Psikoedukasi Keluarga Penting dalam Merawat Orang Dengan Skizofrenia
DENPASAR, NusaBali.com - Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Karena itu untuk mengoptimalkan peran tersebut dibutuhkan pengetahuan yang cukup bagaimana menangani pasien dengan skizofrenia.
Rumah Berdaya Denpasar yang merupakan salah satu wadah dalam penyembuhan para penderita skizofrenia kembali mengadakan psikoedukasi keluarga setelah lama vakum akibat adanya pandemi Covid-19.
“Kami mencoba kembali mengadakan psikoedukasi keluarga seperti sebelum pandemi, untuk memberikan dukungan kepada keluarga sebagai care giver bagi anggota keluarganya yang menderita skizofrenia,” ujar I Nyoman Sudiasa, 47, pengelola Rumah Berdaya Denpasar, Sabtu (12/6/2021).
Psikoedukasi keluarga merupakan pendekatan sistematis, terstruktur dan pedagogis terhadap keluarga untuk mengatasi penyakit dan pengobatannya. Intervensi psikoedukasi umumnya menekankan penyajian informasi faktual tentang kondisi penyakit dan perawatannya, khususnya untuk mengatasi kesalahan persepsi sehingga upaya untuk mencari pertolongan dan pengobatan dapat dilakukan secara tepat.
Sudiasa menambahkan bahwa kegiatan ini direncanakan berlangsung setiap bulan sekali dengan menghadirkan pendamping dari orang-orang yang berkompeten sekaligus peduli dengan penyakit mental utamanya skizofrenia.
Antusiasme keluarga ODS yang datang cukup baik, terlihat dari semangat mereka dalam berbagi pengalaman yang dialami dalam merawat anggota keluarga mereka yang terkena skizofrenia. Mereka rata-rata harus memberikan pengorbanan yang tidak sedikit, seperti pengorbanan waktu, pikiran, materi, bahkan ada yang sementara harus berpisah rumah dengan keluarga intinya untuk bisa merawat adiknya yang merupakan orang dengan skizofrenia.
Selain berbagi cerita mengenai suka-duka dalam merawat anggota keluarga yang mengalami skizofrenia, mereka tentunya juga mendapat dukungan dari psikolog yang dihadirkan oleh Rumah Berdaya untuk mendampingi dan mendukung keluarga ODS tersebut. Pada kesempatan itu, mereka kembali diperkenalkan apa itu skizofrenia, apa saja gejalanya, bagaimana tingkatannya, dan tentu bagaimana untuk bisa selalu sabar dalam menangani anggota keluarga yang memiliki penyakit skizofrenia.
“Gangguan kesehatan mental itu benar-benar ada, anak yang dulu ceria kenapa sekarang tiba-tiba jadi pemurung dan penyendiri ya? Di sini pentingnya care giver memiliki literasi kesehatan mental,” ujar Lucky Windaningtyas Marmer, psikolog yang mendampingi kegiatan psikoedukasi kali ini.
Selain itu menurutnya kemampuan dalam mengendalikan emosi juga harus dimengerti oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia. Terakhir adalah mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitar keluarga tersebut dalam mendampingi anggota keluarga dengan skizofrenia, termasuk juga mewaspadai stigma di amsayarakat yang masih mengganggap penyakit mental adalah penyakit aneh sehingga harus diobati secara supranatural.
Sementara itu I Nyoman Sudiasa kembali menegaskan kalau kegiatan psikoedukasi keluarga yang diadakan kali ini merupakan salah satu dari beberapa kegiatan yang akan kembali dihidupkan setelah adanya pandemi Covid-19.
“Nanti kami juga rencananya kembali adakan kegiatan Kopi Biji, Ngopi Sambil Bicara Jiwa. Konsepnya hampir sama seperti ini tapi lebih santai. Yang diundang nanti juga lebih ke masyarakat, agar lebih tahu mengenai penyakit mental,” pungkas Sudiasa. *adi
1
Komentar