Dulu Biasa Dapat Ratusan Ribu Rupiah, Sekarang Dapat Rp 100.000 Per Hari Sudah Sangat Bersyukur
Artshop di Pantai Sanur di Masa Pandemi
DENPASAR, NusaBali.com - Multiplyer mandegnya sektor pariwisata Bali membuat pelaku usaha hingga sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ikut terhantam.
Seperti artshop yang ada di kawasan Pantai Sanur Denpasar. Jika dulunya mendapatkan ratusan ribu rupiah atau bahkan kisaran jutaan dalam sehari adalah hal biasa, kini menjadi sesuatu yang sulit tercapai.
“Sudah sangat sepi, kalaupun ada yang datang paling-paling tamu domestik. Kalau tamu asing gitu sekarang udah jarang sekali. Kalau belum pandemi dulu banyak yang jalan-jalan sekitar sini waktu pariwisata Bali masih normal,” ucap Ida Ayu Putu Sulistyawati, salah seorang pemilik kios, Kamis (27/5/2021).
Perempuan yang akrab disapa Dayu Sulis ini sudah menjalani usaha Art Shop tersebut lebih dari 20 tahun lamanya. Macam-macam yang dijual, seperti aksesoris, baju-baju, celana, topi, hingga sandal. “Dulu yang paling laku aksesoris sama baju khas Bali,” kata perempuan berusia 54 tahun tersebut.
Untuk memulai usaha, Dayu Sulis mengungkapkan dulunya bermodal Rp 25 jutaan. Sedangkan suppliernya berasal dari Gianyar, Tabanan dan kadang ada juga dari Jawa. Untuk keuntungan jualannya sekitar 10 sampai 50 persen tergantung harga barang. Tapi saat pandemi ini menjadi masa-masa sulit.
“Dulu belum pandemi itu lumayan keuntungannya ya, dibanding sekarang sepertinya menurun sampai 80 persen. Tamu-tamu juga sudah jarang ke sini, apalagi waktu karantina awal-awal Covid itu. Pantai kan sempat ditutup, bingung sekali saya, sudah sangat merugi. Lambat-laun setelah pantai boleh dibuka lagi, ya jualan lagi walaupun kondisinya sudah jauh sekali berbeda,” ujarnya.
Saat ini diakui sudah ada beberapa pembeli. “Dapat Rp 100.000 sehari saja sudah sangat bersyukur buat makan sekeluarga. Kadang juga sama sekali tidak ada pembeli,” lanjutnya.
Dayu Sulis tetap mempertahankan usaha yang sudah lama ia jalani tersebut karena merupakan satu-satunya bidang usaha yang ia bisa lakoni sejak dulu. “Ya walaupun pandemi, saya tetap jualan. Memang ini saja yang saya bisa jalani usahanya. Kalau coba usaha lain, saya harus ulang belajar dari 0 lagi, cari pasar lagi. Kalau ini suda puluhan tahun juga, tetap buka saja lumayan setidaknya ada yang bisa dipakai beli makan,” ujarnya.
“Kalau art shop saya ini paling lama, dulu belum ada uang pungut untuk sewa tempatnya. Sekarang cuma kena tarif untuk angkut sampah sama listrik. Kalau art shop lain beda lagi,” tambahnya.
Dayu Sulis berharap agar kondisi ekonomi dan pariwisata Bali bisa segera membaik, sehingga usaha miliknya dan perekonomian Bali bisa kembali bangkit seperti dulu. “Saya sih berharapnya pariwisata cepat kembali seperti dulu, tamu-tamu asing bisa kembali lagi seperti dulu, banyak yang belanja lagi disini seperti sebelum pandemi,” harapnya. *mil
“Sudah sangat sepi, kalaupun ada yang datang paling-paling tamu domestik. Kalau tamu asing gitu sekarang udah jarang sekali. Kalau belum pandemi dulu banyak yang jalan-jalan sekitar sini waktu pariwisata Bali masih normal,” ucap Ida Ayu Putu Sulistyawati, salah seorang pemilik kios, Kamis (27/5/2021).
Perempuan yang akrab disapa Dayu Sulis ini sudah menjalani usaha Art Shop tersebut lebih dari 20 tahun lamanya. Macam-macam yang dijual, seperti aksesoris, baju-baju, celana, topi, hingga sandal. “Dulu yang paling laku aksesoris sama baju khas Bali,” kata perempuan berusia 54 tahun tersebut.
Untuk memulai usaha, Dayu Sulis mengungkapkan dulunya bermodal Rp 25 jutaan. Sedangkan suppliernya berasal dari Gianyar, Tabanan dan kadang ada juga dari Jawa. Untuk keuntungan jualannya sekitar 10 sampai 50 persen tergantung harga barang. Tapi saat pandemi ini menjadi masa-masa sulit.
“Dulu belum pandemi itu lumayan keuntungannya ya, dibanding sekarang sepertinya menurun sampai 80 persen. Tamu-tamu juga sudah jarang ke sini, apalagi waktu karantina awal-awal Covid itu. Pantai kan sempat ditutup, bingung sekali saya, sudah sangat merugi. Lambat-laun setelah pantai boleh dibuka lagi, ya jualan lagi walaupun kondisinya sudah jauh sekali berbeda,” ujarnya.
Saat ini diakui sudah ada beberapa pembeli. “Dapat Rp 100.000 sehari saja sudah sangat bersyukur buat makan sekeluarga. Kadang juga sama sekali tidak ada pembeli,” lanjutnya.
Dayu Sulis tetap mempertahankan usaha yang sudah lama ia jalani tersebut karena merupakan satu-satunya bidang usaha yang ia bisa lakoni sejak dulu. “Ya walaupun pandemi, saya tetap jualan. Memang ini saja yang saya bisa jalani usahanya. Kalau coba usaha lain, saya harus ulang belajar dari 0 lagi, cari pasar lagi. Kalau ini suda puluhan tahun juga, tetap buka saja lumayan setidaknya ada yang bisa dipakai beli makan,” ujarnya.
“Kalau art shop saya ini paling lama, dulu belum ada uang pungut untuk sewa tempatnya. Sekarang cuma kena tarif untuk angkut sampah sama listrik. Kalau art shop lain beda lagi,” tambahnya.
Dayu Sulis berharap agar kondisi ekonomi dan pariwisata Bali bisa segera membaik, sehingga usaha miliknya dan perekonomian Bali bisa kembali bangkit seperti dulu. “Saya sih berharapnya pariwisata cepat kembali seperti dulu, tamu-tamu asing bisa kembali lagi seperti dulu, banyak yang belanja lagi disini seperti sebelum pandemi,” harapnya. *mil
Komentar