Parade Peed Aya PKB Mulai Digarap
Pengambilan Gambar di Sejumlah Destinasi Wisata Dunia di Bali
Peed Aya dikemas sebagai pengganti pawai PKB yang tahun ini tidak digelar secara langsung, pengambilan gambar diawali dari Bukit Campuhan, Ubud.
DENPASAR, NusaBali
Setelah sempat ditiadakan tahun 2020, ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) dipastikan akan digelar lagi tahun 2021 meski secara terbatas melalui media daring maupun luring. Salah satu materi PKB adalah sajian Parade Peed Aya yang direkam dan akan ditayangkan saat pembukaan PKB 12 Juni 2021 mendatang. Uniknya, Peed Aya digarap mengambil lokasi di sejumlah destinasi wisata dunia di Bali.
Peed Aya dikemas sebagai pengganti pawai yang tahun ini tidak digelar secara langsung. Garapan Peed Aya mulai dilakukan proses pengambilan gambar (tapping) di sejumlah lokasi yang menjadi destinasi wisata dunia di Bali, mulai Senin (10/5). Diawali dari Bukit Campuhan, Ubud. Perbukitan alam asri dan memiliki panorama indah, hamparan luas nan hijau di wilayah Ubud menjadi spot pilihan terbaik para penata garapan.
Sementara itu, selain Ubud, Peed Aya juga memilih potensi lokasi lainnya seperti Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Desa Penglipuran di Bangli, Kawasan Gunung Kawi di Gianyar dan Air Terjun Kanto Lampo di Desa Beng, Gianyar. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum mengatakan untuk garapan Peed Aya tahun ini mengangkat tema Pratiti Wana Kerthi, yaitu ‘Memuliakan pohon, membangun simponi harmoni semesta raya menuju kehidupan yang sejahtera dengan jiwa yang maha sempurna’.
Prof Arya menjelaskan, sejumlah penampilan materi PKB sudah mulai dilaksanakan. Mengingat PKB tahun ini akan dilakukan secara daring maupun luring, semua materi akan dilaksanakan tanpa penonton. Diungkapkan, jumlah acara PKB tahun ini jauh lebih sedikit, yakni di bawah 100 kegiatan yang akan digelar selama sebulan.
PKB akan berlangsung mulai 12 Juni hingga 10 Juli 2021 dengan mengangkat tema Purna Jiwa, ‘Prananing Wana Kerthi, jiwa paripurna napas pohon kehidupan’. “PKB berlangsung terbatas baik secara daring maupun luring, termasuk materi Parade Peed Aya mulai dilakukan perekaman oleh sanggar yang ditetapkan oleh Dinas Provinsi,” beber mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Sementara Kadek Wahyudita selaku Tim Kreatif PKB 2021 menambahkan, selaras dengan tema tersebut, penggarap menyajikan beragam corak Peed berbeda, unik mencerminkan pemuliaan alam dan kekhasan masing-masing daerah di Bali. Mulai barisan aneka gebogan Bali, aneka busana kain dengan motif klasik Bali dan iringan musik diantaranya barungan balaganjur, tektekkan, gamelan suling dengan kekhasan masing -masing daerah di Bali. “Peed berlatarbelakang alam memang memiliki tantangan tersendiri dan benar-benar bertaruh dengan waktu, kondisi cuaca dan sebagainya. Terpenting lagi, kita harus mematuhi protokol kesehatan,” ungkapnya. Kadek Wahyu menjelaskan, Peed Aya melibatkan ratusan seniman yang didandani para komposer, koreografer muda berkolaborasi dengan pegiat videografer andal. Mereka adalah Sanggar Seni Gumiart, Sanggar Gita Semara, Sanggar Palawara, Komunitas Bali Pixelart dan Komunitas Sama Kaki.
Sedangkan I Gede Gusman Adi Gunawan selaku koreografer mengungkapkan, setiap potensi lokasi yang dipilih akan menampilkan corak peed yang beragam. Menurutnya, ini menjadi tantangan tersendiri dalam menggarap peed di luar panggung. “Kita benar-benar bertaruh waktu, saat ini waktu sangat mepet, prosesnya sedikit rumit, mulai menata gerak, pengambilan gambar hingga proses editing. Sehingga menjadi tayangan yang utuh semoga menjadi garapan menghibur masyarakat di tengah pandemi ini,” tandasnya. *ind
Peed Aya dikemas sebagai pengganti pawai yang tahun ini tidak digelar secara langsung. Garapan Peed Aya mulai dilakukan proses pengambilan gambar (tapping) di sejumlah lokasi yang menjadi destinasi wisata dunia di Bali, mulai Senin (10/5). Diawali dari Bukit Campuhan, Ubud. Perbukitan alam asri dan memiliki panorama indah, hamparan luas nan hijau di wilayah Ubud menjadi spot pilihan terbaik para penata garapan.
Sementara itu, selain Ubud, Peed Aya juga memilih potensi lokasi lainnya seperti Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Desa Penglipuran di Bangli, Kawasan Gunung Kawi di Gianyar dan Air Terjun Kanto Lampo di Desa Beng, Gianyar. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum mengatakan untuk garapan Peed Aya tahun ini mengangkat tema Pratiti Wana Kerthi, yaitu ‘Memuliakan pohon, membangun simponi harmoni semesta raya menuju kehidupan yang sejahtera dengan jiwa yang maha sempurna’.
Prof Arya menjelaskan, sejumlah penampilan materi PKB sudah mulai dilaksanakan. Mengingat PKB tahun ini akan dilakukan secara daring maupun luring, semua materi akan dilaksanakan tanpa penonton. Diungkapkan, jumlah acara PKB tahun ini jauh lebih sedikit, yakni di bawah 100 kegiatan yang akan digelar selama sebulan.
PKB akan berlangsung mulai 12 Juni hingga 10 Juli 2021 dengan mengangkat tema Purna Jiwa, ‘Prananing Wana Kerthi, jiwa paripurna napas pohon kehidupan’. “PKB berlangsung terbatas baik secara daring maupun luring, termasuk materi Parade Peed Aya mulai dilakukan perekaman oleh sanggar yang ditetapkan oleh Dinas Provinsi,” beber mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Sementara Kadek Wahyudita selaku Tim Kreatif PKB 2021 menambahkan, selaras dengan tema tersebut, penggarap menyajikan beragam corak Peed berbeda, unik mencerminkan pemuliaan alam dan kekhasan masing-masing daerah di Bali. Mulai barisan aneka gebogan Bali, aneka busana kain dengan motif klasik Bali dan iringan musik diantaranya barungan balaganjur, tektekkan, gamelan suling dengan kekhasan masing -masing daerah di Bali. “Peed berlatarbelakang alam memang memiliki tantangan tersendiri dan benar-benar bertaruh dengan waktu, kondisi cuaca dan sebagainya. Terpenting lagi, kita harus mematuhi protokol kesehatan,” ungkapnya. Kadek Wahyu menjelaskan, Peed Aya melibatkan ratusan seniman yang didandani para komposer, koreografer muda berkolaborasi dengan pegiat videografer andal. Mereka adalah Sanggar Seni Gumiart, Sanggar Gita Semara, Sanggar Palawara, Komunitas Bali Pixelart dan Komunitas Sama Kaki.
Sedangkan I Gede Gusman Adi Gunawan selaku koreografer mengungkapkan, setiap potensi lokasi yang dipilih akan menampilkan corak peed yang beragam. Menurutnya, ini menjadi tantangan tersendiri dalam menggarap peed di luar panggung. “Kita benar-benar bertaruh waktu, saat ini waktu sangat mepet, prosesnya sedikit rumit, mulai menata gerak, pengambilan gambar hingga proses editing. Sehingga menjadi tayangan yang utuh semoga menjadi garapan menghibur masyarakat di tengah pandemi ini,” tandasnya. *ind
1
Komentar