Pelukis Banjar Kutuh, Pertahankan Gaya Young Artist di Tengah Krisis
GIANYAR, NusaBali
Seni lukis di Kabupaten Gianyar, selama ini terdiri dari beragam aliran dan gaya tersendiri.
Satu di antaranya, gaya young artist yang dipertahankan para seniman muda di Banjar Penestanan, Desa Sayan, Kecamatan
Ubud, Gianyar. Gaya berkesenian ini tetap dipertahankan di tengah pandemi yang berkecamuk sejak Maret 2020.
Penguasaan gaya young artist bagi sneiman desa setempat tak lepas dari bimbingan pelukis internasional, Arie Smit pada tahun 1960. Tak hanya di Penestanan, Smit juga mengajarkan gaya berkesenian modern ini ke desa-desa lain di kawasan Ubud.
Di masa keemasannya, aliran seni lukis yang menonjolkan gambaran aktivitas masyarakat Bali tempo dulu tersebut, banyak digeluti oleh seniman-seniman di luar Penestanan. Seperti para seniman lukis Banjar Kutuh, Desa Sayan yang mesih tetangga dekat Banjar Penestanan.
Menariknya, pelukis-pelukis di Banjar Kutuh juga mampu melukis sesuai selera pasar dengan ragam gaya berbeda.
Namun beberapa di antaranya masih setia melestarikan gaya lukisan young artist yang sempat menyelamatkan Ubud dari krisis ekonomi tahun 1963 itu. Kesetiaan itu terjaga meskipun jumlah pembelinya menurun tajam. Hanya saja, kini jumlah pelukis young artist di Banjar Kutuh relatif sedikit. Sebab sebagian besar memilih beralih ke gaya lain yang lebih digandrungi pasar, dan ada juga yang berhenti melukis.
Pelukis Banjar Kutuh yang masih mempertahankan gaya young artist, di antaranya, I Made Balik Yudiana alias I Made Lusuh, Nyoman Rustiawan alias Siram, Made Subakta, Made Suarka, Nyoman Mawa, Anak Agung Ngurah, Sang Nyoman Rai, Kadek Ardita, Wayan Yoga, Ni Ketut Muliani alias Moleh, dan Nyoman Sudarta. Rata-rata mereka sudah menekuni gaya young artist selama 30an tahun.
Adapun pelukis young artist pertama di Banjar Kutuh adalah I Made Lusuh. Dimana sekitar tahun 1970an silam, dia langsung belajar pada salah satu seniman young artist Banjar Penestanan, yaitu mendiang Pak Mundik. "Dulu saya belajar langsung ke Penestanan sekitar tahun 1970an. Seiring berjalan waktu, banyak pelukis di sini yang menekuni gaya young artist, dulu di banjar ini hampir semua, tapi sekarang bisa dihitung jari. Banyak yang beralih ke gaya lain, dan ada yang berhenti memilih bekerja di sektor pariwisata," ujar Made Lusuh, Sabtu (10/7).
Lusuh mengatakan, sebagai seniman lukis di era saat ini bukanlah hal yang mudah. Sebab, kesenian ini dihantam pandemi. Sebelum pandemi Covid-19, biasanya lukisan hasil karyanya dan teman-temannya di Banjar Kutuh, dicari oleh pengepul untuk dijual di artshop. Namun saat ini banyak art shop tutup. Pihaknya pun sempat beralih menjual via online, namun pembelinya tidak banyak seperti yang diharapkan.
"Biasanya kita menjual lewat pengepul. Mereka biasanya datang ke rumah rumah. Namun karena banyak art shop tutup, kami jual lewat online. Tapi tidak terlalu banyak pembeli," ujar Lusuh yang mendapatkan anggukan dari pelukis lainnya.
Pelukis lainnya, Nyoman Siram menambahkan, sebenarnya di masa saat ini, para pelukis di Banjar Kutuh tidak hidup 100 persen dari lukisan. Sebab untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka hasilkan dari pekerjaan lain, seperti menjadi guru, satpam dan sebagainya. Namun bagaimana pun, kata dia, young artist pada masa jayanya, pernah membawa perekonomian mereka ke arah yang baik. Karena itu, merekapun akan tetap setia untuk melestarikan dan menggaungkan kembali lukisan young artist supaya kembali jaya seperti dulu lagi. "Kami tetap bertahan untuk melukis young artist. Meskipun kita sekarang tidak bisa hidup 100 persen dari lukisan ini, kami tetap pertahankan supaya young artist berjaya seperti dulu lagi," ujarnya.
Saat ini para pelukis ini bekerja sama dengan Pokdarwis Desa Sayan dalam mengembangkan desa wisata. Dimana dalam paket wisata Desa Sayan yang disajikan, mereka menjadi satu paket dengan kegiatan yoga, warung tradisional Men Juel, objek melukat beji Penestanan, dan sebagainya.
"Kalau ada yang ingin berwisata ke sini, wisatawan selain bisa belajar melukis young artist di sini, mereka juga bisa menikmati wisata lainnya. Mudah-mudahan saat situasi normal, banyak yang berwisata ke sini, dan penjualan lukisan young artist di Banjar Kutuh bisa kembali jaya seperti dulu lagi," harapnya. *nvi
1
Komentar