Daha Lingsir Tusuk Diri hingga Tewas
Musibah Maut di Desa Perean, Kecamatan Baturiti, Tabanan
Setahun lalu, korban Ni Made Sulasni juga pernah nekat mencoba bunuh diri dengan mengiris nadi, namun nyawanya berhasil diselamatkan
TABANAN, NusaBali
Seorang daha lingsir (perawan tua) yang tinggal di Banjar Perean, Desa Perean, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Ni Made Sulasni, 61, ditemukan tewas bersimbah darah dalam kamar tidurnya, Kamis (20/5) pagi. Perempuan berusia 61 tahun ini diduga kuat tewas bunuh diri dengan cara menusuk dadanya menggunakan senjata golok.
Kapolsek Baturiti, AKP I Made Prama Setya, menerangkan kematian tragis Ni Made Sulasni pertama kali diketahui oleh ibu angkat korban, Ni Nengah Sukerti, 74, Kamis pagi pukul 10.30 Wita. Nengah Sukerti yang saat itu baru usai makan bubur yang dibawakan anak kandungnya, I Made Suarjana, iseng-iseng menengok kamar korban yang berada di sebelah timur kamarnya.
Begitu membuka pintu kamar, Nengah Sukerti terkejut melihat korban Made Sulasni tergeletak bersimbah darah di atas tempat tidur, dengan luka tusukan di bagian dada. Di sebelah tubuh korban ditemukan sebilah senjata golok yang juga berlumuran darah.
Dalam kondisi panik, perempuan sepuh berusia 74 tahun ini berlari sembari meminta tolong kepada warga yang berada di sekitar rumahnya. Nengah Sukerti juga minta bantuan warga untuk menelepon anak kandungnya, Made Suarjana, yang pagi itu sedang ngayah di pura.
Sekadar diketahui, Made Suarjana merupakan adik angkat dari korban Made Sulasni. Di rumah yang jadi TKP bunuh diri, korban Made Sulasni tinggal bersama ibu angkatnya, Nengah Sukerti, serta Made Suarjana dan 3 anaknya. Hanya saja, saat peristiwa maut pagi kemarin, korban berada di rumah berdua dengan ibu angkatnya, Nengah Sukerti.
Sebelum ditemukan tewas bersimbah darah, korban Made Sulasni juga sempat dibawakan bubur oleh adik angkatnya, Made Suarjana, Kamis pagi sekitar pukul 06.30 Wita. Menurut AKP Made Prama Setya, setelah membawakan korban Made Sulasni dan ibu kandungnya, Nengah Sukerti, bubur pagi kemarin, Made Suarjana langsung pergi untuk ngayah di pura.
"Sekitar pukul 10.30 Wita, Made Suarjana tiba-tiba mendapat telepon bahwa kakak angkatnya ditemkan meninggal dalam kondisi bersimbah darah di tempat tidur,” ungkap AKP Prama Setya.
Setelah mendapat telepon, Suarjana langsung pulang. Saat Suarjana tiba di rumah bersama keluarga lainnya, korban korban Made Sulasni sudah dalam kondisi tak bernyawa, di mana tubuhnya bersimbah darah yang keluar dari luka tusuk di bagian dada.
Peristiwa maut ini pun dilaporkan ke polisi. Begitu mendapat laporan, kata AKP Prama Setya, jajaran Polsek Baturiti langsung terjun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan meminta keterangan di lapangan. Dari olah TKP, ditemukan senjata golok di atas tempat tidur sebelah tubuh korban.
Menurut AKP Prama Setya, petugas medis yang dibonceng polisi ke lokasi TKP juga melakukan pemeriksaan luar atas jenazah korban Made Sulasni. Dari pemeriksaan dokter, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Juga tidak ada tanda bekas perlawanan korban, tak ada pula barang-barang yang rusak di kamar tgersebut.
Korban ditemukan tewas bersimbah darah dengan luka bacok di bagian dada. “Dari hasil olah TKP, disimpulkan kematian korban murni akibat bunuh diri dengan cara menusuk dadanya menggunakan golok,” papar AKP Prama Setya.
Dugaan tewas bunuh diri tersebut, kata AKP Prama Setya, semakin kuat dengan merunut peristiwa tragis yang pernah terjadi sebelumnya. Terungkap, setahun lalu korban Made Sulasni juga sempat nekat mencoba bunuh diri dengan mengiris nadinya menggunakan pisau. Beruntung, nyawanya saat itu masih bisa diselamatkan oleh petugas medis yang menanganinya.
Namun, kemarin pagi korban Made Sulasni benar-benar berhasil mengakhiri hidupnya dengan cara menusuk dada menggunakan senjata golok. “Korban diduga frustrasi karena penyakit diabetes menahun yang tak kunjung sembuh,” tandas AKP Prama Setya.
“Selain didera penyakit diabetes, korban mungkin juga frustrasi karena tidak memiliki keluarga inti. Korban menjadi anak angkat di keluarga Nengah Sukerti. Korban juga tidak pernah menikah hingga usia 61 tahun," lanjut AKP Prama Setya.
Korban Made Sulasni sendiri sebenarnya berasal dari Banjar Penyucuk, Desa Perean, Kecamatan Baturiti. Karena diangkat menjadi anak oleh Nengah Sukerti, maka daha lingsir ini tinggal di rumah keluarga besar Made Suarjana. "Ibu kandung korban sudah meninggal. Jadi, dia tidak punya keluarga inti, karena juga tak pernah menikah," katanya.
Pihak keluarga, kata AKP Prama Setya, sudah mengikhlaskan kematian tragis korban Made Sulasni sebagai musibah. Itu sebabnya, pihak keluarga tidak mau jenazah korban dilakukan otopsi. Hingga tadi malam, jenazah korban masih disemayamkan di rumah duka kawasan Banjar Perean, Desa Perean sembari menunggu dewasa ayu untuk penguburan. *des
Kapolsek Baturiti, AKP I Made Prama Setya, menerangkan kematian tragis Ni Made Sulasni pertama kali diketahui oleh ibu angkat korban, Ni Nengah Sukerti, 74, Kamis pagi pukul 10.30 Wita. Nengah Sukerti yang saat itu baru usai makan bubur yang dibawakan anak kandungnya, I Made Suarjana, iseng-iseng menengok kamar korban yang berada di sebelah timur kamarnya.
Begitu membuka pintu kamar, Nengah Sukerti terkejut melihat korban Made Sulasni tergeletak bersimbah darah di atas tempat tidur, dengan luka tusukan di bagian dada. Di sebelah tubuh korban ditemukan sebilah senjata golok yang juga berlumuran darah.
Dalam kondisi panik, perempuan sepuh berusia 74 tahun ini berlari sembari meminta tolong kepada warga yang berada di sekitar rumahnya. Nengah Sukerti juga minta bantuan warga untuk menelepon anak kandungnya, Made Suarjana, yang pagi itu sedang ngayah di pura.
Sekadar diketahui, Made Suarjana merupakan adik angkat dari korban Made Sulasni. Di rumah yang jadi TKP bunuh diri, korban Made Sulasni tinggal bersama ibu angkatnya, Nengah Sukerti, serta Made Suarjana dan 3 anaknya. Hanya saja, saat peristiwa maut pagi kemarin, korban berada di rumah berdua dengan ibu angkatnya, Nengah Sukerti.
Sebelum ditemukan tewas bersimbah darah, korban Made Sulasni juga sempat dibawakan bubur oleh adik angkatnya, Made Suarjana, Kamis pagi sekitar pukul 06.30 Wita. Menurut AKP Made Prama Setya, setelah membawakan korban Made Sulasni dan ibu kandungnya, Nengah Sukerti, bubur pagi kemarin, Made Suarjana langsung pergi untuk ngayah di pura.
"Sekitar pukul 10.30 Wita, Made Suarjana tiba-tiba mendapat telepon bahwa kakak angkatnya ditemkan meninggal dalam kondisi bersimbah darah di tempat tidur,” ungkap AKP Prama Setya.
Setelah mendapat telepon, Suarjana langsung pulang. Saat Suarjana tiba di rumah bersama keluarga lainnya, korban korban Made Sulasni sudah dalam kondisi tak bernyawa, di mana tubuhnya bersimbah darah yang keluar dari luka tusuk di bagian dada.
Peristiwa maut ini pun dilaporkan ke polisi. Begitu mendapat laporan, kata AKP Prama Setya, jajaran Polsek Baturiti langsung terjun ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan meminta keterangan di lapangan. Dari olah TKP, ditemukan senjata golok di atas tempat tidur sebelah tubuh korban.
Menurut AKP Prama Setya, petugas medis yang dibonceng polisi ke lokasi TKP juga melakukan pemeriksaan luar atas jenazah korban Made Sulasni. Dari pemeriksaan dokter, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. Juga tidak ada tanda bekas perlawanan korban, tak ada pula barang-barang yang rusak di kamar tgersebut.
Korban ditemukan tewas bersimbah darah dengan luka bacok di bagian dada. “Dari hasil olah TKP, disimpulkan kematian korban murni akibat bunuh diri dengan cara menusuk dadanya menggunakan golok,” papar AKP Prama Setya.
Dugaan tewas bunuh diri tersebut, kata AKP Prama Setya, semakin kuat dengan merunut peristiwa tragis yang pernah terjadi sebelumnya. Terungkap, setahun lalu korban Made Sulasni juga sempat nekat mencoba bunuh diri dengan mengiris nadinya menggunakan pisau. Beruntung, nyawanya saat itu masih bisa diselamatkan oleh petugas medis yang menanganinya.
Namun, kemarin pagi korban Made Sulasni benar-benar berhasil mengakhiri hidupnya dengan cara menusuk dada menggunakan senjata golok. “Korban diduga frustrasi karena penyakit diabetes menahun yang tak kunjung sembuh,” tandas AKP Prama Setya.
“Selain didera penyakit diabetes, korban mungkin juga frustrasi karena tidak memiliki keluarga inti. Korban menjadi anak angkat di keluarga Nengah Sukerti. Korban juga tidak pernah menikah hingga usia 61 tahun," lanjut AKP Prama Setya.
Korban Made Sulasni sendiri sebenarnya berasal dari Banjar Penyucuk, Desa Perean, Kecamatan Baturiti. Karena diangkat menjadi anak oleh Nengah Sukerti, maka daha lingsir ini tinggal di rumah keluarga besar Made Suarjana. "Ibu kandung korban sudah meninggal. Jadi, dia tidak punya keluarga inti, karena juga tak pernah menikah," katanya.
Pihak keluarga, kata AKP Prama Setya, sudah mengikhlaskan kematian tragis korban Made Sulasni sebagai musibah. Itu sebabnya, pihak keluarga tidak mau jenazah korban dilakukan otopsi. Hingga tadi malam, jenazah korban masih disemayamkan di rumah duka kawasan Banjar Perean, Desa Perean sembari menunggu dewasa ayu untuk penguburan. *des
Komentar