nusabali

Pendistribusian KBS Bermasalah, Warga Meninggal Terima Kartu

  • www.nusabali.com-pendistribusian-kbs-bermasalah-warga-meninggal-terima-kartu

Kekhawatiran sejumlah pihak soal pendistribusian Kartu Badung Sehat (KBS) tak tepat sasaran terbukti.

MANGUPURA, NusaBali
Belakangan terungkap ada warga yang sudah meninggal masih mendapatkan kartu jaminan kesehatan warga Badung yang digagas oleh Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, itu.

Masalah yang mewarnai pendistribusian KBS diakui Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Badung dr I Gede Putra Suteja, Senin (2/1). Kepada wartawan, Suteja mengaku memang masih ada sejumlah permasalahan. Namun masalah tersebut tidak sampai mengganggu sistem. Terkait warga yang sudah meninggal masih dapat KBS pun diakuinya.

“Memang benar, ditemukan ada warga yang sudah meninggal mendapatkan KBS,” akunya. Dia menjelaskan saat melakukan perekaman, rekanan juga menginput data dari kartu KK. Sialnya rekanan tidak tahu apakah nama-nama dalam KK sudah meninggal atau belum.

“Yang kami temui ada anggota keluarga dalam KK tersebut sudah meninggal dunia, tapi belum dilakukan perubahan KK,” tutur Suteja. Tak hanya warga yang sudah meninggal dunia, warga Badung yang kawin keluar wilayah (pindah domisili) juga ada yang mendapatkan KBS.

Atas kejadian ini, pihaknya mengaku telah meminta KBS bermasalah ditarik. Pihaknya juga memerintahkan untuk dilakukan pendataan ulang, agar permasalahan seperti ini tidak terulang lagi.

Dikatakannya, terhitung 1 Januari 2017, kartu dan sistemnya sudah bisa digunakan untuk berobat secara gratis. Tiap warga juga akan mendapatkan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dimana BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara. “Untuk KBS akan melengkapi pelayanan yang tidak ditanggung JKN KIS,” tandas Suteja.

Untuk diketahui penerima KBS adalah warga asli Badung. Sesuai data berjumlah 464.622 jiwa. Kegiatan pencetakan kartu KBS ini dengan nilai kontrak Rp 5.596.371.990, dari pagu senilai Rp 5.807.775.000. Sebelum muncul permasalahan ini, pada saat perekaman pun banyak pihak sudah mengkritisi. Pasalnya masyarakat mengeluh karena perekaman sangat lambat. Alat yang digunakan juga masih manual. Yang ironis pemotretan bahkan menggunakan kamera handphone. Sehingga sangat rawan terjadi kesalahan data. * asa

Komentar