Bank BPD Bali Target 25 Ribu Merchant di 2021
Transformasi Digital Pasar Tradisional Bersama BI di Pasar Badung
DENPASAR, NusaBali
PT Bank Pembangunan Daerah (Bank BPD) Bali menargetkan 25 ribu merchant yang menerapkan transaksi digital di 2021.
Target tersebut merupakan upaya peningkatan penetrasi transaksi non tunai ke depan. Sampai saat ini merchant pengguna transaksi non tunai dengan QRIS dari Bank BPD Bali sebanyak 19 ribu.
“Pemerintah mengharapkan, sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, agar transaksi ke depan secara non tunai. Demikian juga dengan blue print Bank Indonesia,” kata Direktur Utama (Dirut) PT Bank BPD Bali I Nyoman Sudharma di acara transformasi digital bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, di Pasar Badung, Denpasar, Selasa (29/6).
Bank BPD Bali, lanjut Sudharma, sangat mendukung program digitalisasi transaksi tersebut. Apalagi hal itu searah dengan kebijakan Pemprov Bali, sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Bali No 3355/2020, tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru. Di dalamnya termaktub juga perihal transaksi non tunai.
Untuk peningkatan transaksi non tunai melalui QRIS, Bank BPD Bali melakukan sosialisasi dan edukasi secara bertahap.
Pertama kepada yang sudah berumur perlu edukasi yang lebih bagus dan intensif, untuk menghindari risiko. Misalnya pembeli menyatakan masuk (terjadi transaksi), namun ternyata belum. “Ini perlu diedukasi,” ujar Sudharma. Dengan demikian transaksi dengan QRIS tidak menjadi problem bagi masyarakat ke depan.
Bank BPD Bali juga sudah mengajukan izin penggunaan uang elektronik e-money, yakni ‘Bali Pay’ guna mendukung transaksi non tunai. ‘Bali Pay’ ini bisa digunakan di tempat-tempat umum, pembayaran pajak, termasuk sanggar-sanggar kesenian sampai transaksi untuk donasi dan yang lainnya. “Donasi non tunai dalam bentuk QRIS sangat fleksibel,” imbuh Sudharma.
Namun demikian dukungan infrastruktur, kekuatan internet harus menjadi perhatian. Karena transaksi QRIS ini berbasis internet. Jumlah merchant QRIS Bank BPD Bali sudah mencapai 19 ribu. Transaksinya meningkat signifikan. Tahun 2021 ini kita harapkan minimal mencapai 25 ribu merchant. Sosialisasi dan edukasi transformasi di pasar–pasar tradisional khususnya akan dilakukan secara bertahap.
Edukasi transformasi digital, Selasa kemarin, diperuntukkan kepada para pedagang di Pasar Badung, Pasar Kreneng, dan Pasar Sanglah. Selain di Pasar Badung, transformasi digitalisasi juga dilaksanakan di daerah lain di Bali. “Hari ini (kemarin) kami ada di Karangasem, Tabanan. Digitalisasi untuk di pasar tradisional,” ujar Sudharma.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali Trisno Nugroho mendorong transformasi transaksi digital pasar tradisional. Dia menilai Denpasar merupakan yang paling siap untuk transformasi transaksi digital di pasar tradisional. “Tadi di depan saya lihat smart heritage, smart market. Smart itu digital salah satunya,” ujar Trisno. Dari 50 pasar yang ada, minimal 16 diharapkan menerapkan transaksi digital. “Ini harus didorong terus untuk menjadi pasar yang smart,” imbuhnya.
Dia pun mendukung Dirut Perumda Pasar Sewaka Dharma Denpasar Ida Bagus Kompyang Wiranata, agar menyampaikan QRIS itu kepada pedagang sebagai paket memudahkan orang berbelanja. “Jangan ditawari, tetapi sampaikan ini sebagai paket,” sarannya.
QRIS, kata Trisno Nugroho, merupakan sistem pembayaran yang ‘cemumuah’ (cepat, mudah, murah, aman, dan handal ). Dia mengajak transformasi digital bukan sebatas kegiatan, namun merupakan gerakan berkelanjutan.
Sosialisasi dan Edukasi Tranformasi Digital Pasar Tradisional dihadiri Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wawali I Kadek Agus Arya Wibawa, anggota Komisi IX DPR RI I Gusti Agung Rai Wirajaya.
Pada kesempatan tersebut dilakukan transaksi menggunakan QRIS oleh Walikota IGN Jaya Negara dengan beberapa pedagang. *k17
Komentar