Porakporandakan Warung dan Rumah Warga
Abrasi di Pantai Pebuahan Tak Terkendali
Sejumlah warga yang kehilangan tempat tinggal karena abrasi, kini sementara mengungsi ke rumah kerabat terdekat.
NEGARA, NusaBali
Kondisi abrasi di pantai Pebuahan, Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, semakin parah. Gelombang tinggi yang sempat mengganas dalam beberapa hari terakhir, kembali memporakporandakan sejumlah bangunan warung dan rumah warga di pesisir setempat.
Informasi yang dihimpun NusaBali, Kamis (24/6), amukan gelombang yang memperparah abrasi di pantai Pebuahan ini, terjadi sejak Selasa (22/6) lalu. Dalam selang tiga hari sejak Selasa hingga Kamis kemarin, paling tidak ada 2 bangunan rumah warga dan 2 bangunan warung yang roboh terkikis abrasi.
2 rumah warga yang roboh tersebut yakni milik keluarga Muhammad Nasir,56, dan rumah keluarga Mujayani,65. Sementara 2 bangunan warung yang roboh, masing-masing adalah sebuah bangunan warung lesehan ikan bakar milik Samani, 47, dan sebuah warung kelontong milik Slamet Riyadi, 35.
Salah seorang warga setempat, Haidori,47, mengatakan, sejumlah warga yang kehilangan tempat tinggal karena abrasi, kini sementara mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sebelum rumah atau pun bangunan warung itu benar-benar roboh, sejumlah warga telah berusaha mengevakuasi beberapa barang di rumah mereka. “Sekarang yang masih bertahan juga was-was. Kemungkinan dalam tiga hari ke depan masih akan terjadi gelombang tinggi,” ucapnya.
Haidori mengatakan, dalam upaya mengantisipasi abrasi yang sudah terjadi bertahun-tahun di Pebuahan ini, warga sudah melakukan berbagai cara. Mulai dari membuat tanggul dengan buis beton, batu bronjong, hingga memasang ban yang diisi tumpukan pasir dan batu. Namun upaya antisipasi yang dilakukan swadaya itu, tidak membuahkan hasil yang maksimal. “Penahan yang kita buat semua hancur. Termasuk ban yang kita coba pasan beberapa waktu lalu, sekarang sudah hancur. Sudah dari dulu pemerintah menjanjikan dibangun senderan, tetapi belum tahu kapan akan dibangun,” ujarnya.
Karena ada laporan warga, gelombang tinggi yang kembali mengamuk di Pantai Pebuahan itu, sempat dicek petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana dan jajaran petugas Polsek Negara, Kamis pagi kemarin. Dari hasil pengecekan tersebut, dipastikan tidak ada korban luka maupun jiwa dalam musibah tersebut. “Cuman bangunan ada yang kembali roboh. Sebenarnya itu juga bangunan sudah dari dulu kena dan sebagian besar sudah dikosongkan. Yang punya sudah tidak berani di sana,” ujar Plt Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jembrana I Putu Agus Artana Putra, Kamis (24/6).
Berkenan kondisi abrasi yang semakin parah di pantai Pebuahan itu, sambung Agus, juga sudah dilaporkan kepada Bupati. Persoalan abrasi tersebut, memang sudah lama. Penanganan abrasi di Pebuahan itu juga sudah beberapakali diusulkan ke Pemerintah Pusat, namun belum ada tindaklanjut. “Kalau anggaran daerah memang tidak kuat menangani. Tetapi untuk perkembangan situasi tetap dilaporkan. Termasuk dalam beberapa hari ke depan, juga akan kita pantau karena diperkirakan masih akan terjadi gelombang tinggi,” ucapnya. *ode
Informasi yang dihimpun NusaBali, Kamis (24/6), amukan gelombang yang memperparah abrasi di pantai Pebuahan ini, terjadi sejak Selasa (22/6) lalu. Dalam selang tiga hari sejak Selasa hingga Kamis kemarin, paling tidak ada 2 bangunan rumah warga dan 2 bangunan warung yang roboh terkikis abrasi.
2 rumah warga yang roboh tersebut yakni milik keluarga Muhammad Nasir,56, dan rumah keluarga Mujayani,65. Sementara 2 bangunan warung yang roboh, masing-masing adalah sebuah bangunan warung lesehan ikan bakar milik Samani, 47, dan sebuah warung kelontong milik Slamet Riyadi, 35.
Salah seorang warga setempat, Haidori,47, mengatakan, sejumlah warga yang kehilangan tempat tinggal karena abrasi, kini sementara mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sebelum rumah atau pun bangunan warung itu benar-benar roboh, sejumlah warga telah berusaha mengevakuasi beberapa barang di rumah mereka. “Sekarang yang masih bertahan juga was-was. Kemungkinan dalam tiga hari ke depan masih akan terjadi gelombang tinggi,” ucapnya.
Haidori mengatakan, dalam upaya mengantisipasi abrasi yang sudah terjadi bertahun-tahun di Pebuahan ini, warga sudah melakukan berbagai cara. Mulai dari membuat tanggul dengan buis beton, batu bronjong, hingga memasang ban yang diisi tumpukan pasir dan batu. Namun upaya antisipasi yang dilakukan swadaya itu, tidak membuahkan hasil yang maksimal. “Penahan yang kita buat semua hancur. Termasuk ban yang kita coba pasan beberapa waktu lalu, sekarang sudah hancur. Sudah dari dulu pemerintah menjanjikan dibangun senderan, tetapi belum tahu kapan akan dibangun,” ujarnya.
Karena ada laporan warga, gelombang tinggi yang kembali mengamuk di Pantai Pebuahan itu, sempat dicek petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana dan jajaran petugas Polsek Negara, Kamis pagi kemarin. Dari hasil pengecekan tersebut, dipastikan tidak ada korban luka maupun jiwa dalam musibah tersebut. “Cuman bangunan ada yang kembali roboh. Sebenarnya itu juga bangunan sudah dari dulu kena dan sebagian besar sudah dikosongkan. Yang punya sudah tidak berani di sana,” ujar Plt Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jembrana I Putu Agus Artana Putra, Kamis (24/6).
Berkenan kondisi abrasi yang semakin parah di pantai Pebuahan itu, sambung Agus, juga sudah dilaporkan kepada Bupati. Persoalan abrasi tersebut, memang sudah lama. Penanganan abrasi di Pebuahan itu juga sudah beberapakali diusulkan ke Pemerintah Pusat, namun belum ada tindaklanjut. “Kalau anggaran daerah memang tidak kuat menangani. Tetapi untuk perkembangan situasi tetap dilaporkan. Termasuk dalam beberapa hari ke depan, juga akan kita pantau karena diperkirakan masih akan terjadi gelombang tinggi,” ucapnya. *ode
1
Komentar