Pencarian Dihentikan, 17 Korban Masih Hilang
Pasca Tenggelam KMP Yunicee, Bupati Tamba Siapkan Pakelem
Musibah yang menyebabkan sejumlah korban jiwa ini adalah peringatan dan membuat leteh.
NEGARA, NusaBali
Operasi SAR gabungan terkait musibah tenggelamnya KMP Yunicee di perairan Selat Bali, Selasa (29/6) malam, resmi dihentikan setelah operasi hari ketujuh, Senin (5/7) sore. Selama 7 hari pencarian, dari 77 korban dalam musibah tersebut, ada 51 korban yang ditemukan selamat, 9 korban ditemukan meninggal dunia, dan 17 korban masih dinyatakan hilang.
Penghentian operasi SAR gabungan tersebut, disampaikan Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada, dalam konferensi pers di ruang ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Senin (5/7) sore. Dalam konferensi pers itu, hadir Bupati Jembrana I Nengah Tamba, dan Wakapolres Jembrana Kompol Marzel Doni Siahaan. Hadir juga para keluarga korban yang mengikuti acara secara virtual.
Darmada mengatakan, sesuai amanat UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Basarnas diberi kewenangan untuk menghentikan operasi SAR gabungan. Dia mengatakan, meski operasi secara terintegrasi dihentikan, pihak Basarnas siap melanjutkan pencarian ketika ada informasi tanda-tanda penemuan korban. Begitu juga terkait ditutupnya Posko SAR gabungan di Pelabuhan Gilimanuk, dari Basarnas memastikan tetap menyiagakan petugas di Gilimanuk ketika ada laporan ataupun informasi korban. “Secara integrasi penekanan kami memang dihentikan. Namun secara mandiri-mandiri, kami tetap melakukan pencarian. Kami selalu berkoordinasi dengan Polsek Gilimanuk, tim SAR dan pihak terkait lainnya yang selalu siaga. Dari personel SAR kita juga tetap akan siaga di Gilimanuk. Kami tetap siaga 24 jam,” ucapnya.
Darmada mengatakan, sesuai data yang dihimpun selama dibukanya Posko SAR Gabungan di Gilimanuk, jumlah orang yang berada atau person on board (POB) KMP Yunicee saat musibah tenggelamnya kapal tersebut, ada sebanyak 77 orang. Dari total itu, orang yang selamat 51 orang, meninggal dunia 9 orang, dan yang belum ditemukan 17 orang. Dari 17 orang yang belum ditemukan itu, terdiri dari 11 orang penumpang yang masuk dalam manifes, 4 orang penumpang non manifes, dan 2 orang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) yang keduanya bertugas sebagai penjaga kantin kapal. “Itu data yang kami berita acarakan. Tetapi kalau ada yang sudah ditemukan ataupun kemungkinan ada tambahan korban lain, kita tetap menerima laporan,” ucapnya.
Terkait dengan santunan terhadap pihak korban, sambung Darmada, dari pihak PT Jasa Raharja (Persero) dipastikan telah memproses pemberian santunan terhadap para korban yang meninggal dunia. Kemudian untuk kerugian materi, sedang dilakukan verifikasi oleh pihak PT Jasa Raharja Putra. “Semua yang ada di dalam kapal mendapat santunan. Demikian juga untuk kerugian material, seperti kehilangan barang-barang, angkutan, akan diberikan ganti rugi sesuai nilai taksir barang,” ujarnya.
Mengenai pengangkatan bangkai KMP Yunicee yang diperkirakan tenggelam pada kedalaman 72-76 meter di dasar perairan Selat Bali, kata Darmada, masih membutuhkan pembahasan dan penyelidikan lebih lanjut. Ketika posisi bangkai kapal tersebut mengganggu penyeberangan, bangkai kapal wajib diangkat dan menjadi tanggung jawab perusahaan pemilik kapal. “Dari kami juga sudah diminta keterangan sebagai saksi dari pihak KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Kelanjutan kasus ini masih ditindaklanjuti KNKT, dan juga penyelidikan dari pihak Kepolisian yang ditangani langsung Mabes Polri,” ucap Darmada.
Bupati Tamba mengatakan, dengan adanya musibah yang kerap terjadi di lintasan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, diharapkan menjadi evaluasi pihak ASDP maupun pihak terkait. Dirinya berharap kecelakaan KMP Yunicee ini, adalah kejadian terakhir. Kepada pihak-pihak terkait diharapkan memberi pelayanan yang terbaik kepada para keluarga korban. Jangan justru membuat pihak keluarga yang kehilangan keluarga ataupun yang selamat semakin terbebani dalam musibah ini. “Itu saya minta. Berikan informasi yang jelas. Jangan sampai mereka dipingpong,” ucapnya.
Bupati Tamba mengatakan akan melakukan langkah-langkah spiritual dalam musibah ini, dengan melakukan ritual Mulang Pakelem di perairan Selat Bali. Sesuai dengan kepercayaan umat Hindu, adanya musibah yang menyebabkan sejumlah korban jiwa ini adalah peringatan dan membuat leteh (kekotoran secara niskala) sehingga perlu dilakukan pacaruan. “Nanti setelah PPKM kami rencanakan pacaruan. Nanti kami bahas setelah PPKM darurat, akan kita bahas di pemda, dan kita harapkan dari ASDP ataupun perusahan kapal juga berpartisipasi. Kami akan mencari hari baik untuk penyucian segara (laut) dengan tujuan menghindari hal-hal buruk,” ujarnya. *ode
Penghentian operasi SAR gabungan tersebut, disampaikan Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada, dalam konferensi pers di ruang ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Senin (5/7) sore. Dalam konferensi pers itu, hadir Bupati Jembrana I Nengah Tamba, dan Wakapolres Jembrana Kompol Marzel Doni Siahaan. Hadir juga para keluarga korban yang mengikuti acara secara virtual.
Darmada mengatakan, sesuai amanat UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Basarnas diberi kewenangan untuk menghentikan operasi SAR gabungan. Dia mengatakan, meski operasi secara terintegrasi dihentikan, pihak Basarnas siap melanjutkan pencarian ketika ada informasi tanda-tanda penemuan korban. Begitu juga terkait ditutupnya Posko SAR gabungan di Pelabuhan Gilimanuk, dari Basarnas memastikan tetap menyiagakan petugas di Gilimanuk ketika ada laporan ataupun informasi korban. “Secara integrasi penekanan kami memang dihentikan. Namun secara mandiri-mandiri, kami tetap melakukan pencarian. Kami selalu berkoordinasi dengan Polsek Gilimanuk, tim SAR dan pihak terkait lainnya yang selalu siaga. Dari personel SAR kita juga tetap akan siaga di Gilimanuk. Kami tetap siaga 24 jam,” ucapnya.
Darmada mengatakan, sesuai data yang dihimpun selama dibukanya Posko SAR Gabungan di Gilimanuk, jumlah orang yang berada atau person on board (POB) KMP Yunicee saat musibah tenggelamnya kapal tersebut, ada sebanyak 77 orang. Dari total itu, orang yang selamat 51 orang, meninggal dunia 9 orang, dan yang belum ditemukan 17 orang. Dari 17 orang yang belum ditemukan itu, terdiri dari 11 orang penumpang yang masuk dalam manifes, 4 orang penumpang non manifes, dan 2 orang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) yang keduanya bertugas sebagai penjaga kantin kapal. “Itu data yang kami berita acarakan. Tetapi kalau ada yang sudah ditemukan ataupun kemungkinan ada tambahan korban lain, kita tetap menerima laporan,” ucapnya.
Terkait dengan santunan terhadap pihak korban, sambung Darmada, dari pihak PT Jasa Raharja (Persero) dipastikan telah memproses pemberian santunan terhadap para korban yang meninggal dunia. Kemudian untuk kerugian materi, sedang dilakukan verifikasi oleh pihak PT Jasa Raharja Putra. “Semua yang ada di dalam kapal mendapat santunan. Demikian juga untuk kerugian material, seperti kehilangan barang-barang, angkutan, akan diberikan ganti rugi sesuai nilai taksir barang,” ujarnya.
Mengenai pengangkatan bangkai KMP Yunicee yang diperkirakan tenggelam pada kedalaman 72-76 meter di dasar perairan Selat Bali, kata Darmada, masih membutuhkan pembahasan dan penyelidikan lebih lanjut. Ketika posisi bangkai kapal tersebut mengganggu penyeberangan, bangkai kapal wajib diangkat dan menjadi tanggung jawab perusahaan pemilik kapal. “Dari kami juga sudah diminta keterangan sebagai saksi dari pihak KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Kelanjutan kasus ini masih ditindaklanjuti KNKT, dan juga penyelidikan dari pihak Kepolisian yang ditangani langsung Mabes Polri,” ucap Darmada.
Bupati Tamba mengatakan, dengan adanya musibah yang kerap terjadi di lintasan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, diharapkan menjadi evaluasi pihak ASDP maupun pihak terkait. Dirinya berharap kecelakaan KMP Yunicee ini, adalah kejadian terakhir. Kepada pihak-pihak terkait diharapkan memberi pelayanan yang terbaik kepada para keluarga korban. Jangan justru membuat pihak keluarga yang kehilangan keluarga ataupun yang selamat semakin terbebani dalam musibah ini. “Itu saya minta. Berikan informasi yang jelas. Jangan sampai mereka dipingpong,” ucapnya.
Bupati Tamba mengatakan akan melakukan langkah-langkah spiritual dalam musibah ini, dengan melakukan ritual Mulang Pakelem di perairan Selat Bali. Sesuai dengan kepercayaan umat Hindu, adanya musibah yang menyebabkan sejumlah korban jiwa ini adalah peringatan dan membuat leteh (kekotoran secara niskala) sehingga perlu dilakukan pacaruan. “Nanti setelah PPKM kami rencanakan pacaruan. Nanti kami bahas setelah PPKM darurat, akan kita bahas di pemda, dan kita harapkan dari ASDP ataupun perusahan kapal juga berpartisipasi. Kami akan mencari hari baik untuk penyucian segara (laut) dengan tujuan menghindari hal-hal buruk,” ujarnya. *ode
Komentar