Tag: I Gede Suwantana
Dari siksaan yang disebabkan oleh tiga jenis derita, muncul keinginan (inquiry) mencari alat atau cara dalam mengakhirinya. Jika dikatakan demikian, maka inquiry itu tidak berguna sepanjang cara atau alat terlihat (visible means) eksis. Jawaban kita: tidak demikian, karena (dalam visible means) tidak ada kepastian dan keabadian.
Pikiran yang dikacaukan oleh keinginan dan kenikmatan sebagaimana juga pikiran menikmati nikmatnya ‘trance’ mesti dibawa ke dalam disiplin sempurna dengan membangunkannya melalui saluran yang tepat. Kondisi trance maupun agitasi keinginan sama-sama berbahaya.
Ruang di dalam sebuah pot bukanlah efek lengkap dan bukan pula salah satu bagian dari ruang yang menyelimuti semua. Dengan cara yang sama jiva individu (individual self) tidak bersumber dari dan tidak juga sebagai bagian dari Diri Tertinggi (Supreme Self).
Ini adalah kesimpulan pasti filsafat Vedanta bahwa atman, bersinar dari dalam dirinya sendiri, melalui kekuatan delusinya sendiri (maya) mengimajinasikan di dalam Dirinya sendiri oleh Dirinya sendiri seluruh objek, dan pengalaman individunya baik di dunia luar maupun dunia dalam. Dia sendiri adalah yang mengetahui (knower) dari objek-objek yang diciptakan.
OBJEK yang berbeda-beda dikognisi di dalam mimpi adalah ilusi, karena semuanya itu dipersepsi eksis. Dengan alasan yang sama objek yang dilihat saat jaga juga dinyatakan sebagai ilusi. Baik saat mimpi maupun jaga sifat objek tetap sama. Yang berbeda hanyalah keterbatasan ruang dalam ranah mimpi. Objek mimpi hanya dilihat di dalam badan.
Aku sujud pada yoga asparsa yang diajarkan, yang menjanjikan kebahagiaan bagi semua, yang kondusif bagi kesejahteraan semua, yang mengatasi semua perselisihan, yang terbebas dari permusuhan dan kontradiksi.
Ide pluralitas tentang Atman dinyatakan oleh mereka yang bodoh, pendekatan mereka menutupi hal yang tak terkondisi. Di mana kemudian penghancuran dari selubung sifat murni Atman?
Semua makhluk yang eksis di muka bumi lahir dari makanan. Mereka, setelahnya, hidup oleh makanan; selanjutnya, mereka pada akhirnya kembali kepadanya dan menyatu menjadi makanan.
Setelah akhir pembelajarn Veda, guru berpesan kepada para murid: bicara kebenaran, lakukan kewajiban, jangan mengelak dari belajar Veda, jangan memotong garis keturunan, memberi daksina kepada guru sesuai keinginannya. Jangan pernah melenceng dari kebenaran, jangan lepas dari kewajiban, jangan mengabaikan kesejahteraan sendiri, jangan mengabaikan kemakmuran sendiri, jangan mengabaikan belajar dan menyebarkan Veda.
Dia merupakan Veda itu sendiri, wujud-Nya merepresentaskan Veda, esensinya adalah kulminasi Veda (Vedanta), sujud kepada-Nya. Dia yang Esensi transendentalnya bebas dari baik dan buruk, namun wujud-Nya tetap bersinar dengan segala kemuliaan, sujud kepada-Nya.
Makanan adalah Brahman karena dari makanan semua makhluk lahir; oleh makanan (ketika lahir) mereka hidup, dan saat berangkat, ia menjadi makanan.
Delapan kaki, enam tangan, empat buah pelir, dua alat kelamin laki, satu kelamin perempuan, dua tanduk, dan tujuh mata. Apakah itu?
Percuma saja menikmati keindahan jika saat bepergian hanya terpesona pada gunung pasir.
Pemberian mesti diberikan dengan keyakinan; pemberian hendaknya jangan diberikan tanpa keyakinan; pemberian harus diberikan dalam jumlah banyak, dengan penuh kerendahan hati dan simpati. Juga berikan dengan rasa pertemanan.
Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai pelindung, dia akan menjadi pelindung yang baik. Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai pikiran, dia akan menjadi pemikir yang baik. Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai aspek penghancur, semua musuh yang membenci dan rival yang tidak suka padanya, akan tewas di sekelilingnya.
Jenis pemikiran seperti, ‘Mengapa aku tidak melakukan hal yang baik? Mengapa aku telah berbuat dosa?’, tidak akan membuat terguncang bagi orang yang telah mengalami kebenaran. Dia yang mengetahui ini akan menyatakan keduanya sebagai Atman. Sungguh, keduanya akan dinyatakan demikian bagi dia yang mengetahui itu hanya sebagai atman. Inilah akhir dari Upanisad.
Upayakan untuk mengetahui dengan baik dari mana semua yang ada ini lahir, di mana dari yang lahir itu hidup dan terus eksis, dan ke mana, ketika berangkat mereka semua menuju. Itulah Brahman.
Marilah hanya tindakan yang terbebas dari noda saja yang dikerjakan, dan bukan yang lain. Engkau harus mengikuti tindakan yang berbudi luhur, yang tidak bercacat saja, dan bukan yang lain.
Siapakah yang bisa membalikkan penyebab dari dua hal, yakni pikiran yang terus-menerus mengarah ke objek yang diinginkan dan air yang selalu mengalir dari posisi yang lebih tinggi ke yang lebih rendah?
Mengira hal yang sementara sebagai yang permanen, yang tidak murni sebagai yang murni, menyakitkan sebagai yang menyenangkan, dan yang bukan diri sebagai diri, semua ini disebut avidya.
Topik Pilihan
-
Buleleng 18 Jan 2025 Buleleng Dapat Bantuan Guardrail 40 Meter
-
-
-
-
Badung 18 Jan 2025 Polsek Kutsel Sidak Duktang di Pecatu
-
Badung 18 Jan 2025 Pelebaran Jalan Simpang McD Belum Dimulai
-
-
-
Berita Foto
Panen Gemitir
Desa Penggerak Pariwisata Bali
Selain Kintamani
Nusa Ning Nusa
Tradisi Makanan Bergizi, Bukan karena Gratis
UPAYA pemerintah untuk menyediakan makan gratis patut diacungi dua jempol. Tujuannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan masyarakat miskin.