Padukan Potensi Alam, Budaya, Spiritual sebagai Daya Tarik
Kemenuh Monkey River Dapat Surprise, Dikunjungi 100 Orang WNA
Versi IB Made Witara, kedatangan rombongan ekspatriat berjumlah 100 orang ke Kemenuh Monkey River menjadi berkah tersendiri, bahkan memberikan harapan untuk ‘Bali Bangkit’
GIANYAR, NusaBali
Kemenuh Monkey River di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar integrasikan potensi alam, budaya, dan spiritual. Dengan konsep tersebut, objek wisata yang sudah beberapa lama dibuka namun belum dikenakan tiket masuk ini menjadi amat menarik, bahkan sempat dikunjungi 100 orang warga negara asing (WNA) yang menjajal jalur trekking, Sabtu (22/5) sore.
WNA sebanyak 100 orang yang datang berwisata ke Kemenuh Monkey River, Sabtu sore, merupakan kalangan ekspatriat dari berbagai negara, seperti Jepang, China, dan Amerika Serikat. Rombongan ekspatriat (WNA yang sudah lama menetap di Indonesia) yang didominasi keluarga ini, menikmati betul jalur trekking di Kemenuh Monkey River.
“Ibu-ibu dan anak-anaknya jalan di sekitar sini, menikmati alam. Karena di sini ada aliran Tukad Petanu, ada Pura Beji, ada juga habitat bojog (kera)," jelas Pimpinan Pengelola Kemenuh Monkey River, Ida Bagus Made Witara.
Menjurut IB Witara, kedatangan rombongan ekspatriat berjumlah 100 orang di tengah kondisi pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 ini, menjadi berkah tersendiri. "Artinya, ada harapan untuk Bali Bangkit. Mudah-mudahan situasi segera pulih seperti sebelum pandemi," tandas IB Witara, yang sore itu didampingi Perbekel Kemenuh Dewa Nyoman Neka dan Bendesa Adat Kemenuh, Ida Bagus Putu Alit.
IB Witara menyebutkan, pengelola memang menata sedemikian ruma Kemenuh Monkey River, dengan mengintegrasikan potensi alam, budaya, dan spiritual, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Potensi alam terbentang sepanjang 5 kilometer aliran Tukad Petanu. "Di sini banyak tanaman langka dan pohon upakara. Suasananya masih asri. Luas total sekitar 5 hektare, termasuk jalur trekking," papar praktisi pariwisata yang juga pemilik Kemenuh Butterfly ini.
Sedangkan untuk potensi budaya, kata Witara, Desa Kemenuh akan membangkitkan kembali atraksi seni pertunjukan ‘Cak Kemenuh’ yang pernah eksis di zaman dulu. Sementara dari sisi spritual, ada objek sekitar Pura Dalem Kemenuh dan Pura Beji, yang lekat dengan ritual keagamaan. Di sini wisatawan akan disuguhi aktivitas malukat. Ada beberapa sumber air suci di sini.
“Kami juga ingin perkenalkan setra. Sebab, selama ini tamu asing sangat ingin tahu bagaimana prosesinya orang meninggal. Tanggapan mereka, orang Bali meninggal harus dikremasi, padahal tidak semuanya seperti itu. Ada yang dikubur beberapa tahun, sebelum diabenkan. Proses itu yang mau kita perkenalkan," katanya.
Menurut Witara, di tempat ini juga akan dibangun Museum Budaya. "Kita punya planing bangun Museum Budaya. Kita akan memperkenalkan budaya Bali yang ada korelasinya dengan Hindu Bali. Contoh, upacara ngaben, item apa saja yang diperlukan, itu kita display di Museum Budaya."
Sementara, habitat bojog yang berada di aliran Tukad Petanu adalah jenis Macaca. Keberadaan bojog ini masih liar, sehingga pengelola Kemenuh Monkey Rover berupaya agar durasi kemunculannya lebih lama buat disaksikan wisatawan. "Kami upayakan dengan penyediaan pakan, agar bojog mau tinggal dalam waktu lebih panjang di areal Kemenuh Monkey River," harap Witara.
Saat ini, Kemenuh Monkey River masih tahap penataan. Beberapa insfrastruktur dibangun menggunakan dana desa. Versi Witara, masih banyak yang perlu dibenahi. "Ada beberapa infrastruktur yang perlu kita bikin, seperti jembatan layang. Perlu juga dioptimalkan jalan setapak menyusuri pinggir sungai. Dari jalan sepanjang 200 meter ini, pengunjung bisa lihat bojog dan aliran sungai yang asri terpelihara. Panjangnya sekitar 200 meter, tinggal dipaving saja," tegas tokoh yang juga Ketua Badan Usaha Padruwen Desa Adat Kemenuh ini. *nvi
WNA sebanyak 100 orang yang datang berwisata ke Kemenuh Monkey River, Sabtu sore, merupakan kalangan ekspatriat dari berbagai negara, seperti Jepang, China, dan Amerika Serikat. Rombongan ekspatriat (WNA yang sudah lama menetap di Indonesia) yang didominasi keluarga ini, menikmati betul jalur trekking di Kemenuh Monkey River.
“Ibu-ibu dan anak-anaknya jalan di sekitar sini, menikmati alam. Karena di sini ada aliran Tukad Petanu, ada Pura Beji, ada juga habitat bojog (kera)," jelas Pimpinan Pengelola Kemenuh Monkey River, Ida Bagus Made Witara.
Menjurut IB Witara, kedatangan rombongan ekspatriat berjumlah 100 orang di tengah kondisi pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 ini, menjadi berkah tersendiri. "Artinya, ada harapan untuk Bali Bangkit. Mudah-mudahan situasi segera pulih seperti sebelum pandemi," tandas IB Witara, yang sore itu didampingi Perbekel Kemenuh Dewa Nyoman Neka dan Bendesa Adat Kemenuh, Ida Bagus Putu Alit.
IB Witara menyebutkan, pengelola memang menata sedemikian ruma Kemenuh Monkey River, dengan mengintegrasikan potensi alam, budaya, dan spiritual, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Potensi alam terbentang sepanjang 5 kilometer aliran Tukad Petanu. "Di sini banyak tanaman langka dan pohon upakara. Suasananya masih asri. Luas total sekitar 5 hektare, termasuk jalur trekking," papar praktisi pariwisata yang juga pemilik Kemenuh Butterfly ini.
Sedangkan untuk potensi budaya, kata Witara, Desa Kemenuh akan membangkitkan kembali atraksi seni pertunjukan ‘Cak Kemenuh’ yang pernah eksis di zaman dulu. Sementara dari sisi spritual, ada objek sekitar Pura Dalem Kemenuh dan Pura Beji, yang lekat dengan ritual keagamaan. Di sini wisatawan akan disuguhi aktivitas malukat. Ada beberapa sumber air suci di sini.
“Kami juga ingin perkenalkan setra. Sebab, selama ini tamu asing sangat ingin tahu bagaimana prosesinya orang meninggal. Tanggapan mereka, orang Bali meninggal harus dikremasi, padahal tidak semuanya seperti itu. Ada yang dikubur beberapa tahun, sebelum diabenkan. Proses itu yang mau kita perkenalkan," katanya.
Menurut Witara, di tempat ini juga akan dibangun Museum Budaya. "Kita punya planing bangun Museum Budaya. Kita akan memperkenalkan budaya Bali yang ada korelasinya dengan Hindu Bali. Contoh, upacara ngaben, item apa saja yang diperlukan, itu kita display di Museum Budaya."
Sementara, habitat bojog yang berada di aliran Tukad Petanu adalah jenis Macaca. Keberadaan bojog ini masih liar, sehingga pengelola Kemenuh Monkey Rover berupaya agar durasi kemunculannya lebih lama buat disaksikan wisatawan. "Kami upayakan dengan penyediaan pakan, agar bojog mau tinggal dalam waktu lebih panjang di areal Kemenuh Monkey River," harap Witara.
Saat ini, Kemenuh Monkey River masih tahap penataan. Beberapa insfrastruktur dibangun menggunakan dana desa. Versi Witara, masih banyak yang perlu dibenahi. "Ada beberapa infrastruktur yang perlu kita bikin, seperti jembatan layang. Perlu juga dioptimalkan jalan setapak menyusuri pinggir sungai. Dari jalan sepanjang 200 meter ini, pengunjung bisa lihat bojog dan aliran sungai yang asri terpelihara. Panjangnya sekitar 200 meter, tinggal dipaving saja," tegas tokoh yang juga Ketua Badan Usaha Padruwen Desa Adat Kemenuh ini. *nvi
1
Komentar