Tag: Lentera
"TANPA kedamaian di dalam, tidak akan ada kedamaian di dunia", itulah pesan HH Dalai Lama. Dan mencapai kedamaian di dalam bisa jadi sulit ataupun mudah. Itu tergantung pada seberapa dalam seseorang melatih pikirannya. Tanpa melatih pikiran seperti meditasi, kedamaian di dalam tidak akan mungkin.
Alam bercerita indah sekali pagi 17/4/2024 di Ashram. Setelah bimbingan meditasi Live dari Ashram. Pertama-tama ada awan besar berbentuk Love. Ketika ditunggu di atas awan Love muncul hal indah. Seperti sosok Dewa dengan tangan anjali (mencakupkan tangan) sebagai tanda menghormat. Lama-lama kepala Dewa-nya berubah jadi Love.
"JIKA mau melaksanakan spirit Nyepi dalam sehari-hari apakah berarti tidak melakukan apa-apa?," begitu anak muda bertanya. Tentu saja tidak! Alam kelihatannya diam, tapi ia melakukan banyak hal. Orang yang di dalamnya Nyepi, bisa melakukan banyak hal dalam hidup.
Di tengah kegelapan malam, yang paling dibutuhkan adalah lentera penerang. Di tengah zaman gelap, yang dibutuhkan adalah Cahaya penerang.
Dulunya, apa yang disebut alam bawah sadar gelap sekali. Tidak tereksplorasi sama sekali.
Di banyak permukaan bumi, tetua menyembunyikan rahasia spiritual di balik nama-nama desa.
Di masa remaja khususnya, salah satu hal yang membuat hidup jadi sangat indah adalah punya kekasih.
TIDAK semua yang datang dari masa lalu itu buruk. Tidak semua yang ada di masa kini itu baik.
JAUH sebelum psikolog terkenal Carl G Jung menemukan istilah synchronicity, di kedalaman hutan di Peru yang lokasinya persis di balik Pulau Bali, ditemukan ajaran tua yang berpesan salah satunya berbunyi seperti ini: “Tidak ada kebetulan, hanya bimbingan-bimbingan”.
TATKALA cahaya indah yang muncul di puncak Gunung Merapi, Jawa Tengah, beberapa hari lalu masih diperbincangkan banyak orang, tiba-tiba di puncak Gunung Raung, Jawa Timur muncul kembali cahaya yang juga indah, 4 Juni 2021 pukul 19.50 WIB.
MENYUSUL hebohnya cerita wanita Bali yang menghina agama tetua Bali, banyak anak muda yang bertanya di alam doa: "Apakah benar di Pulau Bali ada banyak setan?" Sebuah pertanyaan yang manusiawi.
SEBAGAI seseorang yang tidak lagi muda, serta telah berjumpa ribuan sahabat yang sakit begini sakit begitu, bermasalah begini bermasalah begitu di sesi-sesi meditasi, kesimpulan Louise Hay dalam buku ‘You Can Heal Your Life’ adalah di setiap rasa sakit dan penyakit, selalu ada faktor penolakan diri.
Sejumlah pakar menyebut zaman kita dengan the age of the brain. Zaman ketika otak sangat diagungkan.
TERIMA KASIH banyak kepada ribuan sahabat yang telah bergabung melalui social media live keluarga Compassion (3 FB, 2 youtube, 2 Instagram, 1 twitter) selama 3 hari berturut-turut, baik melalui bimbingan meditasi maupun yang tekun mendengarkan pesan-pesan kami.
MENYUSUL panjangnya krisis yang dibawa oleh virus Corona dan merata di seluruh dunia, rasa sakit (pain) yang dihadirkan oleh zaman ini memang hebat sekali.
BARAT tidak saja menjadi Guru dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga menjadi Guru dalam hal membuat bumi jadi lebih harmoni.
"WARGA negara yang berumur 45 tahun ke atas disarankan menjaga kesehatan secara lebih baik. Sebab, 80 persen korban Covid-19 datang dari kelompok ini!" begitu salah satu pemberitahuan dari Satgas Covid-19 di Jakarta.
DI DESA tempat Guruji terlahir sekaligus tempat sekarang bermukim, yakni Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, ada bukit sangat tua yang amat dihormati dan disucikan.
DI budaya eksplisit ala Barat, dialog ke dalam diberi judul ‘Dialog Bersama Tuhan’.
DI sebuah hutan tua di Peru, yang berlokasi persis di balik Pulau Bali, pernah ditemukan ajaran sangat tua yang berbunyi seperti ini: “Tidak ada kebetulan, hanya bimbingan-bimbingan!”
Topik Pilihan
-
-
Denpasar 22 Nov 2024 Bawaslu Rekomendasikan Penurunan APK
-
-
-
-
-
Badung 21 Nov 2024 Cegah Abrasi, Penataan Dimulai Desember
-
-
Berita Foto
Bus Wisatawan Terdampak Erupsi Lewotobi
Wisatawan dari Labuan Bajo Tiba di Bali
Pameran Produk UMKM Unggulan Bali
Taman Pancing
Nusa Ning Nusa
MUTIARA WEDA: Dari Jagadhita menuju Moksa
Sarvadharmān parityajya mām ekaṁ śaraṇam vraja, Aham tvām sarvapāpebhyo mokṣayiṣyāmi mā śucah. (Bhagavad Gita, 18. 66)