Kuliner Malam Babak Belur Digoyang PPKM Darurat
GIANYAR, NusaBali.com – PPKM Darurat tak bisa ditawar-tawar lagu untuk menurunkan angka penyebaran Covid-19 yang menggila di tanah air belakangan ini.
Sektor usaha kuliner yang biasaberharap pada pelanggan di malam hari pun harus rela mengalami penurunan omzet hingga 80 persen. Seperti dialami oleh Warkop Kita yang berlokasi di Jalan Raya Mas Ubud, Utara Nirmala Supermarket, Gianyar. Jika biasanya buka dari pukul 18.00 hingga 24.00 Wita, harus mengubah menjadi 15.00 hingga 20.00. Padahal pelanggannya selama ini adalah mereka yang datang di malam hari.
“Pelanggan kami selama ini dominan berkunjung pada jam-jam malam, dan kini kami harus tutup jauh lebih awal, otomatis secara omzet mengalami penurunan hingga 80 persen,” kata Kadek Yooka Desidamayu (20), salah satu pemilik Warkop Kita.
Agar tidak terlalu pendek jam operasionalnya, jam buka pun dimajukan ke pukul 15.00 Wita. Hal ini terpaksa dilakukan kendati diakui jam buka angkringannya kurang pas karena matahari masih sedang panas-panasnya.
Namun milenial yang sudah berwirausaha ini menghargai kebijakan yang telah diberlakukan oleh pemerintah, karena PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat dinilai demi kesehatan masyarakat. “Sebagai pelaku usaha harus cerdas menyikapi kebijakan seperti itu,” ujar Kadek Yooka Desidamayu yang biasa dipanggil Dek Po ini.
Lebih lanjut Dek Po pun mengungkapkan bahwa usahanya sudah berusaha dengan maksimal mengikuti segala aturan di masa pandemi seperti mengikuti arahan yang tertera di dalam PPKM Darurat dan penerapan prokes di masa pandemi seperti saat ini.
“Kami selalu menyediakan hand sanitizer dan melakukan penyemprotan disinfektan rutin seminggu sekali untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” ujar De Po soal angkringan yang bisa menampung 50 orang ini.
Dek Po pun berharap agar situasi kembali membaik dan dirinya dapat memaksimalkan jam operasional agar omzet penjualan dari Warkop Kita dapat kembali pulih. “Sebagai pelaku usaha sebenarnya sedih mengalami penurunan omzet seperti ini, tapi karena masa pandemi dan dalam visi kesehatan bersama ya kami ikhlaskan, semoga saja nanti setelah PPKM Darurat selesai dapat membuka usaha sesuai jam operasional yang dulu, karena pelanggan banyak yang datang pada malam hari, harapan lainnya juga agar pelaku usaha lainnya tetap semangat dalam situasi seperti ini, karena kesehatan tetap hal yang utama dan hal yang harus diprioritaskan,” tutupnya.
Warkop kita adalah sebuah angkringan yang menargetkan para anak muda sebagai sasaran pasarnya, dengan harga makanan yang relatif murah yakni dari Rp 3.000 – Rp 20.000 saja sudah dapat mendapatkan salah satu hidangan dari Warkop Kita. Warkop Kita tidak hanya menjadi tempat nongkrong saja, namun juga sering mengadakan kegiatan sosialisasi tentang isu lingkungan, acara musik, pameran seni, dan kegiatan trifting (belanja pakaian bekas) yang sedang digandrungi anak muda. *rma
“Pelanggan kami selama ini dominan berkunjung pada jam-jam malam, dan kini kami harus tutup jauh lebih awal, otomatis secara omzet mengalami penurunan hingga 80 persen,” kata Kadek Yooka Desidamayu (20), salah satu pemilik Warkop Kita.
Agar tidak terlalu pendek jam operasionalnya, jam buka pun dimajukan ke pukul 15.00 Wita. Hal ini terpaksa dilakukan kendati diakui jam buka angkringannya kurang pas karena matahari masih sedang panas-panasnya.
Namun milenial yang sudah berwirausaha ini menghargai kebijakan yang telah diberlakukan oleh pemerintah, karena PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat dinilai demi kesehatan masyarakat. “Sebagai pelaku usaha harus cerdas menyikapi kebijakan seperti itu,” ujar Kadek Yooka Desidamayu yang biasa dipanggil Dek Po ini.
Lebih lanjut Dek Po pun mengungkapkan bahwa usahanya sudah berusaha dengan maksimal mengikuti segala aturan di masa pandemi seperti mengikuti arahan yang tertera di dalam PPKM Darurat dan penerapan prokes di masa pandemi seperti saat ini.
“Kami selalu menyediakan hand sanitizer dan melakukan penyemprotan disinfektan rutin seminggu sekali untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” ujar De Po soal angkringan yang bisa menampung 50 orang ini.
Dek Po pun berharap agar situasi kembali membaik dan dirinya dapat memaksimalkan jam operasional agar omzet penjualan dari Warkop Kita dapat kembali pulih. “Sebagai pelaku usaha sebenarnya sedih mengalami penurunan omzet seperti ini, tapi karena masa pandemi dan dalam visi kesehatan bersama ya kami ikhlaskan, semoga saja nanti setelah PPKM Darurat selesai dapat membuka usaha sesuai jam operasional yang dulu, karena pelanggan banyak yang datang pada malam hari, harapan lainnya juga agar pelaku usaha lainnya tetap semangat dalam situasi seperti ini, karena kesehatan tetap hal yang utama dan hal yang harus diprioritaskan,” tutupnya.
Warkop kita adalah sebuah angkringan yang menargetkan para anak muda sebagai sasaran pasarnya, dengan harga makanan yang relatif murah yakni dari Rp 3.000 – Rp 20.000 saja sudah dapat mendapatkan salah satu hidangan dari Warkop Kita. Warkop Kita tidak hanya menjadi tempat nongkrong saja, namun juga sering mengadakan kegiatan sosialisasi tentang isu lingkungan, acara musik, pameran seni, dan kegiatan trifting (belanja pakaian bekas) yang sedang digandrungi anak muda. *rma
Komentar