Jelang Pariwisata Dibuka, Bali Pertajam Implementasi Prokes
DENPASAR, NusaBali
Pemprov Bali bersama kalangan industri dan stakeholder kepariwisataan sepakat mempertajam penerapan protokol kesehatan (Prokes) cegah Covid-19, jelang dibukanya Bali untuk wisatawan mancanegara.
Salah satunya, dengan selalu berkoordinasi dan saling mengawasi, sehingga jangan sampai muncul kasus baru Covid-19 setelah pariwisata Bali dibuka. Rencana ini terungkap dalam rapat koordinasi Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait bersama kalangan industri pariwisata, pelaku, dan stakeholder kepariwisataan, di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali kawasan Niti Mandala Denpasar, Selasa (15/6) pagi.
Tercatat 34 stakeholder terkait yang mengikuti rapat koordinasi tersebut. Di antaranya PHRI Bali, PHRI Kabupaten/Kota se-Bali, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, ASITA Bali, HPI Bali, dan unsur Indonesia Hotel General Manager Asoociation (IHGMA). Jajaran Polda Bali juga mengirim utusannya dalam rapat koordinasi tentang penajaman penerapan Prokes kemarin.
Rapat koordinasi yang digelar sejak pagi pukul 09.00 Wita tersebut dipimpin Kadis Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa. Dalam paparannya, Putu Astawa mengatakan bahwa sebagai daerah percontohan dalam standar penerapan Prokes, Bali tentunya mendapat sorotan. Apalagi, jelang pembukaan pariwisata Bali untuk turis mancanegara yang direncanakan Februari 2021 mendatang.
Menurut Astawa, hal ini harus disosialisasikan ke bawah secara bagus, sehingga semua elemen masyarakat menjadi lebih peduli dan care terhadap penerapan Prokes. “Kalau memang benar pariwisata Bali untuk wisman dibuka nanti, jangan sampai muncul kasus baru Covid-19 klater pariwisata. Sekali buka, ya untuk seterusnya berkesinambungan. Tidak cacat, tidak buka tutup-buka tutup,” tandas Astawa.
Karena itulah, lanjut Astawa, pihaknya selalu berkomunikasi dengan para stakeholder kepariwisataan. Tujuannya, untuk membangun kebersamaan supaya semua lini ikut bergotong royong penerapan Prokes secara ketat dan disiplin.
Astawa mengakui, masyarakat awam masih ada yang bertanya-tanya terkait Prokes. Mereka, antara lain, mempertanyakan mengapa harus karantina, juga soal vaksinasi, dan sebagainya. Karena itu, dalam rapat koordinasi kemarin dihadirkan juga ahli virologi dari Unud untuk memberi penjelasan. Dengan demikian, diharapkan tidak muncul persepsi yang berbeda-beda dan menimbulkan kegaduhan.
Menurut Astawa, semua lini dan seluruh stakeholder kepariwisataan harus ketat, sehingga mereka dituntut saling berkoordinasi dan mengawasi, terutama untuk pengawasan di objek-objek wisata. “Buat apa di hotel bagus, kalau di lapangan tidak, kan sama saja,” kata birokrat asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar ini.
Sementara itu, kalangan stakeholder kepariwisataan mendukung penuh penajaman penerapan Prokes jelang dibukanya pariwisata Bali untuk turis mancanegara tersebut. “PHRI mendukung dan menyikapi positif hal ini, karena pariwisata merupakan payuk jakan kita,” ujar Ketua PHRI Badung, I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya.
Rai Surya Wijaya menegaskan, semua pihak harus konsisten, karena ini untuk membangun image dan citra pariwisata Bali. ”Kan sering kalau ada aturan baru, awalnya taat, namun setelah sebulan jadi kendor-kendor,” ungkap Rai Suryawijaya.
Sebagai orang PHRI, Rai Suryawijaya meminta setiap unit usaha yang akan beroperasi nantinya mempunyai Satgas Gotong Royong untuk pandemi Covid-19. Tujuannya, untuk mengingatkan dan menjadi polisi bagi diri sendiri dulu. Kemudian, untuk industri/perusahan tempat bekerja.
“Jangan sampai, misalnya, nanti terjadi gelombang kedua pandemi Covid-19 di Bali pasca dibukanya pariwisata. Jangan sampai pariwisata setelah buka, justru ditutup lagi karena Covid-19. Jangan seperti itu, semua harus kita antisipasi,” katanya.
Rai Suryawijaya mengingatkan, untuk pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali, tidak cukup hanya dengan wisatawan dalam negeri saja, walaupun potensinya tinggi. Apalagi, untuk sekarang ini beberapa daerah yang menjadi kantong wisatawan domestik, mengalami peningkatan kasus Covid-19.
“Kan banyak daerah kini justru berstatus zona merah. PPKM akan diperketat lagi,” terang Rai Suryawijaya. “Karena itu, harus ada langkah berani untuk membuka pariwisata bagi wisatawan internasional,” imbuhnya. *k17
1
Komentar