Pemkab Rancang Shortcut, Pascabencana Banjir Putuskan Jembatan di Desa Pelaga
Panjang shortcut direncanakan sekitar 100 meter. Anggaran akan diusulkan dalam APBD Perubahan 2017.
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) Kabupaten Badung mulai memikirkan membangun shortcut pasca-musibah banjir di Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Bencana banjir tersebut membuat jembatan penghubung di perbatasan Banjar Semanik–Banjar Pelaga putus. Selain dinilai praktis, pembangunan shortcut juga memperpendek jarak tempuh sehingga warga tidak lagi menuruni jalan cukup terjal di kawasan tersebut.
Ida Bagus Surya Suamba selaku Kepala Dinas BMP Badung, mengatakan, rencana pembangunan shortcut adalah program jangka panjang. Pihaknya pun masih akan melakukan kajian menyeluruh terhadap rencana tersebut. “Yang jelas kami akan kaji untuk membangun shortcut dengan panjang 100 meter,” ungkapnya, Jumat (23/12).
Kendati demikian pihaknya belum berani mematok anggaran. Tetapi ada kemungkinan program ini akan diusulkan pada APBD Perubahan 2017, lantaran anggaran induk 2017 sudah ketok palu.
“Masih kami kaji dulu, untuk anggaran belum tahu. Yang paling penting sekarang kami upayakan pembersihan dulu. Karena dari pantauan ada tiga titik bencana yang perlu penanganan ekstra,” tegasnya.
Selain itu, untuk program jangka pendek Dinas BMP Badung akan melakukan pembersihan alur sungai dari bongkahan kayu gelondongan yang ikut terseret banjir. Baru setelah itu mengembalikan jalan seperti sediakala agar bisa dilalui.
“Kami rancang pasang box culvert (beton bertulang pra cetak yang berbentuk segi empat, Red). Sehingga lebih cepat penanganannya,” tandas Surya Suamba.
Pada bagian lain, bencana yang terjadi secara beruntun sebulan terakhir disikapi sangat serius oleh Pemkab Badung. Guna memohon keselamatan semua makhluk, pemerintah merancang menggelar upacara nyegara gunung.
Upacara yang bakal digelar, menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung Ida Bagus Anom Bhasma, adalah nunas guru piduka pamlepeh di Pura Pucak Mangu, Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Kemudian upakara pamayu jagad akan dilakukan di Pantai Seseh, Kecamatan Mengwi. “Upacara akan dilakukan pada tilem kaenem pada 28 Desember,” tuturnya, Jumat (23/12).
Banjir besar yang memutuskan jembatan penghubung empat banjar di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, terjadi pada Rabu (21/12) malam. Bencana alam ini terjadi sekitar pukul 20.00 Wita. Jembatan putus terletak di perbatasan Banjar Dinas Semanik dan Banjar Dinas Pelaga. Berdasarakan pantauan lapangan, Kamis (22/12), badan jalan dengan lebar sekitar 3 meter dan panjang 5 meter nyaris putus total. Hanya struktur pondasi di kedua sisi yang masih tampak kokoh.
Informasi dari warga setempat, banjir besar juga pernah terjadi sekitar tahun 2010 lalu. Tetapi tidak sebesar sekarang hingga mengakibatkan jembatan putus.
Perbekel Desa Pelaga I Gusti Lanang Umbara, ditemui di lokasi, mengatakan, sebelum jembatan jebol air bah yang mengalir dari hulu Hutan Pucak Mangu sempat menutupi badan jalan dengan tinggi kurang lebih 10 cm. Banjir juga membawa potongan-potongan kayu gelondongan dari ukuran kecil dan besar. Pihaknya menduga, struktur jembatan tidak kuat akibat terjangan banjir yang sangat besar.
“Kalau hari biasa airnya hanya mengalir kecil tapi ini tumben besar sekali. Lihat saja kayu-kayu besar juga ikut terbawa banjir,” kata Lanang Umbara sambil menunjuk tumpukan kayu gelondongan yang ada di bantaran sungai. Sebelum banjir besar, menurutnya wilayah Desa Pelaga sekitarnya memang sedang diguyur hujan sangat lebat.
Beruntung, kata dia, bencana tidak merenggut korban jiwa mengingat terjadi saat malam hari. Kendati demikian, warga dari empat banjar sempat terisolasi, yakni Banjar Semanik, Banjar Tiyingan, Banjar Auman, dan Banjar Munduk Tiying. Pasalnya akses jalan alternatif yang tembus Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang sempat tertutup longsor. “Kalau kemarin terisolasi warga kami. Tapi sekarang sudah bisa lewat jalan yang tembus Sandakan, karena longsornya sudah dibersihkan,” katanya.
Lanang Umbara berharap pemerintah cepat mengambil langkah penanganan agar aktivitas warga bisa kembali normal.
Untuk di Desa Pelaga, ungkap Lanang Umbara, ada sembilan titik bencana yang tercatat. “Lima titik di Banjar Semanik termasuk yang ini (jembatan putus). Sedangkan di Banjar Tiyingan ada empat titik,” ungkapnya. Termasuk salah satunya kediaman perbekel di Banjar Semanik ikut terkena dampak longsor. “Merajan di rumah kena longsor,” tandasnya. * asa
Ida Bagus Surya Suamba selaku Kepala Dinas BMP Badung, mengatakan, rencana pembangunan shortcut adalah program jangka panjang. Pihaknya pun masih akan melakukan kajian menyeluruh terhadap rencana tersebut. “Yang jelas kami akan kaji untuk membangun shortcut dengan panjang 100 meter,” ungkapnya, Jumat (23/12).
Kendati demikian pihaknya belum berani mematok anggaran. Tetapi ada kemungkinan program ini akan diusulkan pada APBD Perubahan 2017, lantaran anggaran induk 2017 sudah ketok palu.
“Masih kami kaji dulu, untuk anggaran belum tahu. Yang paling penting sekarang kami upayakan pembersihan dulu. Karena dari pantauan ada tiga titik bencana yang perlu penanganan ekstra,” tegasnya.
Selain itu, untuk program jangka pendek Dinas BMP Badung akan melakukan pembersihan alur sungai dari bongkahan kayu gelondongan yang ikut terseret banjir. Baru setelah itu mengembalikan jalan seperti sediakala agar bisa dilalui.
“Kami rancang pasang box culvert (beton bertulang pra cetak yang berbentuk segi empat, Red). Sehingga lebih cepat penanganannya,” tandas Surya Suamba.
Pada bagian lain, bencana yang terjadi secara beruntun sebulan terakhir disikapi sangat serius oleh Pemkab Badung. Guna memohon keselamatan semua makhluk, pemerintah merancang menggelar upacara nyegara gunung.
Upacara yang bakal digelar, menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung Ida Bagus Anom Bhasma, adalah nunas guru piduka pamlepeh di Pura Pucak Mangu, Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Kemudian upakara pamayu jagad akan dilakukan di Pantai Seseh, Kecamatan Mengwi. “Upacara akan dilakukan pada tilem kaenem pada 28 Desember,” tuturnya, Jumat (23/12).
Banjir besar yang memutuskan jembatan penghubung empat banjar di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, terjadi pada Rabu (21/12) malam. Bencana alam ini terjadi sekitar pukul 20.00 Wita. Jembatan putus terletak di perbatasan Banjar Dinas Semanik dan Banjar Dinas Pelaga. Berdasarakan pantauan lapangan, Kamis (22/12), badan jalan dengan lebar sekitar 3 meter dan panjang 5 meter nyaris putus total. Hanya struktur pondasi di kedua sisi yang masih tampak kokoh.
Informasi dari warga setempat, banjir besar juga pernah terjadi sekitar tahun 2010 lalu. Tetapi tidak sebesar sekarang hingga mengakibatkan jembatan putus.
Perbekel Desa Pelaga I Gusti Lanang Umbara, ditemui di lokasi, mengatakan, sebelum jembatan jebol air bah yang mengalir dari hulu Hutan Pucak Mangu sempat menutupi badan jalan dengan tinggi kurang lebih 10 cm. Banjir juga membawa potongan-potongan kayu gelondongan dari ukuran kecil dan besar. Pihaknya menduga, struktur jembatan tidak kuat akibat terjangan banjir yang sangat besar.
“Kalau hari biasa airnya hanya mengalir kecil tapi ini tumben besar sekali. Lihat saja kayu-kayu besar juga ikut terbawa banjir,” kata Lanang Umbara sambil menunjuk tumpukan kayu gelondongan yang ada di bantaran sungai. Sebelum banjir besar, menurutnya wilayah Desa Pelaga sekitarnya memang sedang diguyur hujan sangat lebat.
Beruntung, kata dia, bencana tidak merenggut korban jiwa mengingat terjadi saat malam hari. Kendati demikian, warga dari empat banjar sempat terisolasi, yakni Banjar Semanik, Banjar Tiyingan, Banjar Auman, dan Banjar Munduk Tiying. Pasalnya akses jalan alternatif yang tembus Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang sempat tertutup longsor. “Kalau kemarin terisolasi warga kami. Tapi sekarang sudah bisa lewat jalan yang tembus Sandakan, karena longsornya sudah dibersihkan,” katanya.
Lanang Umbara berharap pemerintah cepat mengambil langkah penanganan agar aktivitas warga bisa kembali normal.
Untuk di Desa Pelaga, ungkap Lanang Umbara, ada sembilan titik bencana yang tercatat. “Lima titik di Banjar Semanik termasuk yang ini (jembatan putus). Sedangkan di Banjar Tiyingan ada empat titik,” ungkapnya. Termasuk salah satunya kediaman perbekel di Banjar Semanik ikut terkena dampak longsor. “Merajan di rumah kena longsor,” tandasnya. * asa
1
Komentar