Perajin Perak di Bali Hadapi Cobaan Masa Pandemi dan Kenaikan Bahan Baku
GIANYAR, NusaBali.com - Perajin perak di Bali mengalami cobaan berat untuk mempertahankan eksistensinya.
Bukan hanya pandemi Covid-19 yang membuat pelanggan merosot, melainkan juga menghadapi kenaikan harga bahan baku. “Masa pandemi ini merupakan cobaan yang berat bagi segala sektor, dan salah satunya pelaku usaha perak, di mana kami mengalami penurunan omzet sekitar 85 persen dari sebelum pandemi,” kata Made Suardita, 53, pemilik usaha Suardita Silver dari Singapadu, Sukawati, Gianyar.
Suardita yang menekuni dunia kerajinan perak sejak tahun 1986 mengakui jika selama melakoni usaha perak mengalami pasang surut, namun tidak pernah terjadi sekeras saat ini. “Masa pandemi ini sangat berpengaruh bagi kami, selaku pengrajin perak yang sangat mengandalkan sektor pariwisata,” tuturnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kadek Satya Risnawati, 51, yang juga merupakan seorang perajin perak di Jalan Jagaraga nomor 17 B, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. “Penjualan di masa pandemi sangat menurun, sampai-sampai harus menutup toko, sementara ini hanya mengandalkan berjualan secara online, dan syukurnya kami sudah memiliki pelanggan setia lokal, dan mancanegara seperti Asia dan Eropa,” ungkapnya.
Suardita yang masuk dunia perak sejak tahun 1995 ini menerangkan bahwa dirinya bulan Mei ini sudah kedatangan beberapa pembeli, dan berharap adanya peningkatan di hari-hari berikutnya agar bisnis yang ditekuninya dapat terus berinovasi dan bertahan di situasi sulit seperti ini. “Bulan ini sementara sudah kedatangan 10 orang,” ungkapnya.
Suardita mengaku bahwa dirinya telah memiliki pelanggan setia yang mencintai produk kerajinan perak miliknya, dan para pelanggannya pun berasal dari masyarakat lokal, maupun warga asing yang telah lama menetap di Bali. “Untuk pelanggan setia yang datang untuk membeli produk kerajinan kami tentu ada, dan pelanggan kami pun bukan hanya warga asing, melainkan masyarakat pun ada juga,” ungkapnya.
Suardita kemudian berkeluh kesah terkait harga bahan baku atau material yang tidak stabil, sementara dirinya pun jika harga bahan baku naik tidak dapat serta merta menaikkan harga produk kerajinan perak miliknya di masa pandemi seperti saat ini. “Suka dukanya, pada saat ini bahan baku mengalami kenaikan. Awalnya Rp 9.000 per gram menjadi Rp. 13.000 per gram,” ungkapnya.
Harga produk kerajinan perak yang dijual oleh Suardita berkisar dari Rp 150.000 hingga Rp 35 juta. “Kami dari perajin perak tidak dapat serta merta menaikkan harga produk di masa pandemi seperti ini,” kata Suardita.
Untuk memaksimalkan proses jual beli di masa pandemi, dirinya pun telah menerapkan penjualan yang berbasis digital atau online. “Selain pembeli yang datang langsung, kami juga bisa melayani pemesanan via online,” ungkapnya.
Risnawati dan Suardita pun berharap agar pandemi ini cepat berakhir, dan wisatawan mancanegara dapat kembali berkunjung ke Bali, dan pasar kerajinan perak pun dapat berangsur-angsur pulih seperti saat sebelum pandemi. “Harapannya agar pandemi segera berakhir, dan sektor pariwisata kembali berjalan dengan normal, wisatawan mancanegara sudah mulai berkunjung ke Bali, agar market perak dapat pulih kembali,” ujarnya. *rma
Komentar