioritaskan keikutsertaannya pada seni gong kebyar, untuk tetap melestarikan kesenian yang memang lahir dan berawal di Buleleng. Dalam pertunjukannya sekaa gong kebyar tetap akan menggunakan gong pacek sebagai ciri khas gong kebyar Buleleng.
“Ini adalah kebanggaan kami di Buleleng. Walaupun berbeda sendiri dengan menggunakan gong pacek, tetapi itulah ciri khas Buleleng yang tetap harus dilestarikan,” kata Dody Askara. Seluruh pementasan akan dilakukan secara daring pada Juni-Juli mendatang. Namun masing-masing duta kabupaten akan menjalani pementasan take video mulai awal Mei ini sesuai dengan jadwal panitia PKB XLIII. *k23
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara, ditemui Jumat (7/5), menyebutkan lima pertunjukan seni yang diikuti di antaranya, pertunjukan gong kebyar dewasa, gong kebyar wanita, gong kebyar anak-anak, lomba baleganjur, dan pagelaran seni klasik khas Buleleng Wayang Wong. Dari kelima pertunjukan seni yang diikuti, 4 di antaranya dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Buleleng. Sedangkan khusus untuk pagelaran seni klasik Wayang Wong dibiayai dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
“Tahun ini dengan anggaran yang sangat terbatas, kami hanya mampu mengikuti lima pertunjukan seni pada PKB tahun ini. Karena anggaran di masa pandemi ini lebih difokuskan untuk penanganan Covid-19. Total anggaran yang kami siapkan hanya Rp 500.000.000,” ucap Dody Askara.
Mantan Camat Buleleng ini merinci anggaran itu akan diberikan kepada 3 sekaa gong yang mewakili Buleleng, masing-masing Rp 150.000.000, dan untuk lomba baleganjur diberikan anggaran Rp 50.000.000.
Jumlah anggaran pembinaan hingga pementasan itu, menurut Dody Askara, juga menurun dibanding tahun 2019 lalu. Pada PKB 2019, alokasi anggaran sebesar Rp 990.000.000 berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Kabupaten Badung. Biasanya untuk anggaran pembinaan gong kebyar mendapatkan Rp 195 juta per sekaa. Dana pembinaan itu akan dipakai untuk operasional selama latihan hingga kebutuhan pentas di Denpasar.
“Kami sangat berterima kasih juga kepada sekaa yang tampil tahun ini mewakili Buleleng. Meskipun dengan keterbatasan anggaran mereka masih mau tampil demi membawa nama Buleleng,” imbuh Dody Askara.
Sementara itu, seluruh sekaa yang akan mewakili Buleleng sudah menjalani latihan sejak awal April lalu. Sekaa gong kebyar dewasa akan diwakili oleh Sanggar Seni Tri Pitaka Desa Munduk, Kecamatan Banjar, kemudan gong kebyar wanita akan diwakili oleh Sekaa Gong Wanita Banda Sawitra Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, dan gong kebyar anak-anak akan diwakili oleh Sekaa Gong Julung Wangi Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Lalu lomba baleganjur menampilkan Sanggar Seni Anglocita Swara Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, dan pagelaran seni klasik diwakili Sanggar Seni Wayang Wong Guna Murti Desa/Kecamatan Tejakula.
Dody Askara menjelaskan Dinas Kebudayaan memprioritaskan keikutsertaannya pada seni gong kebyar, untuk tetap melestarikan kesenian yang memang lahir dan berawal di Buleleng. Dalam pertunjukannya sekaa gong kebyar tetap akan menggunakan gong pacek sebagai ciri khas gong kebyar Buleleng.
“Ini adalah kebanggaan kami di Buleleng. Walaupun berbeda sendiri dengan menggunakan gong pacek, tetapi itulah ciri khas Buleleng yang tetap harus dilestarikan,” kata Dody Askara. Seluruh pementasan akan dilakukan secara daring pada Juni-Juli mendatang. Namun masing-masing duta kabupaten akan menjalani pementasan take video mulai awal Mei ini sesuai dengan jadwal panitia PKB XLIII. *k23
1
Komentar