Akhirnya Dualisme ASITA Bali Happy Ending
DENPASAR, NusaBali.com – Akhirnya dualisme ASITA Bali yang terjadi sejak 2020 berakhir dengan happy ending pada Senin (31/5/2021). Dua kubu organisasi pelaku perjalanan wisata ini menyatakan siap bersatu kembali sebagaimana sebelum terjadi perseteruan internal.
Bertemunya kubu ASITA dan ASITA 1971 ini difasilitasi langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster dan didampingi oleh Wakil Gubernur Tjokorda Atha Ardana Sukawati yang juga Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bali. Bahkan dalam pertemuan di Jayasabha pada Senin siang itu terlihat hadir Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat ASITA Pusat Nunung Rusmiati.
Sebagaimana diketahui konflik ASITA terjadi pada bulan Juli 2020 saat kepengurusan DPD ASITA Bali periode 2016-2020 di bawah kepemimpinan I Ketut Ardana (Ketua) dan I Putu Winastra (Sekretaris) dibekukan oleh DPP ASITA.
Kemudian DPP langsung menunjuk Eddy Sunyoto sebagai Plt Ketua dan Ketut Sudiarsa sebagai Sekretaris sebelum akhirnya pada Musdalub ASITA Bali pada 14 November 2020 menghasilkan duet I Komang Takuaki Banuartha (Ketua) dan Komang Nurjaya Mahartha (Ketua Dewan Pertimbangan Tata Krama/Depeta) periode 2020-2025.
Sebaliknya kubu yang dibekukan pun tidak tinggal diam, melalui Musda XIV ASITA menghasilkan kepengurusan di bawah I Putu Winastra (Ketua) dan I Ketut Jaman (Ketua Depeta)
Kini dualisme organisasi Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia itu pun berakhir. Dalam proses perdamaian di Jayasabha ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan DPP ASITA Nomor : 019/DPP-ASITA/K/V/2021 tentang Pencabutan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat ASITA Nomor : 012/DPP-ASITA/K/VII/2020 tentang Pembekuan Pengurus DPD ASITA Bali.
Surat Keputusan tersebut secara resmi ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Mei 2021 dan ditandatangani langsung oleh Ketua Umum DPP ASITA Nunung Rusmiati. “Dengan perdamaian ini, saya harapkan jadi tujuan yang sangat baik, mengingat pariwisata sangat butuh persatuan di Bali," kata Nunung Rusmiati.
Dengan penuh haru, Nunung pun mengucapkan terimakasih atas fasilitasi yang dilakukan oleh Pemprov Bali. "Saya terharu dengan usaha yang dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster dalam upaya mendamaikan konflik dualisme ASITA Daerah Bali yang kasusnya cukup berlarut-larut. Terimakasih kepada Bapak Gubernur, terimakasih yang sebesar-besarnya,” ujarnya.
Dengan perdamaian itu pula, kepengurusan ASITA Bali dikembalikan kepada Ketut Ardana. Sedangkan Komang Takuaki kembali menjadi Ketua Depeta. Namun karena kepengurusan ASITA 2016-2020 tersebut sudah berakhir, maka selambat-lambatnya tanggal 31 Agustus 2021 sudah harus dilakukan Musda untuk memilih ketua baru.
Kedua kubu pun sangat senang dan legowo atas happy ending yang tercapai. Apalagi selama ini kedua kubu sama-sama menjalankan misi memulihkan pariwisata Bali yang dihantam pandemi Covid-19. “Kami mengalah atas dasar hati nurani, karena ada kepentingan yang lebih besar lagi,” kata Komang Nurjaya, Ketua Depeta ASITA 2020-2025, Selasa (1/6/2021).
Pengusaha travel dan akomodasi ini pun menyatakan terimaksihnya kepada Gubernus Koster atas perhatian terhadap ASITA, “Kami tentu juga mengikuti imbauan dari Guru Wisesa kita, sehingga kita yang terpilih dengan sah saat Musdalub tanggal 14 November 2020 dan semuanya sesuai mekanisma asosiasi dan dikukuhkan langsung oleh Ketum DPP ASITA, menyatakan legowo untuk itu,” kata Komang Nurjaya.
Komang Nurjaya pun menyatakan bahwa pa yang sudah terjadi diharapkan menjadi pembelajaran bersama. “Karena tujuan kami adalah untuk mempertahankan marwah asosiasi ASITA dan kami juga jaga roh asosiasi melalui AD/ART, sehingga ke depannya astungkara tidak akan ada lagi kejadian seperti ini,” lanjut pengusaha pariwisata pengagum Bung Karno ini.
Sementara itu soal Musda yang akan digelar, Komang Nurjaya menyatakan dengan tegas jika Ketua DPD dan Ketua Depeta ASITA Bali serta pengurus yang sudah terbentuk tidak punya ambisi pada Musda mendatang. “Sama sekali tidak ada ambisi. Segenap pengurus tidak masalah, asalkan semuanya demi kepentingan yang lebih luas yaitu pemulihan pariwisata Bali,” kata Komang Nurjaya.
Pada kesempatan terpisah Ketut Ardana pun menyatakan senang dengan berakhirnya dualisme organisasi ASITA Bali. “Tugas saya sekarang adalah mempersiapkan Musda yang paling lambat dilakukan pada 31 Agustus 2021. Jadi harapannya bulan Juli sudah dilakukan Musda,” kata Ardana.
Dalam minggu ini Ardana merencanakan sudah terbentuk kepengurusan panitia Musda. “Setelah itu baru persiapan kapan pelaksanaan Musda, termasuk penentuan lokasi dan memastikan pelaksanaan harus sesuai protokol kesehatan,” tegas Ardana. *mao
Komentar