Minta Upah, Operator Galian C Malah Dibogem Bosnya
Sepakat Berdamai dan Gelar Upacara Guru Piduka
AMLAPURA, NusaBali
Operator alat berat galian C I Wayan Kartika, 31, dari Banjar Pengawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem mengaku dipukul saat minta tandatangan terkait menagih upah kerja, di rumah Jro Mangku Gede Silaguna alias Jro Mangku Galon alias I Ketut Wirata, 49, di Banjar Yeha, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kamis (13/5) pukul 18.30 Wita.
Pasca kejadian tersebut, keduanya sepakat berdamai di Kantor Desa Sibetan, dan diakhiri upacara guru piduka di Pura Puseh, Banjar Tengah, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Wraspati Umanis Pahang, Kamis (20/5) pukul 10.04 Wita.
I Wayan Kartika menceritakan, bekerja sebagai operator alat berat di lahan galian milik Jro Mangku Gede Silaguna, sejak Rabu (5/5), menggunakan alat berat milik Eko, tetapi disewa Jro Dono. Setelah bekerja 4 hari, mulai 5-8 Mei, Jro Mangku Gede Silaguna mengecek ke lokasi, sempat protes kurang puas atas pekerjaannya meratakan lokasi galian C.
Maka operator diganti, atas nama Jableng. Giliran I Wayan Kartika mencari tandatangan di rumah Jro Mangku Gede Silaguna, agar dapat uang makan hasil kerja selama empat hari, tanpa basa basi, dirinya kena pukul. Kebetulan di rumah Jro Mangku Gede Silaguna, saat itu banyak orang. "Saya kena pukul di bagian rahang kiri mengakibatkan luka memar. Saya tidak tahu siapa yang memukul, karena banyak orang, yang saya kenal Jro Mangku Gede Silaguna," kata I Wayan Kartika.
Atas kejadian itu, kedua pihak sepakat damai di Kantor Desa Sibetan, Selasa (18/5), ditandatangani kedua pihak, Jro Mangku Gede Silaguna, dan I Wayan Kartika bermeterai Rp 10.000. Juga ditandatangani saksi I Gusti Lanang Rai, I Kadek Supatika Wijaya, mengetahui Perbekel Sebudi I Nyoman Tinggal, Perbekel Sibetan I Made Beru Suryawan, Bendesa Adat Sibetan I Wayan Subadra dan perwakilan Bendesa Adat Yeha I Made Darma.
Guna menguatkan perdamaian itu, pihak Jro Mangku Gede Silaguna juga berinisiatif menggelar upacara guru piduka di Pura Puseh Desa Adat Sibetan. Maka ritual itu dilaksanakan disaksikan segenap tokoh dari Banjar Adat Pengawan dan Desa Adat Yeha.
Ritual guru piduka itu diantarkan Jro Mangku Setiti, pamangku di Pura Puseh, dibantu tiga pamangku pangayah, Jro Mangku Gede, Jro Mangku Dalem Dukuh, dan Jro Mangku Pasek Sutri.
Upakara yang digunakan, banten pejati dan canang pengraos. Usai ritual dilaksanakan, Jro Mangku Gede Silaguna mengakui terjadi kesalahpahaman itu. "Bukan saya yang melakukan pemukulan, itu anak-anak yang kebetulan ada di rumah. Saat itu kebetulan ada tamu, dan banyak anak-anak di rumah. Saya tidak tahu namanya. Kenapa saya yang melakukan perdamaian, karena kejadiannya di rumah saya," jelas Jro Mangku Gede Silaguna.
Tujuan menggelar perdamaian secara sekala, dan niskala, agar hubungan manyama braya antara krama yang bekerja di Banjar Yeha, Desa Sebudi, Kecamatan Selat yang berasal dari Banjar Pengawan, Desa Sibetan, tidak ada kendala. "Ini hanya kesalahpahaman saja, semuanya sudah berakhir dengan damai dituangkan secara tertulis, dan melalui guru piduka. Semuanya baik-baik saja," tambah pengusaha galian C tersebut. Selanjutnya antara Jro Mangku Gede Silaguna dengan I Wayan Kartika, berangkulan. *k16
Komentar