Artshop dan Toko di Kuta Rame-Rame Over Kontrak, Tapi Peminat Sepi
MANGUPURA, NusaBali.com – Kawasan Kuta dulu dan kini beda jauh. Sebelum pandemi, setiap jengkal ada denyut aktivitas artshop, toko, restoran, hotel hingga rental kendaraan. Kini, suasana sangat sepi. Hanya satu dua yang tetap buka.
Aktivitas usaha di Jalan Raya Legian Kuta memang nyaris mati sejak pandemi Covid-19 melanda per Maret 2020. Tanpa adanya wisatawan, usaha yang dijalankan pun tak ada yang berbelanja. Alhasil sejak berbulan-bulan lalu, beberapa artshop atau toko di sepanjang Jalan Raya Legian memasang tulisan ‘Dikontrakkan’, ‘Over Kontrak’, ‘Disewakan’ dan sejenisnya.
Cafe Romano misalnya, memasang pengumuman over contract lengkap dengan nomor telepon yang dapat dihubungi di depan pintu rolling door kafe tersebut. Ketika nomor telepon yang dipasang tersebut dihubungi, telepon diangkat oleh seorang pria bernama Kris yang menyebutkan kalau pemilik kontrak toko tersebut adalah seorang warga negara Italia yang sudah pulang ke tanah airnya.
Kris pun mengaku sebagai orang yang dipercaya untuk mencarikan pembeli sewa toko yang masih tersisa enam tahun tersebut. “Saya dipercayakan di sini untuk mengurus kontrak toko, itu sisanya ada enam tahun,” ujar Kris sembari menyebut harga yang diberikan untuk over contract dibuka di harga Rp 900 juta.
Bukan di raya Legian saja. Situasi sama juga terlihat di Jalan Pantai Kuta, Jalan Melasti, hingga Jalan Patih Jelantik banyak terdapat toko-toko yang memasang papan pengumuman kontrak atau sewa toko. Beberapa toko yang disewakan tersebut sebagian terlihat sudah kosong di dalamnya, sementara yang lainnya tampak masih ada barang-barang sisa usaha sebelumnya.
Salah satu toko di Jalan Patih Jelantik terlihat memasang papan pengumuman penyewaan. Pemilik toko Putu Denis, mengatakan semenjak pandemi Covid-19 toko yang dimilikinya belum berhasil disewakan.
“Dulu ketika di awal pandemi ada yang berencana untuk menyewa, tetapi tiba-tiba dibatalkan mungkin karena khawatir dengan pandemi,” ujar pria asal Kuta.
Dirinya mengaku sebelum toko yang disewakannya kosong seperti sekarang, ada orang lain yang menyewa tokonya untuk membuka usaha makanan. “Pas mulai pandemi tahun lalu, kontraknya habis, sampai sekarang masih kosong,” ujar pria yang sehari-hari bekerja di perusahaan pialang tersebut.
Denis menambahkan jika toko yang disewakannya terdapat dua blok dan sebenarnya dimiliki oleh orangtuanya. “Toko ini sebenarnya milik bapak saya, saya hanya membantu jika ada yang tertarik dan meminta nego,” ungkapnya sembari menyebutkan dapat menghubungi 081239586708 untuk negosiasi.
Sebagai ikon pariwisata Bali harga-harga properti di wilayah Kuta tentunya tidak murah. Meskipun karena terdampak pandemi harga-harga yang ditawarkan kemungkinan turun, tetapi mengingat belum jelasnya kapan pariwisata Bali akan dibuka membuat para pelaku usaha berpikir panjang untuk memulai kembali bisnisnya terutama di kawasan wisata seperti Kuta.
Karena itu, adanya wacana pembukaan pariwisata di pertengahan tahun 2021 dan program Work From Bali dari tujuh Kementerian, sangat ditunggu-tunggu realisasinya oleh para pelaku wisata di Bali. *adi
Komentar