Komunitas Eco-Enzym Nusantara Semprotkan Desinfektan Ramah Lingkungan ke Udara Kota Denpasar
DENPASAR, NusaBali.com - Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2021, Komunitas Eco-Enzym Nusantara melakukan penyemprotan desinfektan ramah lingkungan (eco-enzym) ke udara.
Kegiatan social ini dilakukan serentak di seluruh Bali. Khusus penyemprotan di wilayah Kota Denpasar, seremonial dilakukan di areal Pasar Badung dan Tukad Badung. Acara tersebut dihadiri oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Denpasar, Sagung Antari Jaya Negara, Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Denpasar, Perwakilan Komunitas Eco-Enzym Nusantara, beserta pimpinan OPD Kota Denpasar.
Dalam sambutannya perwakilan Eco-Enzym Nusantara, Dewa Rai Asmara, menyampaikan bahwa Komunitas Eco-Enzym Nusantara mengadakan penyemprotam desinfektan Eco-Enzym bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia secara serentak di seluruh Bali. Penyemprotan menggunakan cairan desinfektan eco-enzym yang ramah lingkungan, yang merupakan hasil fermentasi selama tiga bulan yang berasal dari bahan-bahan organik atau sampah dapur seperti kulit buah dan sisa sayur yang tidak digunakan. Sampah tersebut kemudian diolah dengan menambahkan gula aren untuk difermentasi sehingga menghasilkan cairan eco-enzym.
“Bulan pertama akan menghasilkan alkohol, bulan kedua menghasilkan asam, dan bulan ketiga menghasilkan eco enzym. Ini kita semprotkan ke udara, menjadi pencuci udara. Kita penduduk bumi menjadi lebih sehat,” terangnya sembari menambahkan jika cairan eco-enzym juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi kesehatan, membersihkan air sungai, sampai alat pembersih lantai.
Dalam sambutannya perwakilan Eco-Enzym Nusantara, Dewa Rai Asmara, menyampaikan bahwa Komunitas Eco-Enzym Nusantara mengadakan penyemprotam desinfektan Eco-Enzym bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia secara serentak di seluruh Bali. Penyemprotan menggunakan cairan desinfektan eco-enzym yang ramah lingkungan, yang merupakan hasil fermentasi selama tiga bulan yang berasal dari bahan-bahan organik atau sampah dapur seperti kulit buah dan sisa sayur yang tidak digunakan. Sampah tersebut kemudian diolah dengan menambahkan gula aren untuk difermentasi sehingga menghasilkan cairan eco-enzym.
“Bulan pertama akan menghasilkan alkohol, bulan kedua menghasilkan asam, dan bulan ketiga menghasilkan eco enzym. Ini kita semprotkan ke udara, menjadi pencuci udara. Kita penduduk bumi menjadi lebih sehat,” terangnya sembari menambahkan jika cairan eco-enzym juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi kesehatan, membersihkan air sungai, sampai alat pembersih lantai.
Rai Asmara pun mengatakan bahwa di waktu selanjutnya pihak Eo-Enzym Nusantara akan melakukan sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat mengenai berbagai manfaat eco-enzym beserta bagaimana cara pembuatannya.
Seremonial penuangan cairan eco-enzym di Tukad Badung dilakukan oleh Walikota Denpasar dan penyerahan secara simbolik cairan eco-enzym kepada perwakilan desa-desa di seluruh Kota Denpasar. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan beberapa armada penyemprotan oleh Walikota Denpasar yang ditandai dengan kibasan bendera.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa, memberikan apresiasi terhadap apa yang digagas oleh Komunitas Eco-Enzym Nusantara. “Kami sangat apresiasi teman-teman eco-enzym karena dengan ini masyarakat dapat mempraktekkan pembuatan eco-enzym dan dimanfaatkan sehingga sampah yang ke luar semakin berkurang volumenya,” ujarnya.
Kepala Dinas yang baru dilantik per tanggal 29 Maret 2021 tersebut pun mengungkapkan bahwa semenjak 17 Agustus 2020 pihak DLHK Kota Denpasar sebenarnya sudah melakukan aktivitas penuangan eco-enzym ke sungai-sungai yang ada di Kota denpasar serta melakukan pelatihan-pelatihan di desa-desa dan pasar-pasar.
Dirinya mengatakan proses tersebut nantinya akan lebih dioptimalkan lagi, sehingga apabila masyarakat semakin mengenal eco-enzym maka semakin banyak pula manfaat yang bisa diperoleh minimal untuk kebaikan diri sendiri.
Sementara Koordinator Komunitas Eco-Enzym Nusantara, Jokoryanto, menjelaskan bahwa cairan eco-enzym dibuat selama tiga bulan menggunakan limbah dapur seperti, kulit buah, dan sayur yang tidak digunakan untuk masak. Cara pembuatannya pun cukup mudah hanya perlu memasaukkan gula, kulit buah, dan sayur, dan air dengan perbandingan 1:3:10 ke dalam botol atau wadah plastik dan setelah itu hanya menunggu selama tiga bulan.
Jokoryanto menambahkan untuk penyemprotan eco-enzym di Kota Denpasar akan dilakukan di seluruh tempat terutama wilayah yang memiliki keramaian. “Dan seluruh desa-desa di Kota Denpasar sudah diinstruksikan oleh Bapak Walikota agar menyemprot secara mandiri di tiap desanya dan sudah kita distribusikan eco-enzymnya di setiap desa,” terangnya.
Untuk diketahui, eco-enzyme merupakan produk hasil fermentasi yang berwarna cokelat dan beraroma fermentasi asam manis yang kuat dan memiliki banyak manfaat di kehidupan sehari-hari seperti menjadi karbol alami, sabun cuci, pupuk organik, bisa melawan 6 jenis kuman dan 4 jenis parasit, pembersih alat dapur, pemurni udara, pereda infeksi dan alergi kulit, sebagai antiseptik bahkan ada pengalaman membantu mengeringkan luka pada orang yang kena diabetes yang sudah divonis amputasi yang akhirnya tidak jadi amputasi karena manfaat dari eco-enzyme.
Produk ini (eco-enzyme) telah melewati proses penelitian yang sudah lebih daripada 30 tahun oleh Dr Rosukon dari Thailand dan dikembangkan oleh Dr Joean Oon dari Malaysia ke seluruh dunia termasuk Indonesia. *adi
1
Komentar