Pariwisata Lesu, Bos Wahana Adventure Beternak Kambing
GIANYAR, NusaBali
Kelesuan pariwisata akibat pandemi Covid-19 menantang para pelaku pariwisata untuk berinovasi.
Seperti dilakukan I Made Raka, 43, pemilik Raka Adventure di Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Mulanya, Made Raka nyaman dengan usaha wisata adventure yang dibukanya tahun 2015. Wisatawan yang menikmati wahana ini sekitar 100an per hari. Namun saat pandemi, selama hampir setahun nihil kunjungan. Dia pun berinovasi, meski tak ada kaitan langsung dengan pariwisata, yakni beternak kambing Etawa. Dia tertarik beternak hewan ini karena susu Kambing sangat diminati masyarakat di musim pandemi, untuk menjaga daya tahan tubuh. Susu ini berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit, seperti maag dan asam lambung. Bahkan sudah terbukti 4 pasutri yang lama belum dikaruniai momongan, bisa hamil setelah terapi susu Kambing. "Sudah ada 4 pasutri yang datang mengucapkan terima kasih. Ada dari Desa Sukawati, Banjar Negara, Desa Batuan, bahkan dari Klungkung dan Bangli," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/6).
Alumni SMAN 1 Sukawati ini mencoba beternak Kambing Etawa memanfaatkan lahan parkir ATV (All Terrain Vehicle/kendaraan segala medan). Made Raka belajar langsung cara beternak ke Banyuwangi, Jawa Timur. Dia mulai beternak sejak Agustus 2020. "Saat itu pariwisata tutup total, nol penghasilan," ujarnya.
Kata dia, beternak Kambing ini awalnya coba-coba. Namun karena nilai investasinya cukup besar, Made Raka serius menekuni peternakan kecilnya ini. Tiga unit mobil dijual untuk tambahan modal. Nilai investasinya sekitar Rp 600 juta.
Memulai dengan memelihara 20 ekor Kambing Etawa betina. Ketika itu, susu seekor kambing diperah 2 kali dalam sehari. Susu murni yang didapat sekitar 800 ml - 1 liter per ekor. "Permintaan susu kambing mulai banyak, khususnya untuk obat dan terapi. Hampir setiap kali perah kemudian habis terjual," ungkapnya.
Melihat potensi tersebut, Made Raka kembali membeli Kambing dan memperluas kandang. Saat ini, di pelihara 50 kambing betina dan 1 ekor pejantan. Sekitar 3 kambing betina dalam kondisi mengandung.
Ke depan diharapkan ada penghasilan alternatif selain sektor pariwisata. Selain beternak, Made Raka juga langsung mengolah susu kambing menjadi keju, sabun dan susu bubuk. Kotoran kambing dan air kencing kambing diolah menjadi pupuk.
Made Raka mengakui nekat beternak meski tanpa pengalaman. Dia yakin tantangan utamanya adalah mental. Dari biasanya kerja bersih menghitung penghasilan dari adventure, kini belajar 'ngarit' atau menyabit rumput untuk pakan Kambing.
Made Raka tak sendiri. Dia dibantu 5 karyawan khusus di kandang. Ada yang mencari pakan, memberi pakan, membersihkan kandang kambing, memerah susu, hingga mengemas dan memasarkan produk. Untuk produk berkualitas dan kambing yang sehat, pemerahan saat ini hanya dilakukan sekali sehari di pagi hari. "Ya, biar kambingnya tidak stress. Diperah sekali saja sehari," ungkapnya.
Made Raka sudah punya langganan tetap. Bahkan diakui terus bertambah setiap hari. "Astungkara susu habis terjual. Langganan terjauh di Nusa Dua, Badung," ujar pria asli Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati ini. Dia juga mengembangkan Jahe Merah dan Pisang Cavendis. Khasiat Jahe Merah ini akan dipadukan dengan susu Kambing. "Tanam saja dulu, mudah-mudahan bisa bermanfaat ke depan," ujar ayah dua anak ini. *nvi
Mulanya, Made Raka nyaman dengan usaha wisata adventure yang dibukanya tahun 2015. Wisatawan yang menikmati wahana ini sekitar 100an per hari. Namun saat pandemi, selama hampir setahun nihil kunjungan. Dia pun berinovasi, meski tak ada kaitan langsung dengan pariwisata, yakni beternak kambing Etawa. Dia tertarik beternak hewan ini karena susu Kambing sangat diminati masyarakat di musim pandemi, untuk menjaga daya tahan tubuh. Susu ini berkhasiat menyembuhkan beragam penyakit, seperti maag dan asam lambung. Bahkan sudah terbukti 4 pasutri yang lama belum dikaruniai momongan, bisa hamil setelah terapi susu Kambing. "Sudah ada 4 pasutri yang datang mengucapkan terima kasih. Ada dari Desa Sukawati, Banjar Negara, Desa Batuan, bahkan dari Klungkung dan Bangli," ujarnya saat ditemui, Selasa (1/6).
Alumni SMAN 1 Sukawati ini mencoba beternak Kambing Etawa memanfaatkan lahan parkir ATV (All Terrain Vehicle/kendaraan segala medan). Made Raka belajar langsung cara beternak ke Banyuwangi, Jawa Timur. Dia mulai beternak sejak Agustus 2020. "Saat itu pariwisata tutup total, nol penghasilan," ujarnya.
Kata dia, beternak Kambing ini awalnya coba-coba. Namun karena nilai investasinya cukup besar, Made Raka serius menekuni peternakan kecilnya ini. Tiga unit mobil dijual untuk tambahan modal. Nilai investasinya sekitar Rp 600 juta.
Memulai dengan memelihara 20 ekor Kambing Etawa betina. Ketika itu, susu seekor kambing diperah 2 kali dalam sehari. Susu murni yang didapat sekitar 800 ml - 1 liter per ekor. "Permintaan susu kambing mulai banyak, khususnya untuk obat dan terapi. Hampir setiap kali perah kemudian habis terjual," ungkapnya.
Melihat potensi tersebut, Made Raka kembali membeli Kambing dan memperluas kandang. Saat ini, di pelihara 50 kambing betina dan 1 ekor pejantan. Sekitar 3 kambing betina dalam kondisi mengandung.
Ke depan diharapkan ada penghasilan alternatif selain sektor pariwisata. Selain beternak, Made Raka juga langsung mengolah susu kambing menjadi keju, sabun dan susu bubuk. Kotoran kambing dan air kencing kambing diolah menjadi pupuk.
Made Raka mengakui nekat beternak meski tanpa pengalaman. Dia yakin tantangan utamanya adalah mental. Dari biasanya kerja bersih menghitung penghasilan dari adventure, kini belajar 'ngarit' atau menyabit rumput untuk pakan Kambing.
Made Raka tak sendiri. Dia dibantu 5 karyawan khusus di kandang. Ada yang mencari pakan, memberi pakan, membersihkan kandang kambing, memerah susu, hingga mengemas dan memasarkan produk. Untuk produk berkualitas dan kambing yang sehat, pemerahan saat ini hanya dilakukan sekali sehari di pagi hari. "Ya, biar kambingnya tidak stress. Diperah sekali saja sehari," ungkapnya.
Made Raka sudah punya langganan tetap. Bahkan diakui terus bertambah setiap hari. "Astungkara susu habis terjual. Langganan terjauh di Nusa Dua, Badung," ujar pria asli Banjar Silakarang, Desa Singapadu Kaler, Kecamatan Sukawati ini. Dia juga mengembangkan Jahe Merah dan Pisang Cavendis. Khasiat Jahe Merah ini akan dipadukan dengan susu Kambing. "Tanam saja dulu, mudah-mudahan bisa bermanfaat ke depan," ujar ayah dua anak ini. *nvi
1
Komentar