Pandemi, Genteng di Tabanan Sepi Pembeli
Karena pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat sejumlah perajin genteng tutup usaha.
TABANAN, NusaBali
Pandemi Covid-19 benar-benar melumpuhkan pelbagai usaha ekonomi rakyat. Kalau toh dijalankan, maka usaha masyarakat akan merugi. Antara lain, usaha kerajinan genteng di Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri, Tabanan, makin sepi permintaan. Padahal para perajin telah menurunkan harga jual.
Salah seorang perajin genteng di Nyitdah I Wayan Sastra mengatakan penurunan penjualan genteng sudah terjadi setahun lebih atau saat virus Covid-19 merebak di Bali, sekitar Maret 2020. "Sudah setahun lebih begini sepi permintaan," ujarnya, Kamis (29/7).
Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19 sekali produksi yang ditandai dengan hasil pembakaran genteng, mencapai 8.000 ubin. Jumlah ini langsung habis terjual dalam 10 hari. Namun sekarang permintaan turun tajam. Meskipun ada saja yang memesan, namun dengan jumlah sedikit. "Pembeli sedikit sekali, tidak semangat jadinya bekerja. Tapi, kalau diam saja, juga tidak bagus. Makanya saya produksi dikit-dikit, siapa tahu ada yang pesan," tuturnya.
Bahkan untuk menyiasati agar permintaan bisa penjualan bisa meningkat, para perajin genteng sepakat turunkan harga. Dari semula Rp 1.250.000 per 1.000 biji, sekarang sudah turun menjadi Rp 800.000 per 1.000 biji. "Meskipun harga sudah diturunkan, permintaan masih sepi. Karena kondisi begini, kami tak bisa berbuat banyak," keluh Wayan Sastra. Dia jadi perajin genteng lebih dari 40 tahun.
Dirinya menceritakan, karena pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat sejumlah perajin genteng tutup usaha. Antara lain, adiknya sendiri yang pilih tutup usaha karena lesu pembeli, lanjut permodalan tipis. "Karena kurang modal, adik saya tutup usahanya, dan saya masih bertahan namun mengurangi jumlah karyawan," katanya.
Dia berharap di masa sekarang, pemerintah juga memperhatikan kondisi perajin genteng baik dalam sisi bantuan dan stimulus lainnya.7des
Komentar