Bisnis Ritel di Bali Belum Membaik
DENPASAR,NusaBali
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Dewan Pengurus Daerah Bali/ DPD Aprindo Bali menyambut baik rencana Pemerintah open border untuk Bali pada Juli mendatang.
Maklum, bisnis ritel di Bali saat ini masih terkontraksi cukup dalam. Triwulan I 2021, mengalami kontraksi minus 37 persen. Kontraksi ini sangat dalam dibanding kontraksi ritel nasional pada triwulan yang sama yakni hanya minus 3 persen.
Ketua DPD Aprindo Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra menyampaikan Rabu(16/6). Kontraksi tersebut sebagai gambaran kemampuan atau daya beli masyarakat yang menurun.Terutama untuk konsumsi fast moving consumer goods atau barang konsumsi.
Sebelumnya perkembangan dan persoalan yang dihadapi ritel sudah dilaporkan kepada Gubernur Bali I Wayan Koster, saat pengurus DPD Aprindo Bali melakukan audiensi Senin (14/6) di rumah dinas gubernur Gedung Jaya Sabha, Jalan Surapati Denpasar.
Kata Gung Agra, sapaan Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra, Gubernur meminta agar Aprindo lewat anggotanya yang bersentuhan langsung dengan konsumen akhir ikut berperan mendorong pertumbuhan perekonomian Bali.
Diantaranya dengan menyerap produk UMKM lokal dan membantu pemasarannya. Produk UMKM lokal ini diharapkan bisa mengganti produk luar. Sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat pada produk luar.
Kata Gung Agra, Aprindo sepakat dengan hal tersebut. Harapannya produk lokal yang dihasilkan adalah produk yang berorientasi pasar, konsisten bukan sekadar atas dasar idealisme atau suka-suka semata.
Contohnya produk olahan kakao atau coklat. Produk olahan coklat semestinya diproduksi dengan sentuhan taste Bali. Selain produk coklat yang dengan cita rasa konsumen luar negeri. Dan tentu sesuai dengan standar ritel sejatinya merupakan standar yang ditentukan oleh konsumen. Jumlah anggota Aprindo Bali saat ini 20 perusahan dengan 1.000 outlet di seluruh Bali. .-*K17
1
Komentar