Resep Kuliner Bali Bakal Dibukukan
Khawatir diklaim pihak ‘luar’, resep tradisional dari 9 daerah diinventarisir
DENPASAR,NusaBali
Indonesian Chef Association (ICA) se Bali, memanfaatkan suasana senggang aktivitas dengan menginventarisir resep-resep menu tradisional khas dari 9 kabupaten/kota di Bali.
Untuk tahap awal rata- rata 3 resep menu/kuliner tradisional dari masing-masing kabupaten/kota. Jika semua proses indentfikasi rampung dan keotentikannya teruji, resep tradisional tersebut akan dibukukan.
Dari 9 kabupaten/kota di Bali sudah 5 kabupaten/kota yang resep kulinernya sudah diuji cobakan di Institute Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) Bali di Denpasar. Resep-resep kuliner ke -5 kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Badung dan Denpasar.
Sedang yang masih dalam proses penjajagan dan pengumpulan data dan menunggu uji coba adalah resep -resep dari Kabupaten Bangli, Tabanan, Jembrana dan Kabupaten Buleleng.
I Wayan Bagiana, Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) ICA Tabanan, mengatakan ada tiga kuliner khas Tabanan yang disiapkan untuk diuji coba. Ketiganya adalah be genyol, lindung(belut) dan entig pupuan (sejenis lepet/atau pepes khas Pupuan Tabanan).
“Inilah untuk sementara 3 kuliner khas dari Tabanan yang segera akan disiapkan,” ucap Bagiana.
Ada beberapa aspek yang menjadi atensi dalam uji coba. Pertama persiapan, kedua pengadaan bahan, praktik atau proses pengolahan. Terus penyajian. Untuk yang terakhir ini yakni penyajian, dipilah jadi dua. Penyajian yang benar- benar otentik sebagaimana tempo dulu disajikan secara tradisional. Yang kedua penyajian atau penataan yang menyesuaikan dengan kondisi atau era saat ini.
“Bagaimana proses, wujud, rasa tampilannya sesuai dengan data yang kita peroleh di lapangan atau tidak. Itulah yang diujicobakan,” jelas Bagiana.
Bagiana mengatakan kerjasama antara ICA dan kampus IPBI, merupakan salah satu upaya pelestarian ragam kekayaan kuliner Bali. “Jangan sampai nanti diklaim pihak luar,” ujarnya.
Terpisah Anak Agung Anom Samudra, salah seorang pengajar di IPBI Bali menyatakan hal senada.
“Yang punya program ini adalah LPPM (Lembaga Penelitian dan Penjamin Mutu),” ungkap, pria asal Klungkung, yang juga merupakan pengurus BPD ICA Bali.
Menurut AA Samudra, upaya itu merupakan bentuk apresiasi terhadap kekayaan kuliner sebagai keartifan lokal Bali. “Ini merupakan tanggung jawab moral,” ujarnya.
Dikatakan praktik atau uji coba, tak semata bagaimana mengolah dan menyajikan, tetapi juga bagaimana menghadirkan spirit suasana kuliner dimaksud.
“Misalnya bagaimana model penyajiannya tempo dulu,” kata AA Samudra. Karena bagaimanapun kuliner, kata AA Samudra merupakan salah satu dari ragam kekayaan budaya Bali. Sebagai bukti, dia menyebut, lontar Dharma Caruban yang menunjukkan kuliner mendapat porsi perhatian pada masa lampau di Bali. K17.
Komentar