PROYEKSI 2017 : Bidang Politik
Ujian Golkar Pasca Nyaris Pilkada Calon Tunggal di Buleleng
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak episode II nyaris mencatatkan sejarah kelam di Bali, ketika Pilkada Buleleng 2017 sempat dibayangi lahirnya calon tunggal. Beruntung, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya kabulkan gugatan Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya (Paket Surya), hingga pasangan calon jalur Independen ini akhirnya lolos ke Pilkada Buleleng 2017. Maka, terselamatkan pula muka Golkar dan Demokrat, dua parpol besar yang gagal membentuk paket calon, tapi kemudian ‘mengekor’ ke Paket Surya.
Paket Surya dinyatakan lolos ke Pilkada Buleleng 2017 melalui sidang putusan PTUN di Surabaya, 6 Desember 2016. Dalam Pilkada Buleleng, 15 Februari 2017 nanti, Paket Surya tarung head to head melawam Putu Agus Suradnyana-dr Nyoman Sutjidra (Paket PASS), pasangan incumbent yang diusung PDIP bersama Hanura-Gerindra-NasDem-PPP-PAN-PKB. Paket Surya sendiri mendapat sokongan dari Golkar-Demokrat-PKS.
Perjalanan Paket Surya untuk tembus Pilkada Buleleng 2017 cukup panjang dan berliku. Awalnya, Paket Surya setor lebih dari 45.000 KTP dukungan ke KPU Buleleng untuk diferifikasi factual, sebagai syarat nyalon melalui jalur Independen. Namun, berdasarkan verifikasi fakctual tahap pertama, September 2016, hanya 18.685 dukungan Paket Surya yang dinyatakan valid. Padahal, syarat minimal yang disyaratkan KPU Buleleng bagi calon perseorangan untuk tarung ke Pilkada 2017 mencapai 40.283 KTP.
Paket Surya pun kembali gelontor tambahan KTP dukungan untuk verifikasi factual tahap kedua. Kali ini, Golkar dan Demokrat yang sebelumnya gagal membentuk paket calon, ikut sokong Paket Surya dalam pengumpulan KTP dukungan. Berkat gerakan Golkar-Demokrat yang kerahkan kadernya galang dukungan, Paket Surya akhirnya berhasil gelontor tambahan lebih dari 40.000 KTP. Sekitar 25.000 KTP dukungan di antaranya digalang kader Demokrat, sementara 15.000 KTP lagi disumbangkan Golkar. Walhasil, Paket Surya mendapat tambahan dukungan valid 21.363 KTP dari verifikasi factual tahap kedua, 12-17 Oktober 2016. Total dukungan valid Paket Surya dari verifikasi factual tahap pertama dan kedua tembus 40.048 KTP.
Sayangnya, ini belum cukup bagi Paket Surya untuk lolos ke Pilkada Buleleng 2017, karena mereka masih kekurangan dukungan valid 235 KTP dari syarat minimal 40.283 KTP yang disyaratkan KPU Buleleng. Paket Surya pun dinyatakan gagal lolos ke Pilkada berdasarkan pleno KPU Buleleng, 21 Oktober 2016.
Merasa ada intervensi dan intimidasi, sehingga banyak pendukungnya tidak terverifikasi, Paket Surya kemudian ajukan gugatan ke Panwas Pemilihan Kabupaten Buleleng. Mereka tuntut dilakukan verifikasi factual ulang di 14 desa. Namun, Panwas hanya mengabulkan dilakukan verifikasi factual ulang di 5 desa. Nah, dari verifikasi factual ulang di 5 desa itu, Paket Surya hanya mampu dapat tambahan dukungan valid 188 KTP. Artinya, Paket Surya tetap terpental dari pencalonan ke Pilkada Buleleng 2017, karena kekurangan 47 dukungan valid.
Paket Surya pun ajukan gugatan ke PTUN Surabaya. Beruntung, gugatannya dikabulkan melalui sidang putusan di PTUN Surabaya, 6 Desember 2016. Pilkada Buleleng 2017 pun terhindar dari ancaman calon tunggal, karena Paket PASS akhirnya dapat lawan. Andaikan Paket Surya sampai terpental, praktis akan tercatat sejarah kelam, karena untuk kali pertama terjadi tarung calon tunggal di Bali sejak Pilkada serentak episode I 2015. Lolosnya Paket Surya ini sedikit banyak ikut menyelamatkan muka Golkar dan Demokrat. Kenapa?
Sebelum putuskan mengekor ke Paket Surya, Golkar-Demokrat memang gagal melahirkan calon di Buleleng. Sejak awal berkoar tidak kekurangan kader untuk diusung, faktanya hingga batas akhir pendaftaran calon ke KPU Buleleng, 23 September 2016, Golkar-Demokrat tidak mendaftarkan jagonya. Semula, sempat ada wacana kedua partai ini akan usung Ketut Rochineng-Gede Ariadi sebagai pasangan Calon Bupati (Cabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng. Tapi, Rochineng yang notabene tokoh birokrasi, pilih tidak maju ke Pilkada Buleleng 2017. Sedangkan Gede Ariadi yang merupakan kader Golkar, tidak menunjukkan keseriusan.
Gagalnya Golkar-Demokrat ajukan pasangan calon di Pilkada Buleleng 2017, sungguh disayangkan. Pasalnya, sebagai partai politik, Golkar-Demokrat terkesan tidak serius menyiapkan calon pemimpin. Padahal, salah satu tugas parpol yang dapat bantuan keuangan dari pemerintah adalah menyiapkan calon pemimpin. Tak heran jika berbagai kalangan sempat kritik sikap Golkar-Demokrat terkait pesta gong demokrasi Pilkada Buleleng 2017.
Khusus bagi Golkar, kasus di Pilkada Buleleng 2017 ini sekadar memperpanjang catatan buram dalam dua episode Pilkada serentak (2015 dan 2017). Sebelumnya, Golkar sudah hancur-hancuran di 2015, ketika mereka gagal mnengusung atau bahkan sekadar jadi pendukung pasangan calon di tiga daerah: Pilkada Denpasar, Pilkada Bangli, dan Pilkada Jembrana.
Kala itu, Golkar hanya usung calon di Pilkada Karangasem 2015, yakni pasangan I Komang Kisid-I Made Suykerana. Sedangkan di Pilkada Badung 2015, Golkar hanya jadi pendukung I Nyoman Giri Prasta-I Ketut Suiasa yang diusung PDIP. Demikian pula di Pilkada Tabanan 2015, Golkar hanya sebatas jadi pendukung pasangan Ni Putu Eka Wiryastuti-I Komang Gede Sanjaya, incumbent yang diusung PDIP.
Sebaliknya, Demokrat ikut berperan dalam Pilkada langsung episode I/2015, karena jadi pengusung dan atau pendukung pasangan calon di 6 daerah. Di Pilkada Denpasar 2015, Demokrat usung pasangan Made Arjaya-AA Rai Sunasri. Di Pilkada Badung 2015, Demokrat usung pasangan Made Sudiana-Nyoman Sutrisno. Di Pilkada Bangli 2015, Demokrat usung pasangan IB Brahmaputra-I Ketut Ridet.
Sedangkan di Pilkada Karangasem 2015, Demokrat ikut jadi pendukung pasangan IGA Mas Sumatri-Wayan Artha Dipa yang diusung NasDem-Hanura cs. Demikian pula di Pilkada Jembrana 2015, Demokrat dukung pasanbgan incumbent I Putu Artha-Made Kembang Hartawan yang diusung PDIP. Sementara di Pilkada Tabanan 2015, Demokrat dukung pasangan Wayan Sarjana-IB Astawa Mertha yang diusung Gerindra-NasDem cs. Dari 6 Pilkada ini, jago Demokrat yang menuai kemenangan adalah IGA Mas Sumatri-Wayan Artha Dipa di Karangasem dan Putu Artha-Kembang Hartawan di Jembrana.
Sementara itu, prahara yang dialami Golkar dalam Pilkada langsung episiode I/2015 dan episode II/2017 memang berbeda. Dalam Pilkada 2015, Golkar gagal mengusung atau se-kadar jadi pendukung pasangan calon karena Partai Beringin didera konflik internal dualisme kepengurusan. Untuk bisa usung atau dukung pasangan calon, kedua kubu Golkar yang berseteru (Munas Nusa Dua dan Munas Ancol) harus bersatu. Nah, kesepakatan bersatu itu hanya terjadi di Karangasem, Badung, dan Tabanan. Walhasil, Golkar pun hancur-hancuran. Tak satu pun daerah yang kursi Bupati/Walikota-nya kini dipegang kader Golkar. Kursi Bupati Badung diambil PDIP, sementara kursi Bupati Karangasem jatuh ke NasDem cs.
Pasca Pilkada 2015, sebetulnya ada angin sejuk karena Partai Beringin akhirnya bersatu melalui Musyawaran Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Se-latan, Badung, Mei 2016, yang meluncurkan Setya Novanto sebagai Ketua Umum DPP Golkar. Golkar pun berhak usung pasangan calon di Pilkada Buleleng 2017 (berkoalisi dengan parpol lain), tanpa direcoki lagi konflik dualisme kepengurusan.
Namun faktanya, Golkar sebagai partai mapan dan paling berpengalaman ternyata belum siap dengan jagonya. Golkar---dan juga Demokrat---yang semula akan membangun Koalisi Bali Mandara (KBM) bersama sejumlah parpol lain, lebih dulu ditinggal calon mitra koalisinya, seperti Gerindra, PPP, PAN, dan PKB. Gerindra cs pilih merapat ke Paket PASS, karena kecewa Golkar tak kunjung putuskan akan usung siapa di Pilkada Buleleng 2017.
Golkar memang punya cantelan dukungan di Pilkada Buleleng 2015, yakni Paket Surya. Tapi, mereka tetap mendapat catatan sebagai parpol yang terkesan tidak serius menyiapkan calon pemimpin di Buleleng. Siapa pun tahu, Dewa Nyoman Sukrawan yang menepati posisi Cabup Buleleng dalam Paket Surya merupakan kader PDIP, sebelum akhirnya dipecat. Sementara Gede Dharma Wijaya yang menempati posisi Cawabup Buleleng adalah kader Demokrat.
Kasus Pilkada Buleleng 2017 ini bisa berdampak terhadap capaian Golkar di Pileg 2019. Perjuangan para calon legislatif (caleg) semua level yang diusung Golkar dalam Pileg 2019 harus berjuang ekstra meyakinkan masyarakat. Sebelum menuju pesta gong Demokrasi Pileg 2019, Golkar lebih dulu akan diuji dalam Pilgub Bali 2018, Pilkada Gianyar 2018, dan Pilkada Klungkung 2018.
Di Pilkada Gianyar 2018, Golkar dalam posisi berusaha merebut kembali kursi kepala daerah yang sebelumnya jatuh ke tangan PDIP dalam perhelatan politik 2013. Sedangkan di Pilkada Klungkung 2018, Golkar dalam posisi berusaha merebut kembali kursi kepala daerah yang terakhir diduduki Cokjorda Gede Ngurah sebelum kemudian dirampas PDIP pada 2003 silam.
Sebaliknya, di Pilgub Bali 2018, Golkar---bersama Demokrat---dalam posisi berusaha mempertahankan jabatan Gubernur-Wakil Gubernur yang kini diduduki pasangan Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta. Saat ini, Golkar telah menunjukkan keseriusannya untuk fight di laga Pilgub Bali 2018, dengan mendorong Ketut Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali) sebagai Calon Gubernur (Cagub). Gerakan Beringin terlihat solid, karena semua DPD II Golkar Kabupaten/Kota se-Bali kompak mendukung Sudikerta Gubernur Bali (SGB).
Fenomena dukungan SGB di internal Beringin ini merupakan angin sejuk dan harapan baru bagi Golkar, setelah kocar-kacir di Pilkada 2015 dan 2017. Adakah Golkar akan berjaya lagi di Pileg 2019, atau sebaliknya terdegradasi menjadi partai gurem? Kita tunggu! *
1
Komentar