Denpasar dan Singaraja Deflasi, Canangsari Jadi Penyumbang Inflasi
DENPASAR, NusaBali.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis data tingkat inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2021 di Kota Denpasar dan Singaraja.
Hasilnya, di kedua kota tersebut secara umum mengalami deflasi, di mana Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar -0,36 persen, sementara Kota Singaraja sebesar -0,52 persen.
“Berdasarkan hasil pemantauan harga barang dan jasa sepanjang bulan Juni 2021 baik di Kota Denpasar dan Kota Singaraja tercatat terjadi deflasi,” terang Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Hanif Yahya pada saat rilis data secara daring, Kamis (1/7/2021).
Jika melihat tingkat perkembangan untuk tahun kalender (y-t-d) untuk Kota Singaraja tercatat inflasi sebesar 0,80 persen, sedangkan untuk kota Denpasar sebesar 0,54 persen. Sementara untuk inflasi tahunan (y-o-y), Kota Denpasar tercatat 0,36 persen dan Kota Singaraja tercatat 2,01 persen.
“Kelompok penyumbang deflasi terbesar di Kota Denpasar adalah kelompok makanan sebesar 0,56 persen diikuti oleh kelompok pakaian yang tercatat deflasi sebesar -0,02 persen. Sedangkan untuk Kota Singaraja kelompok penyumbang deflasi terbesar tercatat juga sama yaitu pada kelompok makanan sebesar -0,84 persen, diikuti oleh kelompok informasi tercatat sebesar -0,003 persen,” ujar Hanif Yahya.
Sementara menurut komponen penyebab inflasi, terang Hanif, komponen inti baik di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing tercatat inflasi sebesar 0,22 persen, dan 0,56 persen. Sedangkan untuk komponen harga yang diatur pemerintah, Kota Denpasar tercatat sebesar 0,32 persen dan Kota Singaraja tercatat sebesar 0,02 persen. Sedangkan untuk komponen harga bergejolak baik Kota Denpasar maupun Kota Singaraja, terjadi deflasi masing-masing sebesar -3,72 persen dan -3,91 persen.
Berikutnya 10 komoditas utama yang menyumbang deflasi bulan Juni 2021 untuk Kota Denpasar adalah tercatat berturut-turut yang pertama adalah daging ayam ras sebesar -0,163 persen, diikuti cabai rawit -0,088 persen, kemudian berturut-turut cabai merah, bawang merah, mangga, semangka, pisang, baju kaos berkerah pria, jeruk, dan tomat.
Sementara untuk kota Singaraja, 10 komoditas utama yang menyumbang deflasi berturut-turut adalah komoditas cabai rawit -0,311 persen, diikuti komoditas cabai merah -0,182 persen, dan berturut-turut berikutnya adalah komoditas daging ayam ras, bawang merah, nangka muda, kangkung, apel, ikan tongkol, ikan tongkol diawetkan, dan kol putih.
Lebih lanjut Hanif menjelaskan, untuk 10 komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi selama bulan Juni di Kota Denpasar berturut-turut adalah komoditas canangsari sebesar 0,110 persen, diikuti komoditas tarif angkutan udara sebesar 0,055 persen, dan berturut-turut berikutnya komoditas minyak goreng, emas perhiasan, kacang panjang, kursi, tempe, sampo, sawi putih, dan terakhir popok bayi sekali pakai.
Sementara 10 komoditas utama penyumbang inflasi di Kota Singaraja berturut-turut yang pertama adalah, sama seperti Kota Denpasar, yakni komoditas canang sari sebesar 0,231 persen, diikuti komoditas tauge/kecambah sebesar 0,058 persen dan berturut-turut diikuti oleh komoditas emas perhiasan, batako, ikan tuna, minyak goreng, buncis, tahu merah, kacang panjang, dan bayam.
Hanif pun menambahkan jika dibandingkan dengan kota-kota besar amatan lainnya di Indonesia, tercatat ada 56 kota yang mengalami deflasi dan 34 kota yang mengalami inflasi. Kota Denpasar, terangnya, teratat dalam urutan ke 11 pada kota-kota yang mengalami deflasi tersebut. Sedangkan Kota Singaraja jatuh pada urutan ke 5 kota-kota yang mengalami deflasi selama Bulan Juni 2021. *adi
1
Komentar