Kebutuhan 250 Tabung Oksigen Per Hari, Hanya Dipasok 185 Tabung
Dua Rumah Sakit Pemerintah di Gianyar, RSUD Sanjiwani dan RSUD Payangan, Kekurangan Suplai Oksigen
Karena suplai terbatas, maka penggunaan Oksigen di RSUD Sanjiwani selektif hanya untuk pasien Covid-19 dan kegawatdaruratan. Sedangkan pasien dengan tindakan operasi terencana, sebisa mungkin dilakukan penundaan jadwal
GIANYAR, NusaBali
Terjadinya lonjakan kasus Covid-19 Gianyar membuat kebutuhan Oksigen mesis meningkat tajam. Sayangnya, suplai Oksigen ke rumah sakit milik Pemkab Gianyar, yakni RSUD Sanjiwani dan RSUD Payangan, tidak sesuai kebutuhan. Kedua rumah sakit pemerintah ini kekurangan suplai Oksigen sekitar 50 persen dari kebutuhan.
Direktur Utama RSUD Sanjiwani, dr Ida Komang Upeksa, mengatakan suplai yang terbatas ini mengakibatkan penggunaan Oksigen selektif hanya untuk pasien Covid-19 dan kegawatdaruratan. Sedangkan pasien dengan tindakan operasi terencana, sebisa mungkin dilakukan penundaan jadwal.
Komang Upeksa menyebutkan, kebutuhan Oksigen di RSUD Sanjiwani mencapai 219 tabung atau setara 1.314 meter kubik per hari. Namun, Oksigen yang datang setiap hari berkisar 165 tabung. "Kekurangan ini sudah dikomunikasikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Bapak Bupati juga koordinasi langsung ke Gubernur Bali," ujar Komang Upeksa di Gianyar, Kamis (22/7).
Dengan atensi Bupati Gianyar Made Aghus Mahayastra, Upeksa berharap pasokan Oksigen bisa diterima kembali sesuai kebutuhan. "Bapak Bupati juga sudah menghubungi Kadis Kesehatan Bali,” harap Upeksa yang juga Plt Kadis Kesehatan Gianyar.
Terkait kapasitas ruang isolasi RSUD Sanjiwani, menurut Upeksa, saat ini masih cukup memadai. Bahkan, pihaknya sedang menyiapkan ruang isolasi tambahan, sehingga bisa melebihi prosentase yang dianjurkan Menkes. Sesuai arahan pusat, RS diminta setidaknya menyediakan ruang isolasi 10 persen dari kapasitas. Dengan adanya peningkatan kasus Covid-19, diminta tambah ruang isolasi sampai 30 persen dari kapasitas RS.
Menurut Upeksa, RSUD Sanjiwani yang merupakan rumah sakit tipe B, kapasitas efektifnya adalah 266 tempat tidur. Maka, RSUD Sanjiwani seharusnya mempunyai 78 tempat tidur isolasi. "Saat ini, ruang isolasi di RSUD Sanjiwani ada 64 kamar. Nanti akan bertambah 22 kamar lagi. Ini sedang proses,” terang dokter asal Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Hal serupa juga diterapkan di RSUD Payangan, yang merupakan rumah sakit tipe C. Dengan kapasitas efektif saat ini 60 tempat tidur, rumah sakit yang berlokasi di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini seharusnya hanya menyiapkan 6 tempat tidur isolasi. Namun, karena peningkatan kasus Corona, saat ini sudah diupayakan tamnbah ruang isolasi menjadi 20 tempat tidur. "Jadi, di RSUD Payangan juga sudah 33 persen, melebihi dari tuntutan kemampuan sebuah RS sesuai arahan Menkes," tandas Upeksa.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Kamis kemarin, Dirut RSUD Payangan, dr I Gusti Ngurah Gede Putra, membenarkan upaya penambahan tempat tidur isolasi tersebut. "Kemampuan awal kami hanya 13 tempat tidur isolasi. Namun, terjadi kenaikan jumlah pasien Covid-19 yang saat ini 20 orang, sehingga kami berupaya melakukan penambahan bed isolasi per Rabu kemarin," papar Putra.
Mengenai kondisi Oksigen, kata Putra, RSUD Payangan saat ini juga kekurangan suplai. Dari analisa kebutuhan realtime, pasien memerlukan 240 ton atau 40 tabung Oksigen besar per hari. “Namun, suplai dari penyedia PT Samator per hari rata-rata hanya 20 tabung. Ini hanya 50 persen dari kebutuhan kami di RSUD Payangan," keluhnya.
Untuk mengatasi stok Oksigen yang terbatas, RSUD Payangan terus melakukan amprah melalui SSO Inventory Oksigen Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali. "Dilakukan update setiap saat sesuai jumlah dan kondisi pasien. Mudah-mudahan dengan sistem SSO itu, penyedia PT Samator bisa menormalisasi kebutuhan Oksigen kita," harapnya.
Selain kekurangan suplai Oksigen, RSUD Payangan yang tergolong baru beroprasi juga alami keterbatasan peralatan, sehingga pasien Covid-19 dengan gejala berat dirujuk ke RS lain yang memiliki peralatan lengkap. Menurut Putra, pasien dirujuk ke RS lain tidak semata karena keterbatasan Oksigen, tetapi lebih kepada kondisi pasiennya.
“Pasien yang dirujuk adalah pasien gejala berat dengan kebutuhan alat HFNC atau ventilator O2 cepat. Alat tersebut memang belum tersedia di RSUD Payangan saat ini. Jadi, pasien dirujuk untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan alat dan Oksigen," terang Putra.
Masalah dirujuk ke RS pemerintah atau swasta, tidak ada perbedaan, karena semua pasien Covid-19 ditanggung oleh negara. "Jadi, tidak akan ada biaya yang dipungut dari pasien. Saat ini, Pemkab Gianyar mengutamakan kepastian pasien terlayani dan koordinasi antar RS juga berlangsung dengan baik."
Sememntara itu, distribusi Oksigen ke rumah sakit di Gianyar mendapat pengawalan kepolisian. Menurut Kasat Lantas Polres Gianyar, AKP Laksmi Wieryawan, distribusi Oksigen terakhir ke Gianyar berlangsung Rabu (21/7) petang. "Kami kawal distribusi Oksigen secara estafet dari perbatasan wilayah hukum Gianyar ke RS Ari Santi di Desa Mas, Kecamatan Ubud," ujar AKP Laksmi di Gianyar, Kamis kemarin. *nvi
Direktur Utama RSUD Sanjiwani, dr Ida Komang Upeksa, mengatakan suplai yang terbatas ini mengakibatkan penggunaan Oksigen selektif hanya untuk pasien Covid-19 dan kegawatdaruratan. Sedangkan pasien dengan tindakan operasi terencana, sebisa mungkin dilakukan penundaan jadwal.
Komang Upeksa menyebutkan, kebutuhan Oksigen di RSUD Sanjiwani mencapai 219 tabung atau setara 1.314 meter kubik per hari. Namun, Oksigen yang datang setiap hari berkisar 165 tabung. "Kekurangan ini sudah dikomunikasikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Bapak Bupati juga koordinasi langsung ke Gubernur Bali," ujar Komang Upeksa di Gianyar, Kamis (22/7).
Dengan atensi Bupati Gianyar Made Aghus Mahayastra, Upeksa berharap pasokan Oksigen bisa diterima kembali sesuai kebutuhan. "Bapak Bupati juga sudah menghubungi Kadis Kesehatan Bali,” harap Upeksa yang juga Plt Kadis Kesehatan Gianyar.
Terkait kapasitas ruang isolasi RSUD Sanjiwani, menurut Upeksa, saat ini masih cukup memadai. Bahkan, pihaknya sedang menyiapkan ruang isolasi tambahan, sehingga bisa melebihi prosentase yang dianjurkan Menkes. Sesuai arahan pusat, RS diminta setidaknya menyediakan ruang isolasi 10 persen dari kapasitas. Dengan adanya peningkatan kasus Covid-19, diminta tambah ruang isolasi sampai 30 persen dari kapasitas RS.
Menurut Upeksa, RSUD Sanjiwani yang merupakan rumah sakit tipe B, kapasitas efektifnya adalah 266 tempat tidur. Maka, RSUD Sanjiwani seharusnya mempunyai 78 tempat tidur isolasi. "Saat ini, ruang isolasi di RSUD Sanjiwani ada 64 kamar. Nanti akan bertambah 22 kamar lagi. Ini sedang proses,” terang dokter asal Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Hal serupa juga diterapkan di RSUD Payangan, yang merupakan rumah sakit tipe C. Dengan kapasitas efektif saat ini 60 tempat tidur, rumah sakit yang berlokasi di Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini seharusnya hanya menyiapkan 6 tempat tidur isolasi. Namun, karena peningkatan kasus Corona, saat ini sudah diupayakan tamnbah ruang isolasi menjadi 20 tempat tidur. "Jadi, di RSUD Payangan juga sudah 33 persen, melebihi dari tuntutan kemampuan sebuah RS sesuai arahan Menkes," tandas Upeksa.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Kamis kemarin, Dirut RSUD Payangan, dr I Gusti Ngurah Gede Putra, membenarkan upaya penambahan tempat tidur isolasi tersebut. "Kemampuan awal kami hanya 13 tempat tidur isolasi. Namun, terjadi kenaikan jumlah pasien Covid-19 yang saat ini 20 orang, sehingga kami berupaya melakukan penambahan bed isolasi per Rabu kemarin," papar Putra.
Mengenai kondisi Oksigen, kata Putra, RSUD Payangan saat ini juga kekurangan suplai. Dari analisa kebutuhan realtime, pasien memerlukan 240 ton atau 40 tabung Oksigen besar per hari. “Namun, suplai dari penyedia PT Samator per hari rata-rata hanya 20 tabung. Ini hanya 50 persen dari kebutuhan kami di RSUD Payangan," keluhnya.
Untuk mengatasi stok Oksigen yang terbatas, RSUD Payangan terus melakukan amprah melalui SSO Inventory Oksigen Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali. "Dilakukan update setiap saat sesuai jumlah dan kondisi pasien. Mudah-mudahan dengan sistem SSO itu, penyedia PT Samator bisa menormalisasi kebutuhan Oksigen kita," harapnya.
Selain kekurangan suplai Oksigen, RSUD Payangan yang tergolong baru beroprasi juga alami keterbatasan peralatan, sehingga pasien Covid-19 dengan gejala berat dirujuk ke RS lain yang memiliki peralatan lengkap. Menurut Putra, pasien dirujuk ke RS lain tidak semata karena keterbatasan Oksigen, tetapi lebih kepada kondisi pasiennya.
“Pasien yang dirujuk adalah pasien gejala berat dengan kebutuhan alat HFNC atau ventilator O2 cepat. Alat tersebut memang belum tersedia di RSUD Payangan saat ini. Jadi, pasien dirujuk untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan alat dan Oksigen," terang Putra.
Masalah dirujuk ke RS pemerintah atau swasta, tidak ada perbedaan, karena semua pasien Covid-19 ditanggung oleh negara. "Jadi, tidak akan ada biaya yang dipungut dari pasien. Saat ini, Pemkab Gianyar mengutamakan kepastian pasien terlayani dan koordinasi antar RS juga berlangsung dengan baik."
Sememntara itu, distribusi Oksigen ke rumah sakit di Gianyar mendapat pengawalan kepolisian. Menurut Kasat Lantas Polres Gianyar, AKP Laksmi Wieryawan, distribusi Oksigen terakhir ke Gianyar berlangsung Rabu (21/7) petang. "Kami kawal distribusi Oksigen secara estafet dari perbatasan wilayah hukum Gianyar ke RS Ari Santi di Desa Mas, Kecamatan Ubud," ujar AKP Laksmi di Gianyar, Kamis kemarin. *nvi
Komentar