Ke Sukawati Jangan Lupa Cicipi Serombotan Tahu Gunting Mek Dani
GIANYAR, NusaBali.com – Penikmat kuliner tradisional jika berada di sekitar Sukawati Gianyar jangan lewatkan serombotan yang satu ini.
Sejak 2009, serombotan tahu gunting Mek Dani di Jalan Raya Sukawati, sebelah selatan Lapangan Sutasoma, setia melayani pelanggannya. “Saya melayani pengunjung dari pukul 18.30,” ujar Ni Made Sumartini selaku pemilik usaha tersebut, Kamis (24/6/2021).
Serombotan sendiri adalah kuliner khas dari Kabupaten Klungkung berupa olahan sayur-sayuran dengan bumbu kelapa dan disirami kuah khas serombotan. Bahannya dominan menggunakan tumbuh-tumbuhan, seperti sayur kangkung, kacang panjang, kecambah, pare, terong, tahu, beras, cabai dan tomat.
Menu yang tersedia di serombotan tahu gunting Mek Dani yakni serombotan, tahu gunting, tahu Bali, tipat, nasi sela (ubi), dan beberapa gorengan. “Harga dari sajian di warung ini tidak mahal, dengan harga Rp 1.000 pun para pengunjung sudah mendapatkan 1 buah gorengan, dan Rp 5.000 untuk seporsi serombotan dan tahu gunting.
Serombotan sendiri adalah kuliner khas dari Kabupaten Klungkung berupa olahan sayur-sayuran dengan bumbu kelapa dan disirami kuah khas serombotan. Bahannya dominan menggunakan tumbuh-tumbuhan, seperti sayur kangkung, kacang panjang, kecambah, pare, terong, tahu, beras, cabai dan tomat.
Menu yang tersedia di serombotan tahu gunting Mek Dani yakni serombotan, tahu gunting, tahu Bali, tipat, nasi sela (ubi), dan beberapa gorengan. “Harga dari sajian di warung ini tidak mahal, dengan harga Rp 1.000 pun para pengunjung sudah mendapatkan 1 buah gorengan, dan Rp 5.000 untuk seporsi serombotan dan tahu gunting.
Karena menggunakan bahan baku yang dominan berasal dari tumbuh-tumbuhan, sajian yang dijual tentunya aman untuk dikonsumsi sehari-hari. Di samping harganya yang murah, kandungan serat dalam tumbuh-tumbuhan pun sangat bermanfaat untuk tubuh.
“Kami di sini selalu berusaha menjaga kualitas bahan baku, yakni dengan menggunakan bahan baku yang selalu segar dan diolah pada hari itu juga, karena menurut kami kualitas yang utama,” ujar Sumartini.
Selama 12 tahun menekuni usaha kuliner tradisional ini Sumartini menghadapi berbagai tantangan dan salah satunya adalah masa pandemi ini. “Kami sebagai pedagang makanan, tentunya akan merasa senang jika makanan yang dibeli oleh pengunjung habis dan bersih. Sedihnya di saat situasi sepi pada saat pandemi saat ini, kami mengalami penurunan omzet sekitar 20 persen,” ungkap Sumartini.
Sumartini pun mengungkapkan tidak ada menu favorit di sajian miliknya, semua menu laku secara merata dan dirinya pun tidak terlalu berfokus pada hal tersebut. “Biasanya selalu habis, karena masyarakat sekitar sudah berlangganan dan datang ke sini, bahkan ada yang datang dan menunggu sebelum jam buka, senang rasanya jika sudah memiliki pelanggan tetap,” ungkap Sumartini.
Sumartini pun berharap agar pandemi segera berangsur-angsur hilang dan masyarakat dapat beraktivitas secara normal kembali layaknya sebelum pandemi melanda. “Secara pribadi saya berharap agar dapat terus berjualan, karena dengan berjualan saya dapat menggerakan roda perekonomian keluarga, lalu harapan saya lagi agar pandemi segera berakhir dan masyarakat Bali pada khususnya dapat melakukan aktivitas sosial budaya dengan normal kembali, dan dagangan saya ramai dikunjungi pembeli,” tutupnya. *rma
1
Komentar