Konsumsi Turun, Pemasaran Kopi Anjlok
Dampak Pandemi
DENPASAR,NusaBali
Pemasaran produk kopi anjlok dalam dampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 1,5 tahun lebih.
Kalangan petani kopi mengatakan penurunan sampai 80 persen. Berkurangnya konsumsi, akibat pandemi diyakini menjadi pemicu merosotnya bisnis kopi. I Wayan Terima, seorang petani kopi di Plaga, Petang Badung mengatakan Selasa (13/7).
“Biasanya orang ngopi dua kali, sekarang mungkin hanya sekali,” ucapnya menggambarkan. Dikatakan Terima, penurunan penjualan kopi secara perlahan namun semakin terasa menyusul pandemi Covid-19. Penyerapan di pasar, baik di Bali dan luar Bali semakin menyusut.
Dikatakan Terima, terpuruknya pariwisata menjadi salah satu pemicu utama. Dimana industri hotel, restoran, kafe dan lainnya banyak yang tutup. Padahal industri hotel restoran kafe (horeka) salah satu yang banyak menyerap produk kopi. Belum termasuk serapan dari pasar untuk konsumsi masyarakat umum.
“Sehingga pemasaran berkurang,” ujar Terima. Demikian juga berkurangnya kegiatan sosial dan adat, seperti resepsi pernikahan maupun hajatan lainnya juga menyumbang penurunan konsumsi kopi, yang berujung anjloknya pemasaran di pasar lokal.
Pemasaran ke luar Bali juga menyusut. “Biasanya saya ngirim ke Jakarta, Bandung hingga Labuhan Bajo,” ungkap Terima.
Namun setelah pandemi permintaan kopi dari kota- kota itu menurun. Penurunan sampai 80 persen. Dari 100 kilogram per bulan misalnya, tinggal 20 kilogram saja.
Menyiasati kondisi tersebut, produksi kopi lebih banyak distok sementara. Jika disimpan secara benar, kopi tahan 2-3 tahun. “ Ya kita bikin stok sekarang,” kata Terima. *K17.
Komentar