Jalan Masuk Pura Segara Amblas, Beberapa Bangunan Ambruk Akibat Gelombang Pasang
Badan jalan yang amblas tergerus gelombang pasang terjadi di jalur menuju Pura Segara Tegallenga, Desa Pakraman Kalisada, sementara bangunan-bangunan yang ambruk berada di komplek los pedagang pinggir pantai Desa Uma Anyar
SINGARAJA, NusaBali
Gelombang pasang menerjang pesisir pantai utara Kecamatan Seririt, Buleleng dalam beberapa hari terakhir. Akibatnya, sejumlah bangunan dan badan di dua desa bertetangga, yakni Desa Kalisada dan Desa Uma Anyar, porakporanda.
Badan jalan yang amblas tergerus gelombang pasang terjadi di jalur menuju Pura Segara Tegallenga, Desa Pakraman Kalisada, Kecamatan Seririt. Sedangkan sejumlah bangunan yang ambruk diterjang gelombang pasang, berada di komplek los pedagnag pinggir pantai Desa Uma Anyar.
Jalan menuju Pura Segara Tegallenga yang amblas akibat diterjang gelombang pasang ini sebetulnya belum genap sebulan di-dihotmik. Pantauan NusaBali, Jumat (23/12), hampir seluruh badan jalan selebar 3 meter amblas sepanjang 6 meter. Badan jalan di tepi pantai yang amblas ini menimbulkan lubang sedalam hampir 1 meter. Kendaraan roda empat praktis tak bisa melintas, sepede motor pun harus ektra hati-hati jika ingin lewat.
Informasi di lapangan, badan jalan yang akhirnya amblas ini diketahui warga setempat mulai keropos, Selasa (20/12) lalu. Menurut keterangan seorang warga setempat, Luh Rusmini, jalan hotmix menuju Pura Segara Tegallenga ini awalnya hanya berlubang kecil. Sehari berikutnya, Rabu (21/12), lubang semakin membesar, hingga akhirnya badan jalan amblas.
“Sore itu (Selasa, Red) sekitar pukul 17.00 Wita, ombak besar menerjang ke darat. Semburan alir laut terlihat seperti air mancur,” kenang Luh Rusmini kepada NusaBali, Jumat kemarin. Ternyata, semburan air tersebut berasal dari lubang yang ada di antara senderan. Kesokan harinya, kata Rusmini, badan jalan mulai amblas membentuk lubang berdiameter sekitar 1,5 meter. Kondisinya semakin parah, hingga lubang menganga mencapai 6 meter x 3 meter, Jumat kemarin.
Terungkap, ambruknya badan jalan menuju Pura Segara Tegallenga, Desa Pakraman Kalisada dipicu berlubangnya senderan di pinggir pantai yang selama ini melindungi jalan. Senderan itu sendiri sudah berusia sekitar 14 tahun.
Gempuran gelombang pasang sedikit demi sedikit mengikis lapisan bawah jalan, sehingga mengalami kerusakan parah. Di tengah situasi cuaca ekstrim seperti sekarang, membuat warga yang tinggal di tepi pantai sekitar Pura Segara Tegallenga semakin cemas. Mereka khawatir badan jalan yang baru sebulan di-hotmix itu akan putus total.
Bahkan, ada 2 kepala keluarga (KK) yang tinggal di sekitar lokasi badan jalan ambles ini sudah mengungsi ke rumah kerabat dan tetangga yang posisinya lebih aman. Mereka sudah mengungsi sejak beberapoa hari lalu, masing-masing keluarga Putu Mertayasa dan keluarga Luh Rusmini. “Saya tidak berani tidur di rumah. Malamnya, kami mengungsi tidur di rumah tetangga. Kami kan tidak punya tempat tinggal lagi,” keluh Rusmini.
Sementara itu, bencana gelombang pasang juga merusak bangunan satu blok kios pedagang di pinggir pantai kawasan Desa Uma Anyar, Kecamatan Seririt. Bangunan semi permanen yang dikelola pihak Desa Uma Anhyar ini ambruk akibat diterjang gelombang pasang, Selasa sore sekitar pukul 17.00 Wita.
Salah seorang pedagang setempat, Ni Nyoman Sami, saat ini masih bertahan jualan di sana dengan buka warung menggunakan bangunan Pos Pecalang. Nyoman Sami mengisahkan, saat gelombang pasang menerjang, Selasa sore, hujan mengguyur deras.
“Awalnya, ombak kecil, terus membesar. Tiba-tiba, ombak menerjang ke darat. Ber-untung, saya selamat. Saya dan suami masih sempat membawa barang dagangan keluar kios, karena sudah ketakutan sebelum gelombang pasang menerjang,” cerita Nyoman Sami, Jumat kemarin.
Menurut Nyoman Sami, selain dirinya, ada 4 pemilik kios lagi yang buru-buru menyelamatkan diri dan mengevakuasi barang dagangannya, sebelum gelombang pasang menerjang. Mereka masing-masing Ketut Oka, Kadek Pelit, Komang Robin, dan Gede Mustiada. “Beruntung, setelah semuanya keluar dari kios, barulah ombak besar seperti tsunami menghantam banngunan hingga hancur berkeping-keping. Kami semua selamat dari maut dan hanya mengalami kerugian material sedikit,” kenang Wayan Sami.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin, Camat Seririt I Nyoman Riang Pustaka mengakui pihaknya sudah sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menanganan lebih lanjut pasca bencana gelombang pasang di Desa Uma Anyar dan Desa Kalisada tersebut.
“Untuk bencana di Pura Segara Tegallenga, kami sudah koordinasikan dengan Dinas PU Buleleng. Sebab, jalan belum genap sebulan diaspal, sehingga sekarang masih masa pemeliharaan. Kalau untuk bencana gelombang pasang di Desa Uma Anyar, kami koordinasi dengan BPBD Buleleng, karena yang mengelola adalah desa adat,” papar Camat Riang Pustaka. * k23
Gelombang pasang menerjang pesisir pantai utara Kecamatan Seririt, Buleleng dalam beberapa hari terakhir. Akibatnya, sejumlah bangunan dan badan di dua desa bertetangga, yakni Desa Kalisada dan Desa Uma Anyar, porakporanda.
Badan jalan yang amblas tergerus gelombang pasang terjadi di jalur menuju Pura Segara Tegallenga, Desa Pakraman Kalisada, Kecamatan Seririt. Sedangkan sejumlah bangunan yang ambruk diterjang gelombang pasang, berada di komplek los pedagnag pinggir pantai Desa Uma Anyar.
Jalan menuju Pura Segara Tegallenga yang amblas akibat diterjang gelombang pasang ini sebetulnya belum genap sebulan di-dihotmik. Pantauan NusaBali, Jumat (23/12), hampir seluruh badan jalan selebar 3 meter amblas sepanjang 6 meter. Badan jalan di tepi pantai yang amblas ini menimbulkan lubang sedalam hampir 1 meter. Kendaraan roda empat praktis tak bisa melintas, sepede motor pun harus ektra hati-hati jika ingin lewat.
Informasi di lapangan, badan jalan yang akhirnya amblas ini diketahui warga setempat mulai keropos, Selasa (20/12) lalu. Menurut keterangan seorang warga setempat, Luh Rusmini, jalan hotmix menuju Pura Segara Tegallenga ini awalnya hanya berlubang kecil. Sehari berikutnya, Rabu (21/12), lubang semakin membesar, hingga akhirnya badan jalan amblas.
“Sore itu (Selasa, Red) sekitar pukul 17.00 Wita, ombak besar menerjang ke darat. Semburan alir laut terlihat seperti air mancur,” kenang Luh Rusmini kepada NusaBali, Jumat kemarin. Ternyata, semburan air tersebut berasal dari lubang yang ada di antara senderan. Kesokan harinya, kata Rusmini, badan jalan mulai amblas membentuk lubang berdiameter sekitar 1,5 meter. Kondisinya semakin parah, hingga lubang menganga mencapai 6 meter x 3 meter, Jumat kemarin.
Terungkap, ambruknya badan jalan menuju Pura Segara Tegallenga, Desa Pakraman Kalisada dipicu berlubangnya senderan di pinggir pantai yang selama ini melindungi jalan. Senderan itu sendiri sudah berusia sekitar 14 tahun.
Gempuran gelombang pasang sedikit demi sedikit mengikis lapisan bawah jalan, sehingga mengalami kerusakan parah. Di tengah situasi cuaca ekstrim seperti sekarang, membuat warga yang tinggal di tepi pantai sekitar Pura Segara Tegallenga semakin cemas. Mereka khawatir badan jalan yang baru sebulan di-hotmix itu akan putus total.
Bahkan, ada 2 kepala keluarga (KK) yang tinggal di sekitar lokasi badan jalan ambles ini sudah mengungsi ke rumah kerabat dan tetangga yang posisinya lebih aman. Mereka sudah mengungsi sejak beberapoa hari lalu, masing-masing keluarga Putu Mertayasa dan keluarga Luh Rusmini. “Saya tidak berani tidur di rumah. Malamnya, kami mengungsi tidur di rumah tetangga. Kami kan tidak punya tempat tinggal lagi,” keluh Rusmini.
Sementara itu, bencana gelombang pasang juga merusak bangunan satu blok kios pedagang di pinggir pantai kawasan Desa Uma Anyar, Kecamatan Seririt. Bangunan semi permanen yang dikelola pihak Desa Uma Anhyar ini ambruk akibat diterjang gelombang pasang, Selasa sore sekitar pukul 17.00 Wita.
Salah seorang pedagang setempat, Ni Nyoman Sami, saat ini masih bertahan jualan di sana dengan buka warung menggunakan bangunan Pos Pecalang. Nyoman Sami mengisahkan, saat gelombang pasang menerjang, Selasa sore, hujan mengguyur deras.
“Awalnya, ombak kecil, terus membesar. Tiba-tiba, ombak menerjang ke darat. Ber-untung, saya selamat. Saya dan suami masih sempat membawa barang dagangan keluar kios, karena sudah ketakutan sebelum gelombang pasang menerjang,” cerita Nyoman Sami, Jumat kemarin.
Menurut Nyoman Sami, selain dirinya, ada 4 pemilik kios lagi yang buru-buru menyelamatkan diri dan mengevakuasi barang dagangannya, sebelum gelombang pasang menerjang. Mereka masing-masing Ketut Oka, Kadek Pelit, Komang Robin, dan Gede Mustiada. “Beruntung, setelah semuanya keluar dari kios, barulah ombak besar seperti tsunami menghantam banngunan hingga hancur berkeping-keping. Kami semua selamat dari maut dan hanya mengalami kerugian material sedikit,” kenang Wayan Sami.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Jumat kemarin, Camat Seririt I Nyoman Riang Pustaka mengakui pihaknya sudah sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menanganan lebih lanjut pasca bencana gelombang pasang di Desa Uma Anyar dan Desa Kalisada tersebut.
“Untuk bencana di Pura Segara Tegallenga, kami sudah koordinasikan dengan Dinas PU Buleleng. Sebab, jalan belum genap sebulan diaspal, sehingga sekarang masih masa pemeliharaan. Kalau untuk bencana gelombang pasang di Desa Uma Anyar, kami koordinasi dengan BPBD Buleleng, karena yang mengelola adalah desa adat,” papar Camat Riang Pustaka. * k23
Komentar