Mulai Langka, BMI Tanam Pohon Aren di Desa Pedawa
SINGARAJA, NusaBali
Dewan Pimpinan Cabang Banteng Muda Indonesia (DPC BMI) Kabupaten Buleleng, kembali menggelar aksi sosial. Kali ini kegiatan bakti sosial dirangkaikan dengan peringatan Bulan Bung Karno, dengan penanaman pohon aren dan pembagian sembako di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Minggu (13/6).
Penanaman pohon aren menjadi pilihan karena pohon sebagai penghasil bahan baku gula aren sudah langka.Penanaman pohon aren dilakukan lahan milik Kelompok Tani (Poktan) Getah Uyung Desa Pedawa. Kelompok Tani ini masih bertahan menjaga pohon aren, yang setiap dua hari sekali disadap untuk didapatkan airnya dan kemudian diolah menjadi gula merah, yang selama ini dikenal sebagai gula kualitas super di Buleleng.
Ketua DPC BMI Buleleng dr Ketut Putra Sedana usai membagikan sembako kepada anggota Poktan Getah Uyung, mengatakan, peringatan Bulan Bung Karno ini dijadikan momentum untuk Desa Pedawa tetap merawat pohon aren yang menjadi sumber potensi dan ikon desa. Gula merah Pedawa yang sudah tersohor keaslian dan kualitasnya diharapkan dapat terus lestari, dengan terus menjaga pohon aren. “Penanam pohon aren hari ini kita harapkan dapat bermanfaat bagi semeton Poktan Getah Uyung yang selama ini memproduksi gula merah berkualitas. Hal ini harus tetap lestari karena gula merah Pedawa sudah menjadi kearifan lokal peninggalan leluhur sekaligus jati diri desa,” ucap Putra Sedana yang juga Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini.
BMI sebagai organisasi sayap partai juga disebutnya akan membantu pengadaan bibit tanaman pangan bagi Poktan Getah Uyung. Sehingga sebelum pohon aren dapat berproduksi ada tanaman sela yang dapat menjamin ketahanan pagan warga setempat. Seperti cabai, bawang, sayur mayur, sehingga dapat diberdayakan masyarakat. “Pohon aren dari tanam sampai bisa berproduksi kurang lebih 15 tahun, cukup lama. Sehingga usulan bibit lain tentu nanti akan kami fasilitasi,” jelas pria yang akrab disapa Dokter Caput, ini.
Perbekel Desa Pedawa Putu Sudarmaja yang hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, pohon aren yang menjadi sumber penghasil bahan baku gula merah Pedawa mulai langka sejak tahun 1990. Pembabatan skala besar pohon aren di Desa Pedawa dimulai pada tahun 1970-1980. Ribuan pohon aren dibabat dan diganti dengan pohon yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti tanaman kopi, cengkih, vanili, hingga kakao.
Dari total 1.600 hektare perkebunan yang ada di Pedawa, hanya tersisa 10 persennya yang masih terisi pohon aren. “Kondisi ini membuat kami terus mendorong warga dan memotivasi untuk mulai lagi menanam pohon aren. Bagaimana pun juga gula merah Pedawa adalah ikon desa kami sehingga kami dorong terus, dengan memanfaatkan lahan kosong, lahan kering hingga lahan lereng jurang sudah mulai ditanami pohon aren lagi,” jelas Sudarmaja.
Sementara itu tokoh masyarakat yang juga anggota Poktan Getah Uyung Guci Adnyana, mengatakan sejauh ini petani gula merah di Desa Pedawa mulai berinovasi. Tak hanya gula merah dalam cetakan batok kelapa yang dijual, tetapi sudah merambah ke gula semut dan gula merah dengan bentuk cetakan. Pengemasan untuk menembus pasar lebih besar juga telah disiapkan Poktan Getah Uyung dibantu intansi pemerintah terkait. Hanya saja saat ini masih menunggu izin Pangan Produksi Rumah Tangga (PPRT) yang masih dalam proses. “Kami sebagai petani yang masih bertahan memproduksi gula merah sudah merasakan bagaimana pohon aren ini menjadi sumber kehidupan bagi kami. Apalagi pohon-pohon besar ini adalah warisan leluhur kami yang patut dijaga,” kata Guci Adnyana. *k23
1
Komentar