Listibya Garap Rejang 2.017 Penari
Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Seni Budaya (Listibiya) Klungkung akan menggarap pementasan Tari Rejang Renteng, tarian khas Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, secara massal.
SEMARAPURA, NusaBali
Tarian dengan 2.017 penari ini, sesuai angka tahun 2017, akan dipentaskan saat Festival Semarapura, Klungkung, mendatang.
“Kami melakukan persiapan garapan tarian mulai saat ini,” ujar Ketua Listibiya Klungkung, I Dewa Gede Alit Saputra, Senin (19/12). Kata dia, ide tersebut dibahas saat workshop seni yang dipusatkan di depan Monumen Puputan Klungkung, Jumat (16/12). Worshop melibatkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Klungkung, dan pihak terkait.
Kata Dewa Alit, tarian ini akan dipantaskan di areal Catus Pata, Klungkung. Dipilihnya Tari Rejang Renteng sebagai ikon tarian massal pada Festival Semarapura 2017, dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya, Tari Rejang Renteng ini khas di Nusa Penida, tarian berdurasi 12 menit ini dengan gerak dan busana sederhana, khas penarinya bersanggul. “Rejang Renteng ini merupakan tari persembahan, dalam gerakannya tidak memakai seledet sebagai simbolik kealamian,” terangnya.
Diakuinya, Tari Rejang Renteng ini sempat nyaris punah, kemudian dari tim kesenian Provinsi Bali berhasil merekonstruksi tarian tersebut di era 1990an. Ekstistensinya pun bisa terjaga sampai sekarang. Ciri khas tarian ini, penari memegang selendang saling sambung-menyambuang satu diantaranya, kemudian murwa daksina. “Itu sebagai simbol persembahan kepada para Dewa,” terangnya.
Setelah menggelar workshop itu, lanjut Dewa Alit, pengurus Listibiya yang juga sebagian dari Disbudpar dan pelaku kesenian, menggelar latihan Rejang Renteng dengan sekaa gong dari Listibiya. Karena mereka rata-rata merupakan seniman mampuni maka tidak memerlukan latihan lama untuk menguasai tarian ini. Pentas perdana digelar serangkaian program Gema Klungkung Menari di depan Lapangan Monumen Puputan Klungkung, Sabtu (17/12) pukul 18.00 Wita.
Kata Dewa Alit, gagasan pentas tersebut sempat disampaikan kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, hingga didukung Pemkab. Biaya pentas ini cukup besar, namun tetap optimis karena biaya bukan penghalang. Terlebih kecintaan masyarakat, khususnya di Klungkung untuk melestarikan seni budaya terus bangkit. *wa
Tarian dengan 2.017 penari ini, sesuai angka tahun 2017, akan dipentaskan saat Festival Semarapura, Klungkung, mendatang.
“Kami melakukan persiapan garapan tarian mulai saat ini,” ujar Ketua Listibiya Klungkung, I Dewa Gede Alit Saputra, Senin (19/12). Kata dia, ide tersebut dibahas saat workshop seni yang dipusatkan di depan Monumen Puputan Klungkung, Jumat (16/12). Worshop melibatkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Klungkung, dan pihak terkait.
Kata Dewa Alit, tarian ini akan dipantaskan di areal Catus Pata, Klungkung. Dipilihnya Tari Rejang Renteng sebagai ikon tarian massal pada Festival Semarapura 2017, dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya, Tari Rejang Renteng ini khas di Nusa Penida, tarian berdurasi 12 menit ini dengan gerak dan busana sederhana, khas penarinya bersanggul. “Rejang Renteng ini merupakan tari persembahan, dalam gerakannya tidak memakai seledet sebagai simbolik kealamian,” terangnya.
Diakuinya, Tari Rejang Renteng ini sempat nyaris punah, kemudian dari tim kesenian Provinsi Bali berhasil merekonstruksi tarian tersebut di era 1990an. Ekstistensinya pun bisa terjaga sampai sekarang. Ciri khas tarian ini, penari memegang selendang saling sambung-menyambuang satu diantaranya, kemudian murwa daksina. “Itu sebagai simbol persembahan kepada para Dewa,” terangnya.
Setelah menggelar workshop itu, lanjut Dewa Alit, pengurus Listibiya yang juga sebagian dari Disbudpar dan pelaku kesenian, menggelar latihan Rejang Renteng dengan sekaa gong dari Listibiya. Karena mereka rata-rata merupakan seniman mampuni maka tidak memerlukan latihan lama untuk menguasai tarian ini. Pentas perdana digelar serangkaian program Gema Klungkung Menari di depan Lapangan Monumen Puputan Klungkung, Sabtu (17/12) pukul 18.00 Wita.
Kata Dewa Alit, gagasan pentas tersebut sempat disampaikan kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, hingga didukung Pemkab. Biaya pentas ini cukup besar, namun tetap optimis karena biaya bukan penghalang. Terlebih kecintaan masyarakat, khususnya di Klungkung untuk melestarikan seni budaya terus bangkit. *wa
1
Komentar